Siapkan 174 Tumpeng, Kabupaten Pacitan berdoa untuk Bumi melalui 'Ruwat Jagat' - WisataHits
Jawa Tengah

Siapkan 174 Tumpeng, Kabupaten Pacitan berdoa untuk Bumi melalui ‘Ruwat Jagat’

Siapkan 174 Tumpeng, Kabupaten Pacitan berdoa untuk Bumi melalui ‘Ruwat Jagat’

Krjogja.com – BANTUL – Pandemi Covid-19 jelas menunjukkan bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Perubahan iklim semakin menunjukkan efek nyata. Meningkatnya suhu tidak hanya menjadi musim yang semakin tidak bersahabat dan tidak aman, tetapi juga bencana dalam skala yang sebelumnya tidak terbayangkan.

Dalam hal ini, pandemi Covid-19 termasuk di dalamnya. Belum lagi jika kita menelaah ketegangan sosial yang dalam banyak kasus berujung pada konflik sosial bahkan peperangan. Terjadi pula revolusi industri yang kemudian mendisrupsi sektor sosial, ekonomi, dan politik yang masih mengikuti cara lama.

Kabupaten Pacitan yang terletak di ujung barat Provinsi Jawa Timur merasakan dampak pandemi dan situasi dunia yang sama dengan wilayah lain di Indonesia. Akhir-akhir ini pemerintah pusat dan pemerintah daerah bersama masyarakat mulai bergerak perlahan menghadapi segala permasalahan, bangkit dan pulih bersama.

Di sisi lain, masyarakat juga tergerak untuk saling berbagi, membantu dan peduli sesama warga. Gerakan masyarakat menjadi jaring pengaman sosial saat pemerintah pusat dan daerah gagap menghadapi pandemi COVID-19 2020-2021.

Perilaku budaya yang sangat otentik ini sebenarnya milik warga negara Indonesia pada umumnya, bekerja sama untuk mengatasi masalah bersama. Semangat spiritual pemeluk agama-agama di Nusantara ini juga menjadi dasar yang kokoh untuk ketaqwaan kepada Tuhan setelah berusaha dan berusaha mengatasi krisis kesehatan dan situasi krisis lainnya.

Latar belakang yang panjang ini mendorong Pacitan untuk mengadakan Ruwat Jagat dengan tema Pacitan: Sebuah Recharge Budaya. Moch Abdilah Peci Miring Yusuf, ketua Konsorsium Kangen Pacitan, salah satu penggagas Ruwat Jagat, mengatakan Pacitan memiliki banyak contoh praktik budaya yang dihayati dan dihayati warga dan menjadi solusi bersama ketika keadaan tidak berjalan baik bagi kita.

“Budaya menjadi energi pendonor, terkadang fasilitator, menyatukan potensi dan kekuatan warga bekerja sama untuk memecahkan masalah. Sayangnya, budaya belum menjadi elemen penting dalam gerakan pembangunan. Paling tidak harus diakui bahwa makna gerakan budaya kita masih sangat sempit, padahal perilaku budaya yang muncul di masyarakat sebenarnya merupakan energi penting yang mempengaruhi kehidupan,” kata Yusuf kepada wartawan D Ratan, Kamis (11/3/2022). ). Bantul.

Ruwat Jagat digelar setelah masyarakat saat ini berhasil selamat dari badai pandemi yang luar biasa, yang merupakan momen yang tepat untuk mengenal dan mewartakan bahwa budaya merupakan elemen penting di Pacitan. Cara merawat, menyemangati dan menghadiahi warga Pacitan yang lebih dulu mengenal dan menghayati kekuasaan.

“Alam semesta di sini tidak hanya alami, tetapi orang-orang yang penting bagi kami karena mereka merusak alam. Inilah momentum kita membangun Indonesia dari tepi, bukan dari kota-kota besar seperti Jogja atau Jakarta. Saat ini dari Pacitan kita sama-sama berdoa untuk Indonesia dan dunia,” sambung salah satu penulis Ruwat Jagat, Ong Hari Wahyu.

Sementara itu, Indrata Nur Bayuaji, Bupati Pacitan, mengatakan selama pandemi COVID-19, warga Pacitan sudah saling menjaga, saling membantu dan bahu membahu mengatasi. Bayuaji mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan pihak-pihak yang telah membantu pemerintah daerah Pacitan menghadapi pandemi Covid-19 yang kini berusaha dimaknai sebagai ajang budaya untuk memperkuat dan memajukan budaya sebagai elemen penting dalam gerakan pembangunan di Pacitan.

“Kami mulai melihat budaya sebagai elemen penting dari transformasi Kab. Pacitan. Kesadaran ini juga telah mengubah situasi anggaran di kabupaten (dan desa-desa di Pacitan). Mulai tahun depan bila Anda mengunjungi semua kab. Pacitan akan menemukan desa-desa yang kaya akan unsur budaya. Festival desa, inisiatif pemuda desa dan pengembangan gaya hidup yang lebih membumi/kontekstual telah dibahas dalam pertemuan antara perangkat desa dan warga selama 6 bulan terakhir, ”kata Bayuaji.

Bayuaji menambahkan, partisipasi banyak seniman dari berbagai daerah menunjukkan sinergi luar biasa yang lahir dari proses budaya ini. Kedekatan Pacitan dengan Jogja dan Solo menjadi alasan kuat untuk mewujudkan pembahasan yang luas ini sebagai bagian untuk diikutsertakan di masa mendatang.

“Banyak seniman dari berbagai daerah datang ke Pacitan, tidak hanya Jogja, Solo dan Pacitan, tapi juga dari Makassar. Ini adalah upaya masyarakat Pacitan untuk berdoa bersama bagi bumi. Pada tanggal 5 November pukul 15.00 WIB, silahkan datang ke Pacitan bersama-sama, menikmati Karnaval Tumpeng, doa bersama dan berbagai pertunjukan seni. Ada 4 venue di pusat kota Pacitan, masing-masing dengan temanya masing-masing. 174 desa membawa tumpeng, berdoa dan makan bersama,” pungkasnya.

Pacitan memiliki berbagai potensi seperti kunjungan sejarah Pithecanthropus dan Homo Erectus yang meninggalkan pesan di dinding gua di Pacitan dan produk budaya seperti Kapak Perimbas. Ada juga Wayang Beber sebagai Warisan Dunia yang masih hidup di Pacitan serta Syekh Muhammad Mahfuzh Tremasi yang menjadi panutan dalam kehidupan dan pengalaman Islam.

Saat ini, Pacitan juga memiliki sarang budaya yang menginspirasi warganya. Song Meri, yang terletak di sekitar perbukitan karst di Dusun Nitikan, Desa Sukoharjo, misalnya. Ini kemudian menjadi nama sebuah asosiasi yang berusaha untuk melestarikan budaya lokal dan tradisi luhur.

Paguyuban Song Meri berhasil mengerahkan warga sekitar dan menjadikan tempat tersebut sebagai tempat diadakannya ritual besar seperti Shrawung Layangan yaitu ritual sulap angin. Dari situ lahirlah gamelan dari gelas dan botol bekas, yang dikenal dengan gamelan beling.

Komunitas Radapa Loka Bhakti didirikan pada tahun 1980 oleh almarhum Karman. Komunitas ini telah berhasil menggalang kecintaan warga Desa Pelem, Kecamatan Pringkuku, terhadap seni tari, berimbas pada banyaknya penikmat tari remaja jurusan Pacitan di perguruan tinggi di Indonesia. (Fxh)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button