Hari Jadi ke 46 Ramayana Ballet Purawisata - WisataHits
Yogyakarta

Hari Jadi ke 46 Ramayana Ballet Purawisata

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Pada Sabtu (06/08/2022), diadakan workshop budaya dan pariwisata “Menggeliat Masa Depan Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia Pasca Pandemi” di Ballroom Hotel Tasneem Kawasan Wisata Budaya Terpadu Mandira Baruga.

Kegiatan yang digelar dalam rangka HUT ke-46 Sendratari Ramayana Purawisata ini dibuka oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, anggota Panitia Pelaksana Dewan Perwakilan Daerah (DPD) DIY, dan menghadirkan narasumber yaitu Direktur Pemasaran Pariwisata Otoritas Borobudur, Agus Rochiyardi, Pembina Budaya dan Masyarakat, MH Ainun Najib, Prof.DR.Ir. Wiendu Nuryanti, dan dipimpin oleh moderator Dr.dr. Ulla Nukhravati, MM.

GKR Hemas dalam sambutannya mengatakan, sektor pariwisata di toko perangkat keras yang ambruk akibat pandemi perlahan bangkit kembali. Bahkan, seluruh daerah DIY saat ini berlomba-lomba menarik wisatawan.

Baca juga: Telkomsel dan Mitratel Tandatangani Kesepakatan Pengalihan Kepemilikan 6.000 Unit Tower

Oleh karena itu, GKR Hemas berharap Kementerian Pariwisata berperan dan memberikan banyak program pemerintah pusat untuk merevitalisasi kegiatan pariwisata di daerah.

“Kegiatan pariwisata do-it-yourself mendapat amunisi yang cukup untuk meningkatkan tidak hanya pariwisata tetapi juga kualitas para penggiat pariwisata dan budaya,” kata GKR Hemas.

“Saya mengapresiasi terselenggaranya rangkaian kegiatan ini sebagai upaya untuk merevitalisasi Kota Jogja sebagai kota budaya dan pariwisata,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Direktur Pemasaran Pariwisata Otorita Borobudur, Agus Rochiyardi mengatakan, kedatangan wisatawan mancanegara ke seluruh dunia mencapai rekor 1,5 miliar pada 2019.

“Yah, kebanyakan dari mereka ada di Prancis, Cina, Amerika, Spanyol, dan Italia. Itu 5 besar. Rata-rata mereka (jumlah kunjungan) di atas 50 juta per tahun,” kata Agus.

Sementara itu, kunjungan wisatawan ke Indonesia hanya 16,5 juta pada 2019 atau sebelum pandemi, kata Agus. Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa Indonesia “makan” hanya 1,5 persen secara internasional.

“Bahkan jika kita berbicara tentang Indonesia dari Sabang sampai Merauke, ada banyak tempat yang sangat indah. Namun sayangnya ketersediaan kami tidak memenuhi persyaratan. Kemudian pandemi adalah pengubah permainan, semuanya banyak berubah. Hal ini mempengaruhi keadaan pariwisata di Indonesia”,

Source: jogja.tribunnews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button