Putaran diskusi, Traveloka dan AWS mendukung pencapaian SDGs di sektor teknologi dan pariwisata - WisataHits
Jawa Barat

Putaran diskusi, Traveloka dan AWS mendukung pencapaian SDGs di sektor teknologi dan pariwisata

https://i0.wp.com/d2huqozv2aqnkj.cloudfront.net/wp-content/uploads//2022/07/SDGs-648x432.jpg?resize=648%2C432&ssl=1kompas

Pemberian cinderamata kepada Traveloka, AWS dan Bappenas pada pembukaan Forum Diskusi Pencapaian SDG di Hotel Fairmont Senayan, Jumat (15/7/2022). (Dok. KOMPAS.com/Nada Zeitalini Arani)(KOMPAS.com/Nada Zeitalini Arani)

Traveloka, Traveloka, bersama Amazon Web Services (AWS) dan Greeneration Foundation menggelar forum diskusi bertajuk “Kontribusi Sektor Industri dalam Pencapaian SDGs Indonesia” di Hotel Fairmont Senayan, Jakarta, Jumat (15/7). ). tujuan”. /2022).

Acara ini diselenggarakan sebagai forum diskusi bagi para pemangku kepentingan industri, khususnya dari sektor teknologi dan pariwisata, untuk mendukung pemerintah dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan tujuan net-zero emisi pada tahun 2050.

Selain itu, pembahasan juga dilakukan untuk menyusun rekomendasi kajian kepada pemerintah terkait partisipasi industri dalam Roadmap atau Peta Jalan Keberlanjutan Indonesia.

Diskusi panel tersebut dihadiri dan dibuka oleh Ahli dari Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Vivi Yulaswati, Ray Frederick, Chief Technology Officer Traveloka, dan Gunawan Susanto, Country Manager AWS Indonesia.

Empat orang diperkenalkan dalam talkshow yang dibawakan oleh Nanda Noor, yakni staf ahli pembangunan berkelanjutan dan konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Fransiskus Xaverius Teguh.

Kemudian Perwakilan Kementerian PPN/Bappenas Anggi Pratiwi Putri, Head of Strategy for Sustainability Policy in Asia Pacific and Japan Genevieve Ding dan Vice President Public Policy and Government Relations Traveloka Widyasari Listyowulan.

Kemudian sesi kedua yang dimoderatori oleh Fahrian Yovantra menghadirkan peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Cindy Rianti Priadi dan Founder dan Executive Director Yayasan Cerah Indonesia, Adhityani Putri sebagai narasumber.

Pada kesempatan tersebut, Vivi Yulaswati memaparkan sejumlah hal terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia, perencanaan ekonomi yang berkelanjutan dan tren penurunan emisi CO2 di masa pandemi Covid-19.

Ia mengatakan penurunan emisi karbon China sebesar 75 persen selama penerapan lockdown atau karantina wilayah di awal pandemi 2020. Penurunan serupa juga terjadi di kota-kota besar di Indonesia seperti Bandung, Jawa Barat (Jabar).

Kebijakan pembatasan sosial di ibu kota Jawa Barat berdampak pada pengurangan lalu lintas dan peningkatan kualitas air.

“Tentu saja, pemerintah mencoba (dengan) tren yang berbeda ini untuk membentuk kembali transformasi. Tidak kurang dari 124 dari 169 tujuan SDG ditanggapi dengan serius,” kata Vivi.

Vivi juga menjelaskan bahwa roadmap pembangunan berkelanjutan yang disusun pemerintah membutuhkan kerjasama berbagai pemangku kepentingan, terutama dari sektor industri. Setiap perusahaan diharapkan dapat berkontribusi dalam mewujudkan SDGs.

Khusus di bidang pariwisata, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif telah mengimplementasikan sejumlah inisiatif untuk mencapai tujuan SDG berdasarkan empat pilar.

Fransiskus menjelaskan empat pilar tersebut meliputi pengelolaan berkelanjutan, pengelolaan berkelanjutan jangka panjang, kelestarian budaya dan aspek lingkungan.

“Itu sebenarnya fokus kami, sebenarnya ada beberapa agenda SDG prioritas,” kata Francis.

Implementasi keempat pilar tersebut telah dituangkan dalam beberapa program sejak tahun 2017, seperti program Desa Wisata dan pelaksanaan Sustainable Tourism Award.

Kontribusi sektor teknologi

Sebagai mitra strategis pemerintah dalam mengembangkan sektor pariwisata, Traveloka juga menghadirkan sejumlah inisiatif untuk mendukung pencapaian SDGs.

“Kami terlibat dalam penanaman 10.000 bibit mangrove di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB), dilanjutkan dengan penanaman 40.000 bibit di Bali bersama Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif pada Maret 2020,” kata Ray.

Program tersebut, kata Ray, dirancang untuk membantu Dinas Pariwisata dan Industri Kreatif menciptakan industri pariwisata yang berkelanjutan, khususnya pada pilar-pilar kelestarian lingkungan.

Dari sisi internal perusahaan, Ray menjelaskan bahwa Traveloka juga berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon di setiap operasionalnya.

Sejumlah program dilaksanakan untuk memastikan Traveloka beroperasi sesuai prinsip keberlanjutan dan membantu mengurangi emisi karbon. Dengan demikian, perusahaan berpartisipasi dalam keberhasilan pencapaian SDGs.

Widyasari Listyowulan menambahkan salah satu program tersebut adalah digital saving atau tabungan digital saat mencetak tiket hotel, bioskop, dll.

Dijelaskannya, penggunaan tiket digital yang diperkenalkan oleh Traveloka tidak hanya menghemat waktu tetapi juga menciptakan perubahan yang langgeng karena lebih ramah lingkungan dibandingkan tiket fisik yang menggunakan kertas.

“Awareness ini akan terus kami tingkatkan di Traveloka,” kata Widya.

Traveloka juga mempromosikan pariwisata hijau dengan mengajak wisatawan yang menjadi pelanggannya untuk melihat dan mengunjungi destinasi seperti taman nasional dan suaka margasatwa. Langkah tersebut mendapat respon positif dari pelanggan Traveloka yang didominasi oleh generasi milenial.

“Ini bisa menjadi inisiatif penting karena kami memiliki pengguna yang cukup banyak dan 80 persen di antaranya adalah anak muda,” ujarnya.

Traveloka juga turut serta mempromosikan desa wisata kepada penggunanya. Inilah upaya Traveloka untuk mengubah paradigma konsumen dari desa wisata tradisional menjadi modern.

Secara teknis, lifestyle super app yang beroperasi di pasar Asia Tenggara ini bekerja sama dengan penyedia layanan cloud yang juga berkepentingan untuk mencapai tujuan keberlanjutan melalui pemanfaatan teknologi, yaitu AWS.

AWS berkomitmen untuk mencapai emisi karbon nol bersih 10 tahun lebih cepat dari sasaran internasional 2040 yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris. Untuk mencapai sasaran ini, AWS telah melakukan transformasi teknologi infrastruktur layanan cloud untuk membuatnya lebih efisien.

Berkat upaya tersebut, Gunawan menjelaskan, saat ini AWS mampu membantu pelanggan mengurangi emisi karbon mereka hingga 80 persen.

Sekarang AWS bekerja untuk menggunakan hingga 100 persen energi terbarukan dalam layanannya. Setelah diterapkan, AWS dapat membantu pelanggan mengurangi emisi karbon hingga 90 persen dengan menggunakan energi terbarukan.

“AWS akan mencapai 100 persen energi terbarukan pada tahun 2025, lima tahun lebih cepat dari tujuan awal 2030 kami,” kata Gunawan.

Di sesi lain, Genevieve Ding, AWS Head of Sustainability Policy Strategy Asia Pasifik dan Jepang, menjelaskan bahwa komitmen AWS untuk menggunakan 100 persen energi terbarukan sejalan dengan SDG 7, yang berkaitan dengan energi bersih.

Selain masalah energi terbarukan, Genevieve menjelaskan, teknologi cloud memainkan peran penting dalam mencapai tujuan keberlanjutan.

Dia menambahkan bahwa AWS juga mendukung topik SDG yang lebih luas, seperti melalui Amazon Sustainability Data Initiative, platform kolaborasi berbasis cloud untuk berbagi dan menganalisis data terkait lingkungan.

Platform akses terbuka berisi data dari lembaga pemerintah, seperti NASA dan lembaga lainnya, untuk digunakan seluas mungkin oleh para peneliti tentang masalah keberlanjutan.

Source: www.kompas.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button