Petani berharap ada indikasi geografis untuk kopi Gunung Kawi - WisataHits
Jawa Timur

Petani berharap ada indikasi geografis untuk kopi Gunung Kawi

Petani berharap ada indikasi geografis untuk kopi Gunung Kawi

WAKTU INDONESIA, MALANG – Petani kopi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, berharap pemerintah daerah dapat mendukung proses pendaftaran Indikasi Geografis kopi di lereng Gunung Kawi.

Indikasi Geografis (IG) Kopi Gunung Kawi dinilai penting dalam memberikan nilai dan citra pada kopi di wilayah tersebut.

Iklan

Selain itu, indikasi geografis secara hukum dapat melindungi asal geografis produk, dalam hal ini Our Mountain Coffee, menjamin keaslian suatu produk dan meningkatkan penerimaan oleh produsen.

Wacana pentingnya Sertifikat Indikasi Geografis Kopi Gunung Kawi mengemuka dalam diskusi kelompok “Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan Melalui Sinergitas Multi Pihak dalam Pengembangan Teknologi dan Potensi Lereng Kopi Gunung Kawi” yang diselenggarakan oleh Universitas Raden Rahmat Malang ( Unira Malang), Selasa (31/01/2023) di Rumah Limasan, Jambuwer, Kecamatan Kromengan, Malang.

Diskusi ini menghadirkan para petani kopi di lereng Gunung Kawi, eksportir komoditas pertanian, dan UMKM Alkiko Yukimasari, peneliti kopi dan mahasiswa dari Unira Malang.

Kopi-Malang-b.jpgRurid Rudianto, petani kopi di Jambuwer, saat diskusi kopi Universitas Raden Rahmat Malang (Unira Malang), Selasa (31/01/2023) di Rumah Limasan, Jambuwer, Kecamatan Kromengan, Malang. (Foto: Faskal Muhammad Akbari/TIMES Indonesia)

“Lereng Gunung Kawi sudah memenuhi banyak syarat untuk bisa dijadikan indikasi geografis, mulai luas minimal 500 hektar, budaya, kualitas kopi, sejarah dan sebagainya,” jelas Sukadianto, petani kopi di Desa Sumberdam, Kecamatan Wonosari.

Sukadianto yang juga pengelola Kampung Kopi, wisata edukasi kopi di Sumberdam, menilai GI bisa memberi nilai tambah bagi kopi Gunung Kawi yang akan menguntungkan petani.

Karena itu, para petani kopi, khususnya yang berada di lereng Gunung Kawi, berharap pemerintah daerah atau pihak terkait seperti perguruan tinggi dapat mendukung proses sertifikasi Indikasi Geografis untuk kopi Gunung Kawi.

“Tentunya petani dibatasi dalam banyak hal dalam proses pendaftaran indikasi geografis. Termasuk kebutuhan penelitian ilmiah terkait yang kabarnya membutuhkan dana besar,” imbuhnya.


Teguh S, petani di wilayah Jambuwer, juga mendukung Indikasi Geografis kopi Gunung Kawi. Menurutnya, penyematan indikasi geografis untuk kopi spesialti bisa mendapatkan nilai atau apresiasi lebih dari pasar.

Gunung Kawi sebagai induk dari kopi Robusta

Rurid Rudianto, salah seorang petani kopi di Jambuwer yang juga merupakan perwakilan dari Pusdiklat Pertanian Swadaya dan Pedesaan, menambahkan bahwa sebutan geografis untuk kopi Kawi memang pantas diberi label. Menurutnya, sejarah kopi Gunung Kawi merupakan bagian penting dari sejarah kopi Indonesia.

Rurid juga mengutip penelitian peneliti kopi Indarto Parwoto yang menyebut daerah Malang sebagai induk kopi Robusta di Pulau Jawa. Indarto menemukan dalam bukunya Absolute Coffee bahwa Malang merupakan titik awal penanaman bibit kopi Robusta yang didatangkan dari Belgia pada tahun 1900-an.

Saat itu, kopi Robusta didatangkan ke daerah Malang untuk menggantikan kopi Arabika Jawa yang sudah musnah karena virus. Dari Malang dan Gunung, Kawi kemudian menyebar ke seluruh Indonesia.

“Kopi Gunung Kawi saat ini sudah mendunia dan menjadi komoditas unggulan. Tentu menjadi energi positif bagi masyarakat petani Gunung Kawi bahwa kopi yang mereka tanam berkelas dunia. Ini keistimewaan kopi Gunung Kawi,” kata Rurid.

Unira setuju untuk memantau Indikasi Geografis kopi Gunung Kawi

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Raden Rahmat Malang siap mengawal proses indikasi geografis kopi di lereng Gunung Kawi. LPPM Unira menilai kopi sebagai emas hitam Kabupaten Malang yang membutuhkan kerja serius dari hulu hingga hilir.

Muhammad Imron, Kepala LPPM Unira Malang, berpendapat perlu adanya sinergi dan kolaborasi dengan para petani kopi di lereng Gunung Kawi Kabupaten Malang untuk merencanakan pengelolaan indikator geografis tersebut.

“Agar potensi kopi di daerah ini bermanfaat bagi masyarakat sekitar Gunung Kawi,” ujarnya.

Imron menambahkan karena kampus ini berada di Kabupaten Malang, maka sudah menjadi kewajiban Unira Malang untuk memberikan kontribusi nyata bagi Kabupaten Malang. Untuk itu, Unira bersedia membantu petani kopi Gunung Kawi mendapatkan indikasi geografis.

Selain itu, Unira memiliki Pusat Kekayaan Intelektual (Sentra KI), salah satu layanan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unira Malang, yang khusus melayani kebutuhan yang berkaitan dengan hak kekayaan intelektual.

“Sejak awal, kampus ini memiliki fokus nyata pada penguatan kapasitas masyarakat desa, dan beberapa desa di lereng Gunung Kawi telah menjadi mitra Unira Malang,” ujarnya.

**) Ikuti berita terbaru KALI Indonesia di dalam Berita Google

Klik tautan ini dan jangan lupa untuk mengikutinya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button