Asosiasi PKL Shelter Manahan Solopos Tolak Mediasi Dealer TSTJ - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Asosiasi PKL Shelter Manahan Solopos Tolak Mediasi Dealer TSTJ – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Deretan PKL atau PKL di kawasan wisata TSTJ Solo, saat revitalisasi belum dimulai, pada Juni 2022. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO – Pedagang Kaki Lima Paguyuban Gotong Royong atau PKL Selter Manahan Solo menolak rencana penempatan 30 pedagang TSTJ (Taman Satwa Taru Jurug) di tempat berjualan yang saat ini sedang dihidupkan kembali.

Penolakan itu datang karena mereka sudah berencana berjualan dari siang hingga malam. Seperti diberitakan sebelumnya, Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Solo berencana mendiami pedagang TSTJ di Perumahan Manahan.

Iklan Nimo Highland, wisata hits Bandung mirip Santorini, Yunani

Mereka diminta berjualan pada malam hari di halte, bergiliran berjualan dengan pedagang kaki lima di halte Manahan yang berjualan pada siang hari, atau sebaliknya berjualan pada siang hari di rumah pedagang yang berjualan pada malam hari.

Ketua Komunitas PKL Gotong Royong di Manahan Selter Solo Koko Kuncoro mengatakan dalam wawancara telepon dengan Solopos.com, Senin (10/3/2022) bahwa jumlah pedagang di Shelter Manahan saat ini 132 orang.

Mereka sepakat bahwa begitu revitalisasi shelter selesai, mereka akan ludes penuh dari siang hingga malam. Koko mengaku Disdag Solo belum pernah berbicara dengannya soal rencana penampung PKL TSTJ di halte Manahan.

Baca Juga: Pemkot Solo Siapkan Shelter di Manahan Bagi Pedagang TSTJ

“Belum [diajak komunikasi] bahwa apa [pedagang TSTJ] Ingin ditampung di Shelter Manahan? Bahkan jika Shelter Manahan sedikit. Tidak banyak. Selain itu, para pedagang sudah sepakat bahwa mereka semua ingin berjualan dari siang hingga malam,” ujarnya.

Prihatin dengan gesekan antar pedagang kaki lima

Koko khawatir jika para pedagang TSTJ ditempatkan di Safehouse Manahan, mereka akan bergesekan dengan para pedagang lama. Maka dia mengambil sikap menolak kesempatan mendatangkan PKL TSTJ ke halte Manahan Solo. “Ya, kami menolak,” kata Koko.

Dijelaskannya, para pedagang Selter Manahan akan kompak siang malam untuk mengoptimalkan pendapatan. “Nanti bisa becek di mana pun itu akan terlihat. Karena teman-teman berencana berjualan dari siang hingga malam,” ujarnya.

Sejak ditambang beberapa bulan lalu, Koko menjelaskan bahwa para pedagang tersebar di seluruh Shelter Manahan. Karena mereka mencari tempat untuk menjual diri. Ada yang menyewakan tempat di kawasan Desa Manahan, ada juga yang berjualan di luar Solo.

Baca Juga: Anggota DPRD Perorangan Tak Setuju PKL TSTJ Dipindahkan ke Pasar Tradisional

“Itu tersebar di antara persewaan terpisah. Ada juga dekat Manahan di luar Solo. Tapi jelas tersebar. Total dealer di shelter Manahan 132 orang, termasuk Barat dan Utara,” jelasnya.

Menurut Dinas Perdagangan Kota Solo, pembangunan Shelter Manahan akan selesai pada Desember 2022. Namun, tidak ada tanggal pasti untuk kepindahan para PKL tersebut. “Insya Allah semua akan mendapatkan tempat,” jelas Koko.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pemkot Solo berencana melalui Disdag untuk memindahkan PKL TSTJ ke sejumlah pasar tradisional seiring dengan pengembangan kawasan wisata. Namun, rencana tersebut ditolak oleh para dealer.

Belum diserahkan ke PKL TSTJ

Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Heru Sunardi, harus memutar otak. Setelah mempertimbangkan beberapa aspek, pilihan penempatan alternatif bagi para pedagang TSTJ akhirnya muncul.

Baca Juga: 5 Pasar Tradisional Disiapkan Dinas Perdagangan Pindahkan PKL TSTJ Solo

“Kami sudah lapor ke walikota agar Shelter Manahan bisa berjalan dua shift. Saudagar-saudagar tua, jika buka pada siang hari, berarti malam hari kosong, mereka [PKL TSTJ] Saya mengarahkan mereka untuk menjual di Shelter Manahan setelah mereka digunakan oleh pedagang kuno, “katanya.

Heru mengaku belum sempat berbagi opsi alternatif lokasi dengan pedagang TSTJ. Pasalnya pada agenda rapat atau sosialisasi pada Jumat (30 September 2022), para pedagang tidak datang. Mereka memutuskan untuk melakukan audiensi dengan DPRD Solo.

“Saat dealer lama berjualan di malam hari, dealer TSTJ bisa buka pada pagi dan sore hari. Tapi kami tidak punya waktu untuk menyampaikannya ke pedagang. Karena para pedagang tidak hadir pada pertemuan Jumat lalu di TSTJ, kami tidak dapat mengirimkannya secara langsung,” katanya.

Jika pedagang TSTJ menerima opsi untuk tinggal di Shelter Manahan, Heru mengakui kemungkinan ada pedagang yang mengalihkan dagangannya. Namun yang jelas, produk yang dijual tetap kuliner, baik makanan maupun minuman, tergantung namanya.

Source: www.solopos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button