Tantangan perbankan dalam mengangkat sektor pariwisata - WisataHits
Jawa Timur

Tantangan perbankan dalam mengangkat sektor pariwisata

Oleh Paul Sutaryono

PADA Pada tanggal 20 Agustus 2022 saya diundang untuk peluncuran buku Gunung Kidul Bali selanjutnya oleh Cyrillus Harinowo dkk. di Balai Kebudayaan, Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selain Bali, buku ini menawarkan Gunung Kidul sebagai destinasi yang patut diperhitungkan. Apa saja tantangan perbankan dalam membesarkan sektor pariwisata?

Seberapa jauh pariwisata? Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia melalui pintu masuk utama mencapai 476,97 ribu kunjungan (tahun demi tahun/tahun) per Juli 2022, meningkat sebesar 6.396,46% dibandingkan Juli 2021. Dari Januari hingga Juli 2022, jumlah kunjungan wisman melalui pintu masuk utama mencapai 1,22 juta kunjungan, meningkat 1.434,39% dibandingkan periode yang sama tahun tersebut. 2021. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang mencapai 49,77% pada Juli 2022, meningkat 27,39 poin dibandingkan Juli 2021. TPK hotel non bintang pada Juli 2022 tercatat sebesar 24,69%, meningkat 9,55 poin dibandingkan Juli 2021.

Bagaimana transportasinya? Jumlah penumpang udara domestik mencapai 5 juta orang pada Juli 2022, naik 3,27% dari Juni 2022. Jumlah penumpang yang berangkat ke luar negeri meningkat 6,57% menjadi 621,3 ribu orang. Jumlah penumpang laut domestik mencapai 1,7 juta orang pada Juli 2022, meningkat 3,92% dibandingkan Juni 2022. Jumlah penumpang kereta api mencapai 25,7 juta orang pada Juli 2022, meningkat 9,02% dibandingkan Juni 2022.

Sektor pariwisata berkontribusi 4,11% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2017, meningkat menjadi 4,5% dan 4,7% pada tahun 2018 dan 2019. Akibat pandemi, kontribusi turun menjadi 4,05% pada 2020 dan kemudian mulai meningkat menjadi 4,2% pada 2021.

Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif (Kemenparekraf) telah menetapkan target kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB sebesar 4,3%, 4,4% dan 4,5% pada tahun 2022, 2023 dan 2024 masing-masing US$0,47 miliar – $1,7 miliar, $2,07 miliar – $5,95 miliar dan $7,38 miliar – $13,08 miliar pada tahun 2022, 2023, dan 2024. Sektor pariwisata menjadi salah satu penopang peningkatan ketahanan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi global Indonesia.

Manfaat Gunung Kidul

DIY meliputi kota Yogyakarta dan empat kabupaten: Gunung Kidul, Bantul, Kulon Progo dan Sleman. Data BPS Gunung Kidul menunjukkan 369 wisman berkunjung ke DIY melalui Bandara Internasional Yogyakarta pada Juni 2022. TPK untuk hotel berbintang adalah 66,45% dan untuk hotel tidak berbintang adalah 25,02% (per Juni 2022).

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Gunung Kidul, terjadi peningkatan kunjungan wisatawan selama pekan liburan sekolah. Pada hari-hari biasa, kunjungan rata-rata sekitar 3.000-5.000 orang per hari. Jumlah ini meningkat dibandingkan kunjungan di luar liburan sekolah yang hanya 1.000-2.000 orang per hari.

Pada Minggu 19 Juni 2022, atau sebelum libur sekolah, wisatawan yang datang hanya 17.430 orang, namun sepekan kemudian bertambah menjadi 23.482 orang. Pada Sabtu, 2 Juli 2022, kunjungan mencapai 15.030 orang.

Apa kelebihan wisata di Gunung Kidul? Dari sekitar 50 pantai, ada 18 wisata pantai yang terkenal (kompas.com, 25.7.2022). Kami menyebutkan beberapa saja: Pantai Indrayanti, Pok Tunggal, Timang, Siung, Wediombo, Sadeng, Ngobara, Baron, Kukup, Through dan Drini.

Faktor keberhasilan penting

Lantas bagaimana cara mengembangkan desa wisata di Gunung Kidul? Apa faktor keberhasilan yang paling penting (faktor kunci sukses) yang harus dipenuhi? Apa tantangan perbankan? Pertama, DIY memiliki dua desa wisata, yaitu Desa Wisata Widosari, Kabupaten Kulon Progo dan Desa Wisata Tepus, Kabupaten Gunung Kidul yang mendapatkan penghargaan Desa Wisata Indonesia oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada April 2022. Dua desa wisata tersebut adalah dua di antaranya 50 desa liburan yang dipilih dari 500 desa liburan di seluruh Indonesia!

Kedua, iklan merupakan faktor terpenting dalam menjual kampung liburan. Perkembangan teknologi dan informasi (TI) berupa internet, youtube, google, dan media sosial dapat mendongkrak promosi desa liburan untuk mencapai target pasar lebih cepat.

Ketiga, periklanan dapat berupa kegiatan yang menarik khalayak (acara). Misalnya lomba balap sepeda dengan jarak terjauh 320 km berhak Bersepeda de Jabar 2022 pada 27-28 Agustus 2022. acara Dimulai di kawasan Geopark, Ciletuh, Kabupaten Sukabumi dan berakhir di Kabupaten Pangandaran. Balap sepeda dengan total hadiah uang Rp 40 juta ini bertujuan untuk mempromosikan wisata olahraga dan ekonomi daerah. Peserta dapat menikmati pemandian air panas Cisolok, air terjun Cimarinjung dan pantai Cimaja dengan tantangan mendaki setinggi 40 cm.

Contoh lainnya adalah Borobudur Marathon pada 12-13 November 2022 yang mencakup tiga kategori. Kategori pertama adalah Borobudur Marathon Elite Race 42km untuk 50 pelari elit Indonesia pada 12 November 2022. Kategori kedua adalah Marathon Bank Jateng Tilik Candi Candi Marathon 21km untuk 5.000 pelari pada 13 November 2022. Kategori ketiga adalah Bank Jateng 10 km Young Talent Marathon untuk pelari muda usia 15-18 pada tanggal 12 November 2022. Marathon ini bertujuan untuk lebih memajukan Desa Wisata Borobudur.

Singkatnya, Gunung Kidul harus bisa berorganisasi acara sesuatu seperti itu acara Oleh karena itu, destinasi wisata Gunung Kidul yang dikelilingi pegunungan hijau, pantai yang indah dan udara yang bersih akan menjadi daya tarik tersendiri. Oleh karena itu, Gunung Kidul dapat menjalin kerjasama dengan surat kabar nasional sebagai media partner dan bank-bank ternama seperti Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, BTN, BSI, PermataBank, Bank OCBC NISP dan PaninBank sebagai mitra bisnis.

Keempat, infrastruktur menjadi faktor utama di desa wisata. Infrastruktur tersebut dapat berupa jalan, jembatan dan akomodasi hotel berbintang maupun non bintang.

Destinasi wisata Gunung Kidul sangat potensial mengingat kabupaten ini termasuk pengembangan Jalan Lintas Selatan (JJLS) atau Pansela. JJLS membentang dari Kabupaten Lebak, Banten hingga Banyuwangi, Jawa Timur. JJLS merupakan infrastruktur penting untuk mempromosikan pengembangan destinasi wisata Gunung Kidul. Rute melewati Bandara Internasional Yogyakarta yang baru, yang membuat koneksi ke Gunung Kidul semakin lancar. Artinya, Gunung Kidul yang sudah memiliki Bandara Gading berkomitmen untuk mengembangkannya menjadi bandara komersial. Sarana transportasi yang memadai akan memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mengakses destinasi wisata.

Kelima, perlu juga membangun jaringan listrik dan telekomunikasi yang lebih luas. Hal ini akan mendorong munculnya akomodasi hotel berbintang dan non bintang sehingga dapat memperpanjang waktu kunjungan wisatawan. Inilah tantangan berat Gunung Kidul.

Tantangan Perbankan

Keenam, perbankan ditantang untuk memberikan pinjaman ke sektor pariwisata karena alasan ini. Statistik perbankan Indonesia menunjukkan pinjaman sektor pariwisata sebesar Rp590,97 triliun pada Mei 2022. Jumlah ini mengasumsikan bahwa kredit pariwisata mencakup sektor listrik, gas dan air sebesar Rp 161,85 triliun; Rs.121,03 triliun crore sektor akomodasi, makanan dan minuman; dan sektor transportasi sebesar Rp308,09 triliun.

Dengan asumsi sebenarnya kredit sektor pariwisata adalah 20% dari Rp 590,97 triliun, maka kredit pariwisata adalah Rp 118,19 triliun atau “hanya” 2,06% dari total kredit perbankan sebesar Rp 5.741,09 triliun per Mei 2022. , yang “kecil” “. dibandingkan dengan besarnya potensi sektor pariwisata. Ini adalah tantangan nyata bagi bank!

Ketujuh, strategi pengetatan kredit adalah menawarkan insentif, katakanlah 10% dari total kredit, kepada bank yang telah meminjamkan ke sektor pariwisata. Insentif dapat berupa pengurangan 1% dalam Giro Wajib Minimum (GWM) dari 9% GWM efektif 1 September 2022. Semakin tinggi tingkat kredit, semakin baik bank mampu mendorong peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

Kedelapan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus memperpanjang restrukturisasi kredit, khususnya di sektor pariwisata, dari Maret 2023 menjadi Maret 2024 untuk itu. Hal ini memungkinkan pelaku industri untuk bernafas lebih lama dan memiliki cukup waktu untuk menabung sebelum dibebaskan dari restrukturisasi kredit.

Kesembilan, perbankan juga dapat mengembangkan desa wisata melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).tanggung jawab sosial perusahaan/CSR). CSR hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berlaku mulai tanggal 16 Agustus 2007. Ayat 3, Pasal 74 undang-undang mengatur bahwa perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya akan dikenakan sanksi.

Kita ambil contoh BCA yang selama ini aktif mengembangkan desa wisata di Gunung Kidul CSR. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia khususnya generasi muda (Karang Taruna), merupakan kunci utama keberhasilan. CSR tidak hanya 1-2 bulan, tetapi pengembangan desa liburan melalui CSR ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun!

Namun, pengembangan pariwisata harus diselesaikan CSR juga berpedoman pada pariwisata berkelanjutan, yang meliputi pengelolaan berkelanjutan; sosial ekonomi, budaya dan kelestarian lingkungan. Hal itu tertuang dalam Peraturan Departemen Pariwisata dan Industri Kreatif Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan yang berlaku efektif 7 Juli 2021.

Kesepuluh, deregulasi juga diperlukan melalui revisi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Tujuannya agar mampu mengantisipasi perubahan industri pariwisata dan kebutuhan pasar.

Kini, ketika berbagai faktor kunci sukses terpenuhi, industri pariwisata akan semakin bergema. Mimpi Gunung Kidul Menjadi Bali selanjutnya bisa menjadi kenyataan!

*) Penulis adalah pengamat perbankan dan mantan Wakil Presiden BN

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button