Warga mengajak wisatawan menikmati Dolly dulu dan sekarang - WisataHits
Jawa Timur

Warga mengajak wisatawan menikmati Dolly dulu dan sekarang

Paket lengkap Rp 165.000, bisa berkendara lebih dari tiga jam di Dolly

Dulu ziarah prostitusi, sekarang ziarah ilham. Slogan itu diulangi di Distance, kawasan Ex lokasi Dolly. Beberapa paket wisata diiklankan melalui media sosial (Medsos). Pengunjung tidak hanya tahu cerita Dolly. Tapi juga merasakan suasana bekas penginapan, bekas tempat bercinta.

WAHYU ZANUAR BUSTOMI, Surabaya

CERITA Jarwo Susanto masih mengingatnya 10 tahun lalu. Salah satunya, musik dari wisma yang tidak pernah berhenti. Terutama pada malam hari. Wanita seksi yang dipajang di sofa dan terlihat di balik kaca bening sudah menjadi pemandangan biasa. Beberapa wanita cantik merayu semua orang yang pergi.

Kenangan akan sisa kejayaan Dolly itulah yang kini diceritakan Jarwo kepada setiap pengunjung di perjalanannya. Termasuk suasana di lokalisasi pertama yang disebut-sebut terbesar di Asia Tenggara.

Sekarang beberapa bangunan telah banyak berubah. Misalnya salah satu wisma Advenso Dollyres Chavit. Dia adalah wanita keturunan Belanda yang mencoba mendirikan tempat prostitusi di sana. Nama Dolly berasal darinya.

Saat ini Wisma Tante Dolly telah berubah menjadi pasar burung dan batu akik. Cerita tersebut menjadi bagian dari cerita yang disampaikan Jarwo kepada para pengunjung.

Untuk merasakan suasananya, wisatawan juga diajak ke bekas Wisma Barbara. Sekarang bangunan tersebut telah dibeli dan dipugar oleh pemerintah kota.

Bangunan enam lantai itu menjadi simbol ketenaran Dolly. Bagaimana tidak, tempat tersebut tidak hanya ada untuk menjajakan PSK, tapi juga untuk bar minum.

Tepatnya di lantai atas. Jadi lantai dasar didesain seperti akuarium wanita. Sedangkan lantainya terdiri dari 2-5 kamar.

Pada masanya, Wisma Barbara sangat terkenal. Pengunjung dapat naik lift ke atas, yang kini telah direnovasi oleh dewan kota. Namun, eks klub papan atas masih tersisa. Pengunjung masih bisa merasakan suasana bekas Wisma Barbara saat ini.

Di bekas wisma lainnya, ranjang beton masih sama seperti aslinya. Tidak banyak yang tahu bahwa ranjang beton adalah tempat para PSK melayani tamunya. “Kebanyakan guest house di Dolly berlantai beton,” kata Jarwo kepada pengunjung.

Jarwo adalah Ketua Pokdarwis Putat Jaya Jarak Dolly. Dia bertanggung jawab untuk membimbing pengunjung yang bepergian di Dolly. Pokdarwis Putat Jaya menawarkan tiga paket. Harganya mulai dari Rp 20.000, Rp 60.000, hingga Rp 165.000. “Paket keseluruhan membuat UMKM Dolly mencicipi kuliner,” ujarnya.

Harga paket wisata tergantung perlengkapannya. Jarwo menjelaskan, untuk Rp 20.000 pengunjung diajak berkeliling kawasan Dolly dan Distance. Mereka melihat sekilas cerita Dolly. Saat Rp 65.000, wisatawan tidak hanya jalan-jalan dan mendengar cerita. Anda juga bisa memasuki bekas wisma yang sekarang digunakan sebagai situs untuk UMKM.

Selain sejarah Dolly, pengunjung juga akan mengetahui asal muasal pemukiman UMKM di Dolly. Untuk paket lengkap seharga Rp 165.000, pengunjung di Dolly bisa menempuh perjalanan lebih dari tiga jam. Karena mereka juga mendapat tambahan workshop di UMKM Batik dan Tempe Dolly.

Saat pulang, mereka mendapatkan oleh-oleh dari alun-alun UMKM. Misalnya, di Tempe Anda bisa mendapatkan kain Dolly, kanting untuk tie-dye. Bahkan, di Pusat Wisata Kuliner Dolly (SWK), pengunjung bisa memilih kuliner secara gratis. “Mereka juga mendapatkan diskon 20 persen di toko suvenir,” kata Jarwo

Setiap pengunjung juga diajak ke Dolly Saiki (DS) Point. Di sana mereka bisa membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang. Pokdarwis Putat Jaya Distance Dolly menggandeng lima UMKM. Yaitu Tempe Bang Jarwo, sendal dan sepatu Dolly, kain tie dye, kripik dan dealer SWK.

Tur Dolly sudah ada sejak 2014. Namun, dalam dua tahun terakhir ia terhenti dan aktif kembali. Bedanya, dulu dilakukan secara dangkal. Panduannya tidak seperti sekarang. Pada tahun 2020 telah berdiri Pokdarwis Dolly Jarak Putat Jaya. Ada 9 orang di dalamnya. Empat di antaranya adalah pemandu wisata, sisanya UKM.

Mendirikan Pokdarwis Putat Jaya Distance Dolly bukanlah tugas yang mudah. Minimnya pemahaman antar warga membuat konsep pariwisata Dolly terkadang terhambat. Jarwo mengatakan, setelah penutupan Dolly, dulu ada desa bertema. Namun, beberapa tidak berfungsi dan sekarang harus diaktifkan kembali.

Padahal, lanjutnya, Dolly memiliki potensi besar untuk menjadi turis. Semua orang pasti pernah mendengar nama Dolly. Namun, hanya prostitusi yang diketahui. Bahkan sekarang ditutup. Oleh karena itu, iklan melalui media sosial diintensifkan. Termasuk meminta bantuan kepada Pemkot.

Anggota Pokdarwis Distance Dolly Putat Jaya lainnya, Rr Dwi Prihatin Yuliastuti Soetanto, mengatakan tantangan saat ini adalah kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas. Misalnya kendala bahasa asing. “Dulu ada kelas bahasa Inggris,” katanya.

Selain itu, sinkronisasi antar titik referensi tidak tertata dengan baik. Dwi berharap dewan kota akan menyelesaikan pengaturan tur di Dolly pada akhir tahun ini. Dengan demikian ada hubungan antara tujuan. Selain itu, konsep wisata religi juga digagas. Mengingat disana terdapat makam seorang ulama besar. Yaitu Mbah Kapiludin, seorang penyebar agama Islam yang masih memiliki hubungan dengan Sunan Ampel.(jp)

Source: pontianakpost.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button