“Media Penetrasi (Massa)”, Baca Berita Yogya dengan Cerdas - WisataHits
Yogyakarta

“Media Penetrasi (Massa)”, Baca Berita Yogya dengan Cerdas

Gudeg.net – “Waktu itu kami tidak tahu apa yang saya ingat, warga sekitar mulai protes karena terkena proses peleburan emas. Saya kemudian mengetahui bahwa asam klorida (HCl) digunakan untuk melelehkan emas. Anda bisa membayangkan betapa berbahayanya jika itu mencemari udara di komunitas lokal.”

Itulah yang dikatakan pematung Duvrar ‘Anggi’ Angelo tentang karyanya yang berjudul ‘Reaktor Polutan’ saat pameran bersama di Jogja Contemporary, Selasa (9/12/2017). Lahir dan besar di daerah pengolahan emas di Yogyakarta, Anggi menghirup udara tidak sehat dari pengolahan/peleburan emas. Dari ingatan dan ketakutan masa kecil ini, Anggi menciptakan sebuah karya konsep dengan drum bekas dan lembaran logam lainnya.

“Reaktor Polutan” karya Duvrart Angelo dipamerkan di Jogja Contemporary 2017. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Karya konseptual yang merupakan hasil penelitian pengalaman sehari-hari di lingkungan merupakan salah satu ciri khas seni pahat Anggi.

Jika Anda menyusuri Jalan Malioboro menuju Point Zero Km Yogyakarta tiga tahun lalu, mungkin Anda akan menjumpai sepuluh patung brigade kerajaan setinggi 2 meter dengan sosok tembem dan sapaan tersenyum. Kampanye sapaan Bregada tersenyum simpatik bagi wisatawan dan warga sendiri mungkin secara tulus sudah mulai berkurang di kawasan pariwisata Yogyakarta. Pariwisata Yogyakarta saat ini lebih banyak berbicara tentang peredaran uang di antara para pelaku daripada membangun kepercayaan sebagai investasi di masa depan. Pragmatisme ini berawal dari parkir liar yang mahal, menanyakan harga makanan atau membeli dari turis.

Salah satu patung Bedjokarto di Jalan Malioboro 2019. (Sumber Foto: FB Jogja Info)

Patung Sepuluh Brigade adalah proyek instalasi seni partisipatif bertema Bedjokarto karya Anggi bersama Febrianto Tri Kurniawan dan Faisal Aditya dalam bentuk instalasi seni yang menampilkan karakter pejuang Kraton Yogyakarta bernama Si Bedjo yang digambarkan lucu, tersenyum, berwibawa. dan karakter peduli dengan tiga desain mengusung karung, kotak dan knalpot.

Kesepuluh instalasi patung tersebut tersebar di sepanjang Jl Malioboro hingga KM Jogja Zero Area. Ini telah berjalan sejak 23 Desember 2018 dan diturunkan pada 6 Januari 2019.

Bedjokarto berasal dari bahasa Jawa yaitu bedjo yang berarti untung dan karto yang berarti aman. Seni di ruang publik memiliki karakter interaktif langsung dengan penonton. Pesan kebahagiaan (bejo) dan keselamatan (karto) disampaikan melalui simbol karung, peti/peti dan pipa knalpot sebagai harapan dan pesan agar Yogyakarta selalu bersih, aman, sejuk, jauh dari pertikaian politik yang mempengaruhi kenyamanan masyarakat yang mengganggu visual. dan sampah sepeda motor branbangan knalpot/grup, tentram dan bersih dari sampah yang menurunkan citra kota ini.

Produksi sampah kota Yogyakarta yang mencapai 300 ton/hari menjadi masalah serius bagi Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Demikian juga kebisingan kendaraan dan asap knalpot merupakan salah satu pencemar udara di Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata. Kemacetan yang terjadi setiap akhir pekan dan pada masa liburan memberikan kontribusi terhadap tekanan terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan. Tanpa kesadaran bersama, kota Yogyakarta dan sekitarnya di masa depan akan tercemar dari berbagai arah: darat, air dan udara.

“Setiap musim liburan dan akhir tahun di sepanjang Jalan Maliboro dan sekitarnya, selalu mudah menemukan sampah berserakan. Selain merusak keindahan pemandangan, sampah sebenarnya menjadi sumber masalah dan polusi. Saat itu (menjelang akhir tahun 2019) ketiganya merilis rangkaian patung Bedjokarto sebagai kampanye simpatik untuk semua agar kota Yogyakarta tetap bersih, indah dan sehat. Anggi menjelaskan kepada gudeg.net dalam wawancara telepon pada Selasa sore (7 November).

Anggi menambahkan, tiga barang yang dibawa Bedjo adalah kotak dan karung untuk mengingatkan pengunjung Malioboro dan Yogyakarta agar tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, asap kendaraan yang mengeluarkan asap merupakan sumber polusi, terutama pada musim liburan dan akhir tahun, kemacetan lalu lintas sering terjadi di hampir semua wilayah Yogyakarta. Pencemaran udara dan suara yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas menjadi nyata. Belum lagi knalpot yang sering digunakan dalam parade/konvoi penggemar sepak bola atau kampanye politik, masih sering ada kelalaian. Teror kebisingan yang disebabkan oleh knalpot hari ini masih dimaafkan tanpa penuntutan yang ketat.

Buanglah sampah pada tempatnya serta patuhi peraturan dan rambu lalu lintas demi kenyamanan bersama. pungkas Anggi

Pesan Bedjokarto dari ketiga pematung tersebut sangat jelas, untuk membuat seluruh masyarakat di wilayah Yogakarta bahagia dan aman dari kengerian sampah, polusi bahkan perkelahian.

Pada Maret 2020, Anggi membuat instalasi patung berukuran 3 x 4 m bekerja sama dengan seniman grafis Lulus Setio Wantono. Karya bertajuk Palihan itu dipamerkan bersama sebelas patung lainnya di lobi Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) selama dua bulan. Dalam bahasa Sansekerta, Pali atau Pepali, artinya wacana atau pesan. Ini menunjukkan bahwa ada penyelidikan yang diluncurkan dari wilayah ini. Palihan, dari awal kata kerja atau pengalih perhatian. Dalam beberapa cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi, yang masih dapat ditelusuri kembali ke masyarakat Kulon Progo hingga saat ini, dikatakan bahwa dalam sebuah misi selama Perang Jawa, pasukan Pangeran Diponegoro singgah di daerah tersebut.

“Palihan” karya Duvrart Angelo bekerjasama dengan Lulu’s Setio Wantono pada pameran Yogyakarta International Airport tahun 2020. (Sumber foto: Artcab.id)

“Pada awal Pameran One Work Solo periode kedua, kami mempresentasikan karya pematung Duvrart Angelo di Studio Kuunggu di Pojok Ngasem. Membaca tentang realitas sehari-hari masalah sosial-lingkungan menjadi salah satu pertimbangan dalam presentasi,” jelas penanggung jawab KuWait Studio di Ngasem Corner Univ. Widya Mataram Yogyakarta Puji Qomariyah, Senin (7 November) siang.

Puji menambahkan, karya-karya Anggi masih cukup relevan dan kontekstual dalam konteks kekinian ketika membahas isu-isu sosial-ekologis di wilayah Yogyakarta. Hal ini penting dimana salah satu fungsi seni sebagai penjaga gerbang peradaban adalah melihat dengan jelas realitas yang telah dan sedang terjadi dan menyampaikannya kepada publik secara jujur, langsung, walaupun terkadang tidak nyaman bagi pihak-pihak tertentu. Karya seni tidak hanya berfungsi sebagai media pembelajaran, tetapi juga sebagai duta bagi masyarakat.

Dalam Pameran Solo Artworks Exhibition (SAE) II edisi pertama ini, Anggi menampilkan sebuah karya lama tahun 2009 berjudul “Media Penetrasi (Mass)” pada plat besi, cat Duco, PVC, lampu sorot dan digital printing sebagai media 30 x 30 x 82 cm.

Dewasa ini kita dapat melihat bagaimana permeabilitas media massa (termasuk media sosial) menembus sendi-sendi kehidupan manusia, seringkali menjungkirbalikkan norma-norma yang ada di masyarakat. Tentunya tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dunia networking. Fenomena penyebaran berita bohong (hoax) yang sekaligus tidak berdamai dengan literasi (analog-digital), hanya akan mengarah pada pseudosains, sering dijadikan acuan oleh masyarakat dan rentan dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu yang mengeksploitasi. kebenaran semu.

Dalam karyanya tiga belas tahun yang lalu, Duvrart Angelo menyampaikan pesan bahwa “… di setiap era peradaban tentu akan ada masa-masa perubahan gaya hidup masyarakat yang merupakan akibat dari pergeseran budaya yang disebabkan oleh hal-hal baru yang terjadi di masyarakat tersebut menjadi euforia. dimana media massa berperan besar dengan kekuatan propaganda yang menembus pikiran masyarakat. Pada tahap selanjutnya akan mengolah kembali pola pikir, ideologi, keyakinan bahkan kebenaran yang sebelumnya dipegang oleh masyarakat, sehingga budaya yang begitu terpelihara dengan baik dan kuat lambat laun merasuk ke dalam tatanan dengan nilai-nilai estetika baru, dan sampai saat ini proses tersebut masih berlangsung. berjalan perlahan tapi pasti…”

Keengganan untuk mempelajari lebih dalam berita telah membuat orang terjebak di era pasca-kebenaran, di mana mudah untuk menarik kesimpulan cepat dan segera dari berita utama yang mereka baca tentang apa yang sekarang menjadi kehidupan sehari-hari masyarakat. Bisa ditebak, orang hanya berpindah dari satu kerusuhan ke kerusuhan berikutnya untuk menyangkal penyebaran hoax, tanpa sadar berpartisipasi di dalamnya.

Presentasi karya ‘Media Penetrasi (massa)’ di Studio KuWait Pojok Ngasem-UWM. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)

Pameran tunggal karya Duvrart Angelo yang bertajuk “Media Penetrasi (massa)” akan berlangsung dari tanggal 8-21 Juli 2022 di studio podcast KuWait di Pojok Ngasem dan dapat dikunjungi secara langsung dalam waktu terbatas dengan reservasi terlebih dahulu di Office 3 UWM.

Source: gudeg.net

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button