Sandiga Uno optimis melihat potensi wisata Tigarihit - WisataHits
Jawa Tengah

Sandiga Uno optimis melihat potensi wisata Tigarihit

SIMALUNGUN, Waspada.co.id – Indonesia Tourism Village Prize 2022 (ADWI) berkunjung ke desa Tigarihit. Terletak di Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Simalungun, Sumatera Utara, desa ini terkenal dengan puncak Tigarihit yang terletak di bibir Danau Toba.

Kedatangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno di desa tersebut, Rabu (20/7) disambut hangat dengan tarian Tortor Dihar.

Ini merupakan budaya selamat datang berupa gerakan silat khas Simalungun. Rombongan Menparekraf didampingi Pemprov Sumut kemudian berkeliling melihat keindahan warna warni desa Tigarihit.

Tigarihit termasuk dalam 50 besar desa wisata yang didukung dan dibina oleh mitra strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf. Yaitu Astra, BCA, BNI dan Grab. Mereka akan dibina oleh BCA selama setahun khusus untuk Desa Wisata Kampung Warna-Warni Tigarihit.

Seperti desa liburan lainnya, destinasi wisata di desa tersebut telah memenuhi standar penilaian tim juri ADWI 2022 yang terdiri dari tujuh kategori. Yaitu atraksi pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya), souvenir (kuliner, fashion dan kerajinan), homestay, toilet umum, digital dan kreatif dan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan (CHSE) dan 7. kelembagaan desa.

Ada empat hal yang menjadi perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam rangka peningkatan kualitas Desa Wisata Desa Warna Tigarihit. Pertama, kesiapan infrastruktur yang belum optimal. Untuk itu, Menparekraf dan mitra strategis BCA akan memberikan bantuan pengecatan bekerjasama dengan pihak terkait.

“Kedua, pengelolaan air belum didukung dengan sistem drainase yang baik. Ketiga fasilitas WiFi tersebut belum maksimal. Oleh karena itu, Menparekraf bersama BCA dan Telkomsel akan meningkatkan kualitas fasilitas tersebut. Dan empat homestay yang juga perlu perbaikan,” jelasnya.

Diketahui bahwa Desa Wisata Tigarihit merupakan desa yang terletak di bibir Danau Toba dan berada di bawah lereng. Keunikan desa ini terletak pada rumah-rumah penduduk yang ditata secara vertikal dan dicat cerah, yang mengambil ide desa Semarang yang berwarna-warni dan pemukiman bergaya Brasil yang bertingkat.

Untuk menuju Tigarihit, wisatawan harus menempuh jarak 78 km atau kurang lebih 1 jam 57 menit dari Bandara Silangit, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Berbicara tentang potensi alam, tujuan itu tidak bisa dipungkiri. Keindahannya juga terkenal di dunia.

“Contohnya, Danau Toba adalah keajaiban alam karena diperkirakan terbentuk dari letusan gunung berapi besar, Gunung Toba, puluhan ribu tahun yang lalu. Dengan luas sekitar 1.145 kilometer persegi dan kedalaman 450 meter, danau vulkanik ini merupakan danau terbesar di dunia. Sedangkan wisata buatan mengarah ke Puncak Tigarihit yang berada di ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut dan berada di bibir Danau Toba, desa ini menawarkan banyak tempat menarik untuk menikmati indahnya panorama Danau Toba saat matahari terbenam dan pemandangan alamnya. Bulan. Lalu ada Ruang Terbuka Publik (RTP) Pantai Bebas Parapat yang konon merupakan salah satu tempat terbaik untuk menikmati panorama Danau Toba di Parapat. Daerah ini masih dalam wilayah desa Parapat,” ujarnya.

Sementara potensi seni dan budaya ada, ada TorTor Dihar. Merupakan seni bela diri yang berasal dari daerah Simalungun. Memiliki sikap dasar gerakan yang tidak arogan atau tidak menunjukkan arogansi menunjukkan bahwa masyarakat Simalungun memiliki pertahanan yang kuat.

Kemudian ada tarian Tor-Tor Somba, tarian penghormatan kepada raja atau tamu agung beserta rombongannya. Tarian ini biasanya diiringi oleh gendang.

“Untuk oleh-oleh, wisatawan bisa membawa pulang oleh-oleh hasil karya fashion lokal seperti Ulos dan Hiou. Sedangkan sajian kulinernya adalah kacang saok, dolung-dolung, mi gomak, andaliman dan makanan kemasan lainnya. 30 unit rumah standar juga telah disediakan bagi mereka yang bepergian ke desa ini. Banyak rumah menawarkan pemandangan matahari terbenam dan juga panorama Danau Toba yang hanya bisa dinikmati wisatawan dari homestay,” jelasnya.

“Kemenparkraf/Baparekraf baru saja menyelesaikan pembangunan Free Beach dan Prapat Open Space. “Kami akan segera melakukan pengelolaan yang melibatkan semua pihak. Tapi masyarakat meminta siswa untuk menjaga kebersihan toiletnya agar bisa berdampak pada masyarakat,” ujarnya. (wol/eko/d2)

Source: waspada.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button