Bupati Kulonprogo: Utara masa lalu, Pansela DIY masa depan - WisataHits
Yogyakarta

Bupati Kulonprogo: Utara masa lalu, Pansela DIY masa depan

Harianjogja.com, KULONPROGO–Potensi kawasan Pantai Selatan (pansela) Kulonprogo semakin dikenal dengan adanya Jalan Lingkar Selatan (JJLS). Keberadaan JJLS diyakini membawa harapan baru bagi pertumbuhan ekonomi pantai selatan Jawa ke depan.

pj Bupati Kulonprogo Tri Saktiyana mengatakan, keberadaan JJLS berpotensi mendongkrak perekonomian di berbagai sektor, mulai dari pariwisata hingga industri dan sektor lainnya.

Kulonprogo memiliki garis pantai sepanjang 24,8 kilometer, panjang garis ini kurang lebih sebesar bentangan JJLS di Kulonprogo.

Untuk menghubungkan JJLS dengan jalan ekonomi kerakyatan sedang disiapkan jalan penghubung yang akan menjadi penghubung antara kegiatan JJLS dengan berbagai pusat kegiatan di masyarakat.

“JJLS bukan jalan eksklusif, tapi jalan yang bisa terkoneksi dengan jalan lain. Secara umum JJLS memanjang dari barat ke timur atau timur ke barat. Ada jalan penghubung yang bisa menghubungkan pusat kegiatan di Kulonprogo dengan JJLS,” ujarnya, Kamis (21/7/2022).

BACA JUGA: 2 Orang Ditangkap, Begini Kronologis Dugaan Kasus Korupsi Di Stadion Mandala Krida

Penyambungan ruas JJLS Kulonprogo masih menunggu pembangunan jembatan Srandakan 3. Jembatan ini akan menghubungkan Kapanewon Galur, Kulonprogo di sisi barat dengan Kapanewon Srandakan, Bantul di sisi timur. Diharapkan arus barang dan orang di Pansela semakin lancar dengan penambahan jembatan ini.

“Tentu kami sangat yakin pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat. Juga di sisi selatan, pemerataan ekonomi akan meningkat lagi bila ada tambahan jembatan Srandakan-3,” ujarnya.

Selain panorama pertanian di sepanjang lintasan JJLS, masyarakat yang melewati lintasan JJLS juga dapat dengan mudah mengakses potensi bahari dan wisata yang ada di keempat pantai Kulonprogo. Mulai dari Pantai Congot, Pantai Glagah, Pantai Trisik hingga Pantai Bugel. Termasuk singgah di salah satu pelabuhan di DIY yaitu Pelabuhan Tanjung Adikarto.

BACA JUGA: Pemkot Jogja Dorong Koperasi Konvensional Beralih ke Koperasi Modern

“Untuk Tanjung Adikarto jaraknya hanya sekitar satu kilometer dari JJLS yang dibangun. Sekarang secara otomatis memiliki jalan penghubung. Mungkin nanti baru ada penambahan jalan link, tapi link roadnya sudah ada,” ujarnya.

Keberadaan JJLS yang sudah mulai menjahit antar daerah juga mendukung keberadaan kawasan industri di Sentolo. Menurut Shaktiyana, kawasan industri di Sentolo tentu membutuhkan jalur pasokan logistik, baik untuk mengirimkan bahan baku maupun untuk dijual. “Dengan JJLS, nanti dengan jalan tol dan lain-lain, akan lebih mudah mengalirkan bahan baku dan barang jadi dari pusat industri di Sentolo,” ujarnya.

Aerotropolis Kulonprogo

JJLS juga melewati salah satu YIA, bandara kelas internasional yang merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia. Keberadaan bandara baru di Kulonprogo ini nantinya akan didukung dengan desain Aerotropolis.

“Aerocity secara langsung maupun tidak langsung mendukung fasilitas dengan adanya YIA. Hal ini direncanakan oleh PT Angkasa Pura. Juga akan ada Aerotropolis yang jauh lebih besar. [rancangannya],” dia berkata.

Shaktiyana percaya bahwa keberadaan YIA didedikasikan tidak hanya untuk masyarakat Kulonprogo dan DIY, tetapi juga untuk daerah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Barat sisi selatan, Jawa Timur seperti Pacitan. Spesifikasi YIA, yang dapat digunakan untuk mendaratkan pesawat terbesar, pesawat terberat, serta pesawat penumpang dan pesawat kargo, dapat menjadi tempat keluar masuknya barang dan penumpang di sisi selatan Jawa. “Itu lebih dari cukup untuk memungkinkan pergerakan orang dan barang dari DIY, Jawa Barat sisi selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,” katanya.

Selain itu, Shaktiyana berharap bila Kulonprogo ke depan menjadi Aerotropolis, Kulonprogo akan memiliki semacam taman Aerotropolita. Kawasan Aerotropolis dengan taman tempat berlangsungnya proses agrowisata dan kegiatan lainnya. “Karena jarak dari pantai ke kota dan perbukitan relatif kecil dan kita dapat dengan mudah mencapainya dalam waktu kurang dari 30 menit,” jelasnya.

“Jika industri, UMKM dan pariwisata berkembang, tentu akan tumbuh dengan sendirinya,” ujarnya.

Dengan konsep aerotropolis pernak-pernik kecil seperti pusat oleh-oleh, diyakini Shaktiyana akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. “Pasti akan muncul dengan sendirinya. Seperti sekarang ada Pasar Kotagede di bandara, tapi saya kira nanti banyak yang seperti Teras Malioboro dan sebagainya,” ujarnya.

Untuk menghayati konsep Aerotropolis, Shaktiyana menjelaskan bahwa kapasitas sumber daya manusia yang ada juga akan ditingkatkan melalui serangkaian pelatihan. Diharapkan pengemudi Aerotropolis dapat melibatkan masyarakat Kulonprogo dalam hal ini.

“Kami mulai melatih UKM untuk masyarakat Kulonprogo. Kemudian kami juga membekali generasi muda melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar mereka siap, siap mental, siap keterampilan. Ketika Aerotropolis terwujud, nanti anak-anak Kulonprogo akan terlibat langsung,” ujarnya.

Harapan baru untuk perekonomian

Keberadaan infrastruktur seperti JJLS dan YIA menjadi harapan baru bagi pertumbuhan ekonomi di sisi selatan. Shaktiyana mengatakan, perekonomian Kulonprogo tumbuh di atas dua digit pada periode terakhir tahun 2019.

“Saya yakin kegiatan infrastruktur ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dan kita juga ingin pertumbuhan ekonomi ini menjadi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tinggi. Artinya kualitas, pertumbuhan disertai dengan keterlibatan dan partisipasi masyarakat, ”katanya.

Mata pencaharian Jalur Sisi Selatan terus diupayakan, salah satunya adalah komunikasi antar wilayah di Pansela. Komunikasi terjadi atas dasar pertanyaan dasar hingga pertanyaan operasional di daerah perbatasan. “Yang saya kembangkan sekarang bukan daya saing daerah, tapi daya saing daerah,” ujarnya.

“Jika Anda membandingkan Utara dan Selatan, Utara adalah pertumbuhan masa lalu dan Selatan adalah pertumbuhan masa kini dan masa depan. Harapan baru ada di Selatan,” jelasnya.

Pelaporan ini merupakan bagian dari program Jelajah Pansela Trail: Membangun Perekonomian Pantai Selatan Jawa yang diadakan Jogja setiap hari bekerjasama dengan Pertamina Patra Niaga dan Bank BPD DIY.

Dalam program ini, Tim Jogja setiap hari Menelusuri dan merekam setiap segmen pantai selatan Jawa mulai dari Kebumen, Purworejo, Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul hingga Wonogiri. Jelajah Pansela dimulai pada Selasa (19/7/2022) dan berakhir pada Jumat (22/7/2022) di Wonogiri.

Source: jogjapolitan.harianjogja.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button