Wisata Bouwplan, kompleks pejalan kaki ala tata kota Malang kolonial - WisataHits
Jawa Timur

Wisata Bouwplan, kompleks pejalan kaki ala tata kota Malang kolonial

Liputan6.com, Malang – Pemkot Malang terus berupaya memoles wajah kota. Ada ide perjalanan terbaru cetak biru atau perencanaan kota. Dalam bentuk peningkatan pejalan kaki yang menghubungkan beberapa area.

bouwplan Itulah 8 tahapan perencanaan Kota Malang pada masa penjajahan 1914-1940. Dirancang oleh Herman Thomas Karsten, seorang arsitek Belanda. Konsep perencanaan mengambil keuntungan dari pegunungan di sekitarnya dan Sungai Brantas, yang membelah kota.

Kota ini sering disebut-sebut sebagai salah satu hasil perencanaan kota kolonial terbaik di Hindia Belanda saat itu. Sisa-sisa tata kota, seperti jaringan jalan dan taman kota, masih dapat dilihat sampai sekarang.

Sedangkan ide pemerintahan kota dari pariwisata cetak biru berupa fasilitas pejalan kaki yang menghubungkan antar area yang berhubungan dengan cerita ini. Penataannya mirip dengan proyek penataan Kayutangan Heritage yang sudah berjalan sejak 2019 dengan anggaran puluhan miliar rupiah.

“Kalau kita punya konsep wisata bouwplan, pasti seru. Dalam bentuk penataan kawasan yang mirip dengan tangan sebelumnya,” kata Diah Ayu Kusuma Dewi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Pengembangan Kota Malang (DPUPRPKP).

ide perjalanan cetak biru Itu, lanjutnya, karena melihat Kota Batu memiliki wisata alam dan Kabupaten Malang kaya akan wisata pantai. Sedangkan kota Malang telah berkembang menjadi kota jasa, perdagangan, kuliner dan lain-lain.

“Makanya sayang kalau orang datang ke kota ini hanya untuk itu tapi tidak melihat kotanya,” kata Diah Ayu.

Karena Kota Malang memiliki sejarah tata kota pada masa kolonial, maka dijadikan sebagai objek wisata. Pejalan kaki di sejumlah kawasan akan ditata dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang seperti Kayutangan saat ini.

Rencananya, pelebaran pejalan kaki menjadi 4,5 meter di beberapa kawasan Kota Malang. Lalu ada demarkasi atau presentasi kawasan di beberapa tempat dengan informasi wisata dan sejarah setiap tahapannya cetak biru pada waktu Belanda.

“Ini masih rencana, perlu dibuat masterplan dulu. Selidiki demarkasi apa, bangunan yang bisa digunakan untuk spot foto, dan lain-lain. Itu akan dilaksanakan secara bertahap,” kata Diah Ayu.

* Fakta atau lelucon? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silahkan hubungi nomor 0811 9787 670 melalui WhatsApp dengan hanya memasukkan kata kunci yang diinginkan.

Bicara kuliner di kota Malang, Jawa Timur sepertinya tidak ada habisnya. Salah satunya adalah tempat makan di pinggir Jalan Brigjen Katamso, Malang yaitu Sego Goreng Resek yang dalam bahasa Indonesia artinya sampah. Meski namanya Nasi Go…

Source: surabaya.liputan6.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button