Romantisme dan kemewahan wisata malam membuat Surabaya menyenangkan 24 jam sehari - WisataHits
Jawa Timur

Romantisme dan kemewahan wisata malam membuat Surabaya menyenangkan 24 jam sehari

Kota Surabaya saat ini memiliki acara rutin seperti Tunjungan Romansa, Kalimas Boat Tours dan Kya-Kya. Hal tersebut tidak menghalangi Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot) untuk menjajaki lebih jauh peluang wisata malam di Kota Pahlawan.

Pengembangan potensi wisata malam selanjutnya akan difokuskan di kawasan utara Kota Surabaya yang sudah memiliki fasilitas penunjang seperti bangunan dan situs sejarah.

Nantinya, kawasan yang identik dengan sebutan “Kota Tua” itu akan dipercantik sedemikian rupa sehingga menarik wisatawan di malam hari.

Wiwiek Widayati, Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kota Surabaya (Disbudporapar), mengatakan kawasan Kota Tua memiliki tiga zona, yakni zona Eropa, Pecinan, dan Timur Tengah.

“Fokus kami sekarang adalah kawasan Pecinan di Kembang Jepun. Di jalur Slompretan-Cokelat-Karet juga terdapat becak wisata yang bisa mengantarkan anda ke tempat-tempat disana. Bisa juga mampir ke sana untuk wisata kuliner (kya-kya) khas Pecinan di daerah tersebut,” ujar Wiwiek usai acara berakhir. Semanggi Suroboyo di Radio Suara SurabayaJumat (23/12/2022) dini hari.

Wiwiek Widayati Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kota Surabaya (kanan) bersama Agoes Tinus Lis Indrianto, Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Ciputra (kiri), mengisi acara Semanggi Suroboyo, Jumat (23/12/2022). ). Foto: Billy suarasurabaya.net

Kedepannya, setelah proyek wisata malam di kawasan utara selesai, Pemkot Surabaya akan mencoba menghubungkannya dengan tempat wisata malam lainnya.

“Kami juga punya pengumpan (kendaraan angkut) yang sedang beroperasi dan boleh melewati titik-titik (wisata malam) tersebut. Harapan terhubung dengan itu,” jelas Wiwiek.

Semua upaya itu, menurut Wiwiek, bertujuan agar Kota Surabaya bisa dinikmati wisatawan selama 24 jam sehari. Juga bisa menjadi pilihan lain ketika tempat wisata seperti Kebun Binatang Surabaya (KBS), Romokalisari dan Mangrove Wonorejo hanya bisa dikunjungi pada pagi hingga sore hari.

Sesuai dengan slogannya “Berkilau Surabaya, Anda akan menyukai setiap sudut dari itu“. “Artinya kita menghidupkan sisi gemerlap kota Surabaya. Kuliner plus suasana romantis,” ujarnya.

Terkait destinasi wisata malam, Kadisbudporapar menegaskan, jelas UMKM lokal akan dilibatkan dalam pemasaran produknya. Makanan enak, fashion, souvenir dan sebagainya.

Sementara itu, pengelola sumber daya manusia (SDM) pariwisata kota, kata Wiwiek, juga akan fokus pada kerja sama dengan semua pihak, baik pemerintah maupun swasta. Menurutnya, informasi tentang keberadaan tempat wisata tersebut harus dipahami oleh semua elemen.

“Artinya untuk pengetahuan produk harus secara konsisten diperbarui untuk semua pihak. Kita tidak bisa bicara sektor urban tourism, tapi SDM daerah kita kurang paham informasinya,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Agoes Tinus Lis Indrianto, Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Ciputra (UC) mengatakan, sosialisasi harus menjadi prioritas Pemprov DKI.membuat potensi wisata.

“Informasi wisata sudah ada, tapi belum disebarluaskan. Selain informasi online seperti B. di media sosial dan situs web, informasi offline juga harus ada. Itu ada di Suroboyo Square, tapi bisa juga ditempatkan di titik-titik kedatangan seperti bandara, stasiun kereta api, terminal dan dermaga,” jelasnya.

Ia juga berharap agar pemerintah kota sering mengadakan kegiatan sosialisasi seperti seminar untuk meningkatkan pemahaman warga/staf pariwisata setempat. pengemudi Taksi online dan sebagainya.

“Kalau perlu taksi online dan sejenisnya menyediakan brosur tempat wisata. Jangan sampai turis bertanya Pengemudi, tapi kata ke google lucu. Mereka adalah garda depan pariwisata kita semaksimal mungkin karena mereka melakukannya secara tidak langsung pemandu wisata,” jelasnya.

Agoes Tinus juga menyebutkan bahwa keramahan masyarakat setempat merupakan kunci keberhasilan pariwisata di suatu daerah. Masyarakat juga diharapkan dapat menjaga keamanan dan kebersihan tanpa harus bergantung penuh pada petugas dan kepolisian 24 jam sehari agar wisatawan tidak takut untuk datang.

“Misalnya kalau kita jalan-jalan di Bali pada malam hari, harus ada rasa aman karena di sana dikenal ramah dan aman. Intinya psikologi itu harus diciptakan,” ujarnya.

Terakhir, ia berharap langkah membuat wisata malam ini dapat diikuti secara konsisten oleh pemerintah dan masyarakat. “Kuncinya ada tiga hal: komitmen, konsistensi dalam bekerja sama,” pungkasnya. (faktur/ipg)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button