Wayang kuno Ngabe Ngremboko, branding bangunan sebagai produk budaya desa - WisataHits
Jawa Tengah

Wayang kuno Ngabe Ngremboko, branding bangunan sebagai produk budaya desa

RADARSOLO.ID – Desa Ngabe, Kecamatan Kalijambe, Sragen merupakan bagian dari Gugusan Kawasan Purbakala Sangiran. Kampung ini memiliki ciri khas wayang kuno. Apa yang unik tentang itu?

Kreativitas anak muda dan penggiat seni merupakan salah satu senjata untuk mempresentasikan suatu daerah. Seperti yang dilakukan oleh Penggiat Budaya Desa Ngabe, Kecamatan Kalijambe, dengan menggelar Kegiatan Anti Punden Mbah Nguri-Nguri bertajuk Wayang Purba Ngabe Ngremboko, Sabtu (26/11) Minggu (27/11).

Kegiatan ini menampilkan wayang kuno sebagai produk budaya dan karya seni di desa Ngabe. Boneka antik ini dibuat pada tahun 2020 oleh seniman lokal, Joni Susanto. Namanya Wayang Ngabe Ngremboko lawas. Sampai saat ini, wayang kuno sudah memiliki lebih dari 30 karakter.

Berbeda dengan wayang kulit yang mengadopsi cerita dari Ramayana dan Mahabharata. Boneka purba ini berkaitan dengan hasil penelitian manusia purba di Sangiran. Kemudian cerita disusun dan dikembangkan lebih lanjut sebagai sarana pendidikan.

“Wayang purba ini menggambarkan wujud manusia purba, cerita tentang kehidupan purba. Kurang lebih sekelompok makhluk yang diyakini telah hidup sebelum zaman nabi Adam,” jelasnya.

Ceritanya bahkan lebih sederhana karena hasil pengembangan penelitian dianalisis. Tentunya tetap dengan fantasi sebagai bagian dari penggambaran cerita. Karena pada masa awal umat manusia masih mengembara, diburu, dikumpulkan dan tidak meninggalkan manuskrip.

“Deskripsi mereka adalah bagaimana bertahan hidup dan mencari makan. Serta bertahan dari cuaca dan alam. Termasuk hewan liar pada masa ini. Produksi dan penggunaan api juga tidak diketahui oleh mereka pada saat itu karena hasil penelitian mereka,” jelas Joni.

Pertunjukan wayang kuno ini memberikan prolog atau ringkasan cerita sebagai pengantar. Kemudian pembukaan, konflik dan Akhir.

“Membutuhkan waktu lebih sedikit, seperti mementaskan drama. Tidak selama wayang kulit. Namun tetap diselipi dialog komedi atau lawakan agar penonton juga tertarik,” kata Joni.

Saat tampil, gunakan alat musik pengiring seperti kalimba, bas, kentongan, simbal, kendang, rock, dan suara yang terbuat dari plastik untuk menciptakan efek. Pihaknya juga terus mengembangkan musik pengiring kontemporer untuk pertunjukan wayang kuno.

“Kami masih dalam proses mengembangkan musik pengiring. Akhirnya kami tampil di Manyarejo sekitar 1,5 jam,” kata pencipta boneka antik ini.

Joni awalnya menelurkan karya wayang kuno sebagai ekspresi seni. Selain sebelumnya dibuat lukisan, beberapa boneka menggunakan bahan kulit. Namun karena penambahan karakter, ada yang menggunakan duplex untuk menghemat biaya produksi.

Setelah ekspresi wajahnya ditumpahkan, wayang tua itu semakin dikenal. Sejak tahun 2021, mereka selalu menggelar pentas di Punden Mbah Anti Ngabe, kemudian acara di Pasar Budaya Sangiran dan Manyarejo. Ia menegaskan, wayang kuno ini merupakan salah satu ikon desa Ngabe dan akan terus berkembang. Selain itu, merupakan bagian dari paket wisata Sangiran.

“Saya masih menggunakan rumah saya sendiri untuk studio sementara. Namun beberapa sekolah juga pernah berkunjung dan tertarik untuk belajar tentang arkeologi melalui wayang kuno,” jelasnya.

Upaya memperkenalkan Wayang Ngabe Ngremboko kepada masyarakat umum melalui Instagram. Selain itu, ia juga bekerja sama dengan para dalang untuk pembangunan. (din/adi/dam)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button