Jawa Tengah

Wali Kota Solo Gibran Tawarkan Shelter Manahan, PKL TSTJ Masih Enggan Pindah – Solopos.com

SOLOPOS.COM — Puluhan PKL TSTJ Solo melakukan audiensi dengan pejabat untuk menyampaikan aspirasinya dipindahkan ke pasar tradisional. Sidang berlangsung pada Jumat (30/9/2022) di Gedung DPRD Solo. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO – Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan, Pemkot sudah menyiapkan Shelter Manahan untuk merelokasi PKL atau PKL yang biasa berjualan di Taman Satwa Taru Jurug atau TSTJ, Jebres.

Ini menjadi solusi setelah pedagang menolak beralih ke pasar tradisional. “Kamu tidak keren [menempati pasar tradisional]. Kami menawarkan solusi berbeda,” kata Gibran saat ditemui wartawan di Balaikota Solo, Senin (10/3/2022).

Iklan Nimo Highland, wisata hits Bandung mirip Santorini, Yunani

Ia mengatakan, Pemkot Solo menyediakan Shelter Manahan untuk pedagang TSTJ. Dealer menentukan waktu penjualan di pagi dan sore hari. “Shelter yang dibangun kalau terlihat kosong atau tidak laku seharian, terlihat jelek,” jelas Gibran.

Ia mengatakan akomodasi Manahan yang ditawarkan kepada PKL TSTJ Solo akan lebih menarik dengan adanya jogging track. Akan semakin banyak warga yang berolahraga di sekitar Stadion Manahan.

“Jalur joging nanti akan diperlebar saat olahraga saya selesai [warga yang berolahraga semakin banyak]. mangan aman kana [warga yang berolahraga pasti makan di Selter Manahan],” jelasnya.

Baca Juga: Himpunan PKL Shelter Manahan Solo Bantah Mediasi Pedagang TSTJ

Sementara itu, perwakilan Paguyuban Bakul Taman Jurug, Sarjuni, 67 tahun, menyatakan para pedagang masih dalam posisi semula tinggal di TSTJ. Pedagang percaya masih ada pedagang di seluruh Indonesia.

Dukungan DPRD Kota Solo untuk PKL TSTJ

“Jangan sampai pola pikir kita berjuang di sana lama-lama, digantikan oleh orang luar yang omong-omong malah tidak tahu,” jelasnya. Menurut Sarjuni, sebagian besar PKL TSTJ Solo adalah warga Jebres, sehingga akan lebih efisien berjualan di TSTJ daripada di Shelter Manahan yang lebih jauh.

TSTJ juga dikatakan lebih aman dan nyaman dibandingkan di shelter Manahan. Selain itu, lanjutnya, puncak kunjungan TSTJ pada momen Lebaran, serta Natal dan Tahun Baru, adalah harapan warga untuk mendapatkan penghasilan lebih dari hari-hari biasanya.

Baca Juga: Komisi II DPRD Solo: PKL TSTJ Harus Dididik di Kelas, Bukan Diusir

Sarjuni mengaku berjualan di kawasan TSTJ tidak membuatnya kaya, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Sarjuni, ada 183 pedagang yang biasa berjualan di TSTJ. Namun ada pedagang yang tidak berjualan sesuai dengan jumlah pengunjung setiap harinya.

“Ada pedagang yang memutuskan untuk tidak menjual” [setiap hari] karena tidak sebanding dengan jumlah pengunjung yang datang. Kalau full masih off semua tapi sabtu dan minggu rame. Kalau semua tempat wisata itu setiap hari sama seperti di Parangtritis, Tawangmangu, bagaimana kalau orang tidak bekerja setiap hari?” ujarnya.

Menurutnya, DPRD Kota Solo sepakat memperjuangkan nasib para pedagang. Pemerintah Kota Solo yang melakukan pembangunan pengentasan kemiskinan seharusnya menjadi peluang bagi para pedagang. “Selain itu, administrasinya tidak jatuh ke tangan swasta, tapi tetap di Pemprov DKI,” jelasnya.

Source: www.solopos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button