Gelar Diskusi, Traveloka dan AWS Dukung Pencapaian SDGs di Sektor Teknologi dan Pariwisata Halaman all - WisataHits
Jawa Barat

Gelar Diskusi, Traveloka dan AWS Dukung Pencapaian SDGs di Sektor Teknologi dan Pariwisata Halaman all

JAKARTA, KOMPAS.comAplikasi super gaya hidup Asia Tenggara, Traveloka, Bersama Amazon Web Services (AWS) di Greeneration Foundation menggelar forum diskusi Bertajuk “Kontribusi Sektor Industri dalam Mencapai Tujuan SDGs Indonesia” di Hotel Fairmont Senayan, Jakarta, Jumat (15/7/2022).

Acara tersebut digelar sebagai wadah diskusi bagi pelaku industri, khususnya sektor teknologi dan pariwisata, untuk mendukung pemerintah dalam mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan emisi nol bersih pada tahun 2050.

Selain itu, diskusi tersebut juga diselenggarakan untuk mendapatkan rekomendasi dari pemerintah terkait dengan keterlibatan industri dalam peta jalan atau peta jalan Indonesia-nya.

Diskusi panel tersebut dihadiri dan dibuka oleh Staf Ahli Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Vivi Yulaswati, Chief Technology Officer Traveloka Ray Frederick, dan Country Manager AWS Indonesia Gunawan Susanto.

Pada sesi acara bercakap-cakap yang dimoderatori oleh Nanda Noor, empat orang narasumber yang dihadirkan, yakni Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Fransiskus Xaverius Teguh.

Lalu, perwakilan Kementerian PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Anggi Pratiwi Putri, Head of Sustainability Policy Strategy Asia Pacific and Japan AWS Genevieve Ding, dan Vice President Public Policy and Government Relations Traveloka Widyasari Listyowulan.

Kemudian, sesi kedua yang dimoderatori Fahrian Yovantra menghadirkan peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia Cindy Rianti Priadi dan Founder and Executive Director Yayasan Indonesia Cerah Adhityani Putri sebagai narasumber.

Baca juga: Baca juga: Roadmap SDGs Menuju 2030, Peta Jalan untuk Kemajuan Indonesia

Pada kesempatan tersebut, Vivi Yulaswati memaparkan sejumlah hal terkait pertumbuhan ekonomi di Indonesia, perencanaan ekonomi berkelanjutan, hingga penurunan emisi karbon di masa pandemi Covid-19.

Ia menyebutkan, penurunan emisi karbon di China sebesar 75 persen saat penerapan kuncitara atau perbatasan wilayah pada awal masa pandemi 2020. Penurunan serupa juga terjadi di kota-kota besar di Indonesia, seperti Bandung, Jawa Barat (Jabar).

Kebijakan sosial di Ibu Kota Jabar tersebut berdampak pada pengurangan lalu lintas serta perbaikan kualitas udara.

“Tentunya (dengan) berbagai tren tadi, pemerintah mencoba mendesain ulang transformasi itu. Sebanyak 124 dari 169 target-target SDGs sudah diseriuskan,” ujar Vivi.

Vivi juga menjelaskan bahwa peta jalan pembangunan berkelanjutan yang telah disusun terutama memerlukan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, dari sektor industri. Masing-masing perusahaan diharapkan turut memanfaatkan SDGs.

Khusus di sektor pariwisata, pemerintah melalui Kemenparekraf melakukan beberapa inisiatif untuk mencapai target SDGs berdasarkan empat pilar.

Fransiskus menjelaskan, keempat pilar tersebut meliputi pembangunan berkelanjutan, ekonomi berkelanjutan jangka panjang, budaya, serta aspek lingkungan.

Baca juga: Kemenparekraf Akan Serap Emisi Karbon di Sector Wisata, Tanam Pohon dari Perjalanan Turis

“Ini sebenarnya menjadi fokus kami, memang ada beberapa agenda SDGs yang menjadi prioritas,” tutor Francis.

Perwujudan empat pilar tersebut tertuang dalam beberapa program, program terpisah Desa Wisata dan penyelenggaraan Sustainable Tourism Award sejak 2017.

Kontribusi sektor teknologi

Sebagai mitra strategi pemerintah dalam mengembangkan sektor pariwisata, Traveloka turut mengadirkan inisiatif untuk mendukung SDGs.

“Kami terlibat dalam penanaman 10.000 bibit mangrove di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB), dilanjutkan dengan penanaman 40.000 bibit di Bali bersama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Maret 2020,” ujar Ray.

Program itu, kata Ray, diharapkan dapat membantu Kemenparekraf dalam menciptakan industri berkelanjutan, khususnya pada pilar ketahanan lingkungan.

Dari internal perusahaan, Ray menjelaskan bahwa Traveloka juga berkomitmen untuk menekan emisi karbon dalam setiap operasional bisnisnya.

Sejumlah program diimplementasikan untuk memastikan Traveloka beroperasi sesuai prinsip dan turut berkontribusi dalam menekan emisi karbon. Dengan demikian, perusahaan ikut menyukseskan penyelenggaraan SDGs.

Widyasari Listyowulan menambahkan, salah satu program tersebut adalah tabungan digital atau pengurangan digital dalam pencetakan tiket hotel, bioskop, dan lain sebagainya.

Ia menjelaskan, penggunaan tiket digital yang diadopsi Traveloka tidak hanya efisien waktu, tetapi juga memberikan perubahan berkelanjutan karena lebih ramah lingkungan dari tiket yang menggunakan kertas.

“Kesadaran-kesadaran itu akan terus kami tingkatkan di Traveloka,” tegas Widya.

Traveloka juga tengah mengiatkan wisata hijau dengan mengajak wisatawan yang merupakan pelanggannya untuk melihat dan mengunjungi destinasi seperti taman nasional dan cagar alam. Langkah ini mendapat tanggapan positif pelanggan Traveloka yang didominasi oleh generasi milenial.

“Ini mungkin menjadi salah satu inisiatif penting karena pengguna Kami cukup banyak dan 80 persen di antaranya adalah anak-anak muda,” tulisnya.

Traveloka ikut pula mempromosikan desa wisata kepada para penggunanya. Hal ini menjadi upaya Traveloka dalam mengubah paradigma konsumsi terhadap desa wisata yang sebelumnya menjadi lebih modern.

Baca juga: Cara Reschedule dan Refund Ticket Pesawat di Traveloka

Dari sisi teknologi, aplikasi super gaya hidup yang beroperasi di pasar Asia Tenggara itu menggandeng perusahaan penyedia layanan awan yang juga memiliki perhatian terhadap sasaran yang diwujudkan melalui penggunaan teknologi, yakni AWS.

AWS memiliki komite mencapai bersih nol karbon 10 tahun lebih cepat dari target internasional yang tertua dalam Perjanjian Paris, yakni 2040. Untuk mencapai target tersebut, AWS sudah melakukan transformasi teknologi pada layanan infrastruktur awan-nya agar lebih efisien.

Berkat upaya tersebut, Gunawan menjelaskan, saat ini AWS mampu membantu para pelanggan mengurangi emisi karbonnya hingga 80 persen.

Kini, AWS tengah berupaya menggunakan energi terbarukan hingga 100 pers pada layanannya. Jika sudah diimplementasikan, AWS bisa membantu pelanggan mengurangi emisi karbon hingga 90 persen dengan penggunaan energi terbarukan tersebut.

“AWS akan mencapai 100 persen penggunaan energi terbarukan pada 2025, lebih cepat lima tahun dari target awal kami pada 2030,” jelas Gunawan.

Pada sesi lainnya, Head of Sustainability Policy Strategy Asia Pacific and Japan AWS Genevieve Ding, menjelaskan komitmen AWS dalam penggunaan 100 persen energi terbarukan sudah sesuai dengan target SDGs poin 7, yakni terkait energi bersih.

Di luar dari isu energi terbarukan, Genevieve menjelaskan, teknologi awan memiliki peran penting untuk tujuan utama.

Ia menambahkan bahwa AWS juga mendukung isu SDG secara lebih luas, misalnya melalui Amazon Sustainability Data Initiative, yakni platform kolaborasi berbasis awan untuk bertukar dan menganalisis data terkait lingkungan hidup.

Platform akses terbuka tersebut menampung data-data dari lembaga pemerintahan, seperti NASA maupun lembaga lainnya, untuk memanfaatkan seluas-luasnya oleh peneliti.

Source: money.kompas.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button