Jawa Timur

Cuaca memicu penurunan pengunjung yang ekstrim, jumlah wisatawan ke Dlundung turun 70 persen

SURYA.CO.ID, MOJOKERTO – Pengaruh kondisi cuaca ekstrem yang ditandai dengan hujan lebat yang tidak menentu berdampak pada penurunan pengunjung di sejumlah destinasi wisata alam di Kabupaten Mojokerto. Salah satu objek wisata alam yang terkena dampak cuaca ekstrim adalah Air Terjun Dlundung (Air Terjun) di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas.

Di Air Terjun Dlundung, penurunan kunjungan wisatawan juga ekstrem, hingga 70 persen. “Jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Air Terjun Dlulung mengalami penurunan hingga 70 persen,” kata Koordinator Wisata Air Terjun Dlulung Safuk, Jumat (11/11/2022).

Safuk mengatakan, dampak cuaca ekstrem juga berdampak pada penurunan kunjungan wisatawan ke Air Terjun Dlundung. Kunjungan telah berkurang drastis sekitar 30 orang per hari pada hari kerja dan 300 orang pada akhir pekan. Sedangkan pada cuaca normal, jumlah wisatawan bisa mencapai 200 orang di hari biasa dan 1.000 orang di akhir pekan.

Bahkan, setiap kali hujan dan cuaca buruk, wisata alam, termasuk Air Terjun Dlundung, menjadi masalah sehingga jumlah wisatawan menurun, jelasnya.

Menurut Safuk, pengelola juga akan menutup wisata air terjun Dlundung jika cuaca ekstrem melanda untuk mengantisipasi bencana alam seperti pohon tumbang dan tanah longsor. “Jika terjadi hujan lebat dan angin kencang, kami akan segera menutup kawasan wisata tersebut. Kami juga mengarahkan pengunjung keluar untuk mengantisipasi bencana alam,” katanya.

Tak hanya Air Terjun Dlundung, wisata alam Padusan di Pacet, Kabupaten Mojokerto juga terkena dampak kondisi cuaca ekstrem. Koordinator Pemandian Air Panas Padusan Heru Utomo mengaku saat ini tidak ada pengunjung saat musim hujan.

Bahkan kunjungan wisatawan turun hingga 50 persen. Dalam kondisi normal, wisatawan di Padusan mencapai 200 orang dan 1.500 orang pada akhir pekan. Bahkan pariwisata di Padusan ditutup selama dua hari karena cuaca ekstrim. “Kami tutup selama dua hari karena beberapa titik rusak akibat hujan dan angin kencang,” kata Heru.

Asper, dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Pacet dan Pengelola Hutan (KPH) Pasuruan, mengatakan kepada Margono bahwa penutupan itu sebenarnya dilakukan karena terkait dengan upaya mitigasi pohon tumbang di wisata air terjun Dlulung dan Padusan. “Kami sudah membentuk tim pengendalian kerusakan tetapi menunggu arahan lebih lanjut dari markas,” kata Margono.

Menurut Margono, penampakan di tempat wisata Dlundung dan Padusan masih aman dalam cuaca ekstrem. Perhutani dan pengelola pariwisata diperbolehkan memangkas cabang jika dianggap berbahaya. “Insya Allah aman, kecuali ada pohon kering yang tumbang, langsung kami tebang,” ujarnya. *****

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button