Selain keraton, inilah destinasi wisata menarik di Surakarta - WisataHits
Jawa Timur

Selain keraton, inilah destinasi wisata menarik di Surakarta

Kota Solo © Lano Lan Shutterstock

Surakarta atau disebut juga Solo merupakan kota di Jawa Tengah yang menawarkan berbagai tempat wisata menarik. Lokasinya juga cukup strategis dan dekat dengan beberapa daerah seperti Karanganyar, Boyolali dan Sukoharjo. Solo juga merupakan kota terbesar ketiga di pulau Jawa bagian selatan setelah Bandung dan Malang.

Solo dikenal memiliki berbagai julukan seperti kota batik, kota budaya dan kota Liwet. Sedangkan wong solo dan putri solo disebut dengan sebutan wong solo untuk menggambarkan karakteristik wanita solo.

Salah satu tempat wisata di Solo yang paling terkenal tentunya adalah Keraton. Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Surakarta adalah istana resmi Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan didirikan pada tahun 1744 oleh Sri Susuhunan Pakubuwana II. Dengan luas tanah hingga 147 hektar, kawasan keraton ini meliputi kawasan di dalam Benteng Baluwarti, Alun-Alun Lor, Alun-alun Selatan, Gapura Gladag dan Masjid Agung Surakarta.

Tak hanya keraton, berikut beberapa destinasi wisata yang bisa Anda jelajahi selama liburan di Solo:

Rekomendasi tempat wisata ramah anak dengan konsep edukasi dan hiburan

Rumah Danar Hadi

House of Danar Hadi merupakan salah satu museum yang wajib dikunjungi saat berwisata ke Solo. Lokasinya di Jalan Brigjen Jen. Slamet Riyadi di dalam kompleks nDalem Wuryaningratan yang dulunya merupakan kediaman keluarga KRMH Wuryaningrat.

Bangunan museum juga didesain sesuai dengan arsitektur nDalem Wuryaningratan. Di dalamnya terdapat sebelas ruangan yang memajang koleksi H. Santosa Doellah, pendiri PT Batik Danar Hadi dan House of Danar Hadi.

Ruang koleksi terdiri dari sembilan bagian yaitu Batik Belanda, Batik Cina, Batik Djawa Hokokai, Batik Pengaruh India, Batik Kraton, Batik Pengaruh Kraton, Batik Sudagaran dan Batik Petani, Batik Indonesia dan Batik Danar Hadi. Total koleksi kain batik di museum ini mencapai seribu lembar. Pengunjung tidak hanya dapat melihat koleksi batik di sana, tetapi juga menyaksikan proses pembuatan batik secara langsung. Anda bahkan bisa mengikuti workshop membatik secara langsung.

Temukan pesona wisata alam di 3 provinsi baru

Pasar Klever

Pasar Klever |  @DonniYudhaPerkasa Shutterstockinformasi gambar

Pasar Klever | @DonniYudhaPerkasa Shutterstock

Salah satu tempat belanja yang identik dengan kota Solo adalah Pasar Klewer. Pada awalnya pasar ini dikenal dengan nama Pasar Slompretan, yang berasal dari kata slompret atau terompet, yang berarti kereta api yang melaju pada masa penjajahan Jepang.

Saat ini kawasan pasar menjadi tempat pemberhentian kereta api dan juga digunakan untuk berdagang oleh masyarakat adat. Uniknya pada saat itu, para pedagang tidak menawarkan barang dagangannya dalam bentuk kain tie dye di ruko atau overhang, melainkan hanya dengan disampirkan di bahu sehingga tampak bengkok atau menjuntai tidak menentu.

Pedagang di Pasar Klewer awalnya berasal dari daerah Banjarsari dan Supit Urang dan berkembang pada tahun 1968. Dua tahun kemudian, pemerintah membangun gedung pasar permanen dengan sekitar dua ribu kios.

Beberapa barang yang dapat ditemukan di pasar ini antara lain jenis tie-dye mulai dari tie-dye tertulis, tie-dye stempel, tie-dye istana antik, tie-dye pantai istana dan tie-dye putri solo. Ada juga batik dari daerah lain seperti Betawi, Banyumas, Madura, Pekalongan dan Yogyakarta. Selain itu, ada tie dye yang sudah dibuat menjadi pakaian, sprei, dan aksesoris.

Wisata Alternatif, Ayo Kunjungi Kampung Kerbau di Ngawi

Desa Laweyan

Desa Laweyan |  @raditya Shutterstockinformasi gambar

Desa Laweyan | @raditya Shutterstock

Di sebelah Pasar Klewer, Kampung Laweyan adalah tempat terbaik untuk melihat batik di Solo. Kawasan ini sebenarnya merupakan pusat sejarah industri batik di Surakarta dan sudah ada bahkan sebelum munculnya Kerajaan Pajang. Kawasan ini telah dikenal sebagai Kampung Batik sejak abad ke-19 dan dari waktu ke waktu menjadi salah satu tempat wisata paling populer di Solo.

Pada tahun 1970-an, banyaknya perajin dan produksi tie-dye dalam negeri membuat Solo semakin dikenal sebagai daerah produksi tie-dye yang berkualitas. Kini Kampung Laweyan telah didesain dengan konsep yang terintegrasi. Ada banyak pengrajin tie dye yang membuat kain dengan berbagai motif, dan produknya tidak hanya dijual di Solo tetapi juga dipasarkan ke luar negeri.

Pabrik gula De Tjolomadoe

Pabrik Gula Colomadu |  Wikimedia Commonsinformasi gambar

Pabrik Gula Colomadu | Wikimedia Commons

Jangan lewatkan perjalanan ke kota Solo untuk mengunjungi Museum De Tjolomadoe. Gedung ini dulunya adalah Pabrik Gula Colomadu yang didirikan pada tahun 1861 oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV. Pabrik gula seluas 1,3 hektar ini menjadi saksi kegiatan ekspor gula Solo ke berbagai negara pada masa Hindia Belanda.

Pada tahun 1928, pabrik ini kemudian diperluas dari segi luas dan arsitekturnya juga direvisi. Namun, mesin-mesin besar bekas pabrik gula itu tetap ada dan masih bisa dilihat sampai sekarang. Saat ini juga telah direvitalisasi menjadi tempat wisata sekaligus bangunan bersejarah di Solo. Lokasinya juga tidak jauh dari pusat kota dan Bandara Internasional Adi Sumarmo.

De Tjolomadoe memiliki beberapa ruangan yang sesuai dengan nama aslinya saat masih pabrik. Beberapa di antaranya adalah Stasiun Gilingan yang berfungsi sebagai museum pabrik gula, Stasiun Ketelan sebagai kawasan kuliner, Stasiun Evaporasi dan Besali Cafe sebagai kawasan arcade, Stasiun Karbonatasi sebagai kawasan seni dan kerajinan, juga terdapat Balai Tjolomadoe dan Balai Konser Sarkara Hall. atau acara besar dengan kapasitas hingga tiga ribu orang.

Kue putu, jajanan tradisional, masuk dalam daftar kue terenak di dunia versi TasteAtlas

Source: www.goodnewsfromindonesia.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button