Dosen PTNBH Bestari Kuliah Kerjasama Riset - WisataHits
Jawa Timur

Dosen PTNBH Bestari Kuliah Kerjasama Riset

Dosen PTNBH Bestari Kuliah Kerjasama Riset

Kuliah Guru Besar PTNBH di Kampus UM Kamis (26 Januari) kemarin.

Kota Malang, Bhirawa

Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) di Indonesia kemarin (26/1) mengikuti kuliah Bestari yang berlangsung di Aula Graha Rektorat Universitas Negeri Malang.
Para guru besar dari 21 perguruan tinggi yang kali ini diwakili dalam dewan guru besar mengangkat topik Seni Rupa dan Bahan Lanjutan Nusantara.
Ketua Komisi Guru Besar UM dan Ketua Panitia Acara Prof.DR.Ir. Syaad Patmanthara, MPd. menyatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan hubungan kebersamaan Dewan Guru Besar.
Menurutnya, dalam program kuliah Bestari ini, setiap perguruan tinggi menyerahkan makalah inovasi penelitian dan pengabdian masyarakat kepada perguruan tinggi.
“Sehingga inovasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dapat diserahkan ke PTNBH untuk saling berkolaborasi,” kata Prof Syaad kepada wartawan.
Menurutnya, kuliah bestari ini diadakan secara hybrid di masing-masing PTNBH setiap bulannya. Jika sebelumnya kuliah di Universitas Brawijaya tentang energi baru dan terbarukan, maka di UM mengangkat soal materi seni asli Indonesia.
Dengan memperkenalkan dua narasumber yaitu Guru Besar Fakultas Filsafat UM Prof.DR.Ponimin,M.Hum dan Guru Besar FMIPA UM Prof.DR.Nandang Mufti,Ssi.,MT.
“Dengan demikian, setiap kuliah tamu ini menyajikan materi yang spesifik, terutama yang berkaitan dengan penelitian yang digunakan secara internasional,” ujarnya.
Selain kuliah Bestari, para guru besar ini juga mengikuti Plenary Session MDGP PTNBH yang merupakan ajang pertemuan dan penyusunan makalah penelitian sesuai dengan perkembangan politik di Indonesia.
“Semua yang menjadi keputusan rapat paripurna akan disampaikan kepada pemerintah, termasuk rekomendasi dari para ilmuwan terkait IKN,” ujarnya. Prof Ponimin, salah satu narasumber, menilai forum tersebut sebagai media bagi para profesor untuk berbagi pengalaman akademik.
“Kami mencoba bertukar pengalaman dengan peneliti dari berbagai universitas terkait pembuatan seni berbasis sains,” kata Prof. Ponimin.
Menurutnya, kerajinan di nusantara merupakan warisan budaya bangsa, yang tidak boleh dipandang sebagai wacana keilmuan, tetapi juga sebagai sumber inspirasi yang tidak pernah habis untuk digali, digagas dan diolah menjadi karya seni yang berwawasan akademis.
Menurutnya, ada dua cara utama untuk menentukan proses karya seni.
Metode pertama adalah penciptaan fisik. Yaitu, bagaimana sumber ide menginspirasi peneliti untuk menciptakan produk baru yang disesuaikan dengan perkembangan zaman namun tetap digunakan oleh masyarakat saat ini.
“Misalnya, karya seni yang dikemas untuk tujuan wisata dan dekorasi rumah. Sehingga kerajinan itu hadir di tengah masyarakat, memberikan nafas nusantara yang kekinian,” ujarnya.
Metode kedua adalah reinterpretasi. Yaitu metode yang mendefinisikan kembali sumber-sumber ide masa lalu dalam konteks masa kini.
“Kisah Rama dan Sita melawan Rahwana. Ini bukan sekedar kisah cinta, tetapi jika dikaitkan dengan konteks filosofis saat ini, ini adalah pelajaran bagaimana menghadapi sesuatu. Jadi sumber ide cerita ini adalah masa lalu, bisa dihubungkan dengan cerita melawan keadaan tubuh melawan virus di masa pandemi,” pungkasnya. [mut.why]

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button