Pengging dan Watu Genuk menjadi tujuan para peziarah Hindu Bali - WisataHits
Jawa Tengah

Pengging dan Watu Genuk menjadi tujuan para peziarah Hindu Bali

Pengging dan Watu Genuk menjadi tujuan para peziarah Hindu Bali

BOYOLALI – Sejumlah peninggalan masa lalu menjadi tujuan para peziarah umat Hindu. Dari peninggalan pengging di Banyudono hingga kompleks candi Watu Genuk di Mojosongo. Kedua tempat ini diyakini memiliki hubungan Dharma dengan umat Hindu Bali. Tak ayal, kedua tempat ini menjadi wisata religi bagi umat Hindu

Para tokoh yang berkunjung, antara lain tokoh adat Ida Pinandita Istri Nabe, beserta rombongan melakukan ziarah ke makam Sri Makurung Handayaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Ageng Pengging Sepuh. Mereka mengenakan pakaian adat Bali lengkap. Makam yang terletak di Dusun Malangan, Desa Dukuh, Banyudono ini merupakan jejak pertama kelompok ini.

Setelah penyucian, umat Hindu Bali akan berdoa dengan melakukan meditasi dan brata. Kemudian mereka akan mengumpulkan air dari bejana suci untuk dibawa ke Bali. Umat ​​Hindu Bali percaya bahwa Sri Makurung Handayaningrat masih memiliki hubungan yang erat dengan umat Hindu Bali pada umumnya.

Lanjut membaca:
Jawa Pos »

Remaja serang masjid membabi buta, satpam kena panah – tvOne

Sekelompok pemuda menggunakan senjata tajam, busur dan panah untuk menyerang remaja yang tinggal di Masjid Al Markaz Al Islami di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. – tvOne Baca selengkapnya >>

Tubuh berlumuran darah korban dugaan pembunuhanRADARSEMARANG.ID, SEMARANG – Polisi menemukan mayat seorang pria berlumuran darah di area proyek pengisian tambak di Jalan Arteri Yos Sudarso, Desa Terboyo Kulon, Kecamatan Genuk, Kota Semara.

Polisi memeriksa jenazah pria tak dikenal di pinggir Jalan Arteri SemarangPOLISI memeriksa jenazah pria tak dikenal penuh luka yang ditemukan tergeletak di sekitar Jalan Arteri Yos Soedarso Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/11).

Berbagai interpretasi dewi Durga mempengaruhi penampilan Calon ArangKarakter Dewi Durga digambarkan berbeda dalam puisi panjang Kakawin atau bahasa Indonesia yang berbeda. Hal ini mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap salah satu dewi dalam ajaran Hindu. Pendidikan dan Kebudayaan Adadi Kompas

Kasus hilangnya 500 ton beras Bulog Lampa di PinrangPolres Pinrang Sulsel saat ini sedang menyelidiki hilangnya 500 ton beras di Gudang Logistik Lampa dan telah mewawancarai sejumlah saksi. Hadeuh kok gak viral di berita tv ya? 500 ton

Bali hanya punya budaya, demikian jawaban tegas Gubernur KosterBali hanya punya budaya yang menjadi modal pariwisata, demikian jawaban Gubernur Wayan Koster dengan tegas

PPA siap meluncurkan studio rekaman pertama Lokananta di |em|Hub|/em| mengkonversi Musik Indonesia | Republik daringPPA akan mengubah Lokananta menjadi pusat kreatif dan komersial bagi musisi, seniman, dan UMKM

SERIUS: Peziarah Hindu asal Bali menggelar upacara Tirtha Yatra di Pura Watugenuk, Minggu (27/11) Jalan Arteri Yos Soedarso Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/11) TEKS KOMPAS/IWAN SETIYAWAN Munculnya tokoh Leak sebagai Perwujudan ilmu hitam saat pementasan sendratari Calon Arang pada penutupan Festival Seni Suci Agama Hindu di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta di Solo, Jawa Tengah, pertengahan Juni 2010.

(RAGIL LISTYO/RADAR SOLO) BOYOLALI – Sejumlah peninggalan masa lampau menjadi incaran para peziarah umat Hindu. Dari peninggalan pengging di Banyudono hingga kompleks candi Watu Genuk di Mojosongo. Saat ditemukan, identitas korban belum diketahui. Kedua tempat ini diyakini memiliki hubungan Dharma dengan umat Hindu Bali. Baca Juga: Peringatan HKN, Dorongan Kota Pematang Siantar Tingkatkan Pelayanan Kesehatan Ia mengatakan, pemeriksaan awal menemukan sejumlah luka pada korban. Tak ayal, dua tempat ini menjadi wisata religi bagi umat Hindu Bali pada Minggu (27/11).30 WIB, Jumat (25/11). Para tokoh yang berkunjung, antara lain tokoh adat Ida Pinandita Istri Nabe, beserta rombongan melakukan ziarah ke makam Sri Makurung Handayaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Ageng Pengging Sepuh. Simposium ini merupakan bagian dari Borobudur Writers And Cultural Festival 2022 (BWCF) yang berlangsung dari tanggal 24 hingga 27 November 2022.

Mereka mengenakan pakaian adat Bali lengkap. Banyak darah mengalir dari kepalanya. Jenazah korban kemudian dibawa ke kamar jenazah dr. RS Kariadi Semarang. Makam yang terletak di Dusun Malangan, Desa Dukuh, Banyudono ini merupakan jejak pertama kelompok ini. “Kami berdoa dan berdoa. Dia menemukan mayat di Jalan Arteri Yos Sudarso. Kemudian dilanjutkan ke tempat pemandian di daerah Pengging untuk mengadakan upacara Tirtha Yatra. Ini adalah proses mengunjungi tempat-tempat suci di daerah yang memiliki hubungan Dharma dengan umat Hindu Bali,” jelasnya. Awalnya, polisi menduga mayat yang ditemukan itu kecelakaan lalu lintas.

Ada beberapa rangkaian upacara yang dilakukan. Mulailah dengan Mapakeling atau minta izin kepada otoritas setempat. “Setelah dibongkar oleh Inafis, ada tanda-tanda penganiayaan dan akan diperiksa lagi oleh Inafis di RS Kariadi,” ujarnya. Ibadah dilanjutkan, kemudian peserta melakukan pembersihan diri dengan terjun ke kolam yang telah dibersihkan. Prosesi ini dipimpin langsung oleh Ida Pandita. 00 WIB menjadi korban dr. Setelah penyucian, umat Hindu Bali akan berdoa dengan melakukan meditasi dan brata.

Kemudian mereka akan mengumpulkan air dari bejana suci untuk dibawa ke Bali. Dari hasil studi eksternal yang dipimpin oleh Dr. Umat ​​Hindu Bali percaya bahwa Sri Makurung Handayaningrat masih memiliki hubungan yang erat dengan umat Hindu Bali pada umumnya. “Salah satu kunjungan beliau ke Boyolali adalah untuk melakukan Tirtha Yatra, atau kunjungan untuk melakukan Dharma. Korban bernama Gusni Amsol dan tinggal di Jorong Tanah Badabuih Linatau Buo Utara, Sumatera Barat. Ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena ada leluhur yang menyediakan tempat-tempat suci untuk pemujaan. Dan itu memberi kita energi spiritual,” jelasnya. Juga memar dan lecet di wajah, punggung kanan atas dan lutut kanan dan kiri.

Ia berharap agar tempat ibadah bersejarah tersebut dapat dijaga dan dilestarikan. Menurutnya, tugas ini sudah menjadi tanggung jawab generasi muda. (ifa/ton) Baca artikel dan berita terkini. “Untuk menentukan lokasi tempat keramat ini, nenek moyang melakukannya dengan pertimbangan spiritual yang tinggi. Untuk itu, kita harus melestarikannya,” tambahnya. Kusworo Rahardian, Direktur Kegiatan Ziarah dan Ketua Boyolali Heritage Society (BHS), menambahkan, ketenaran Pengging di masa lalu masih erat kaitannya dengan umat Hindu Bali.

Oleh karena itu, tempat minum di Pengging, Banyudono masih dianggap keramat dan bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. “Warga Hindu Bali sengaja datang sebagai bagian dari upacara tirtha yatra atau kunjungan keagamaan ke tempat leluhur. Ini adalah pelayanan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan,” jelasnya. Setelah Ki Ageng Pengging Sepuh Petilasan, wisata religi dilanjutkan ke Kompleks Situs Candi Watu Genuk, Mojosongo. Para peserta terlihat serius usai melakukan ritual bhakti atau penyucian.

Meski berada di atas matras, para kontestan terlihat antusias. Ada juga beberapa patung. Seperti Steinfass, Nandiswara, Dewi Durga dan lainnya. Umat ​​Hindu Bali percaya bahwa mereka memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Watu Genuk. Kusworo menambahkan, kawasan itu dibangun oleh nenek moyang umat Hindu.

Mereka menetap setelah terdampar dalam perjalanan ke Bali pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Prosesi sembahyang juga dilakukan di situs Watugenuk dengan membawa segala perlengkapan upacara. Termasuk sesaji dan ritual pengambilan air suci dari situs Watu Gentong. (rgl/nik) BOYOLALI – Sejumlah peninggalan masa lampau menjadi incaran para peziarah umat Hindu. Seperti peninggalan pengging di Banyudono hingga kompleks candi Watu Genuk di Mojosongo.

Kedua tempat ini diyakini memiliki hubungan Dharma dengan umat Hindu Bali. Tak ayal, dua tempat ini menjadi wisata religi bagi umat Hindu Bali pada Minggu (27/11). Para tokoh yang berkunjung, antara lain tokoh adat Ida Pinandita Istri Nabe, beserta rombongan melakukan ziarah ke makam Sri Makurung Handayaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Ageng Pengging Sepuh. Mereka mengenakan pakaian adat Bali lengkap. Makam yang terletak di Dusun Malangan, Desa Dukuh, Banyudono ini merupakan jejak pertama kelompok ini.

“Kami berdoa dan berdoa. Kemudian dilanjutkan ke tempat pemandian di daerah Pengging untuk mengadakan upacara Tirtha Yatra. Ini adalah proses mengunjungi tempat-tempat suci di daerah yang memiliki hubungan Dharma dengan umat Hindu Bali,” jelasnya. Ada beberapa rangkaian upacara yang dilakukan. Mulailah dengan Mapakeling atau minta izin kepada otoritas setempat.

Ibadah dilanjutkan, kemudian peserta melakukan pembersihan diri dengan terjun ke kolam yang telah dibersihkan. Prosesi ini dipimpin langsung oleh Ida Pandita. Setelah penyucian, umat Hindu Bali akan berdoa dengan melakukan meditasi dan brata. Kemudian mereka akan mengumpulkan air dari bejana suci untuk dibawa ke Bali. Umat ​​Hindu Bali percaya bahwa Sri Makurung Handayaningrat masih memiliki hubungan yang erat dengan umat Hindu Bali pada umumnya.

“Salah satu kunjungan beliau ke Boyolali adalah untuk melakukan Tirtha Yatra, atau kunjungan untuk melakukan Dharma. Ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena ada leluhur yang menyediakan tempat-tempat suci untuk pemujaan. Dan itu memberi kita energi spiritual,” jelasnya. Ia berharap agar tempat ibadah bersejarah tersebut dapat dijaga dan dilestarikan. Menurutnya, tugas ini sudah menjadi tanggung jawab generasi muda.

“Untuk menentukan lokasi tempat keramat ini, nenek moyang melakukannya dengan pertimbangan spiritual yang tinggi. Untuk itu, kita harus melestarikannya,” tambahnya. Kusworo Rahardian, Direktur Kegiatan Ziarah dan Ketua Boyolali Heritage Society (BHS), menambahkan, ketenaran Pengging di masa lalu masih erat kaitannya dengan umat Hindu Bali. Oleh karena itu, tempat minum di Pengging, Banyudono masih dianggap keramat dan bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. “Warga Hindu Bali sengaja datang sebagai bagian dari upacara tirtha yatra atau kunjungan keagamaan ke tempat leluhur.

Ini adalah pelayanan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan,” jelasnya. Setelah Ki Ageng Pengging Sepuh Petilasan, wisata religi dilanjutkan ke Kompleks Situs Candi Watu Genuk, Mojosongo. Para peserta terlihat serius usai melakukan ritual bhakti atau penyucian. Meski berada di atas matras, para kontestan terlihat antusias. Ada juga beberapa patung.

Seperti Steinfass, Nandiswara, Dewi Durga dan lainnya. Umat ​​Hindu Bali percaya bahwa mereka memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Watu Genuk. Kusworo menambahkan, kawasan itu dibangun oleh nenek moyang umat Hindu. Mereka menetap setelah terdampar dalam perjalanan ke Bali pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Prosesi sembahyang juga dilakukan di situs Watugenuk dengan membawa segala perlengkapan upacara.

Termasuk sesaji dan ritual pengambilan air suci dari situs Watu Gentong. (rgl/nick) .

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button