Pring Pethuk! Tempat berkumpulnya komunitas bambu Indonesia, diperingati di DIY setiap tahun - WisataHits
Yogyakarta

Pring Pethuk! Tempat berkumpulnya komunitas bambu Indonesia, diperingati di DIY setiap tahun

Pring Pethuk sebagai Bamboofest akan diadakan setiap tahun di DIY dan diprakarsai oleh Festival Bambu Sleman. Foto: st.

NYATANYA.COM, Sleman – Dalam budaya Jawa, Pring Pethuk merupakan pusaka yang membawa keberuntungan. Pring Pethuk adalah bambu dengan 2 pucuk yang bertemu (satu pucuk atas, satu pucuk bawah).

Pring pethuk yang secara lahiriah berdiri berupa temu bambu atau temu bambu dimaknai dalam webinar ini untuk merayakan temu para bettor (orang yang berkepentingan) Bambu untuk membahas, mengorkestrasi dan melakukan pengembangan pengetahuan, kajian ilmiah dan penerapan industri bambu dari hulu ke hilir dengan satu pendekatan dexa helix.

Pring Pethuk sebagai Bamboofest akan diadakan setiap tahun di DIY yang diprakarsai oleh Festival Bambu Sleman.

Program ini sudah masuk kalender acara Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman yang akan dimeriahkan pada Agustus 2023.

Pring Pethuk sebagai Bamboofest akan diadakan setiap tahun di DIY dan diprakarsai oleh Festival Bambu Sleman. Foto: st.

Pring Pethuk disampaikan pada Kamis 15 Desember 2022 dalam bentuk webinar bambu dengan keynote speaker Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif Dr. Sandiaga S. Uno, BBA, MBA dengan presentasi berjudul Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Berbasis Bambu.

Sementara itu, Eka Pebriansyah dari PT Pegadaian memaparkan strategi pengembangan bisnis bambu dari perspektif lembaga keuangan dan peluang pengembangan industri bambu dalam kerangka UMKM untuk menciptakan ekonomi sirkular regional.

Sebagai penggiat festival budaya, Heru Mataya menantang pengembangan hulu dan hilir bambu dari sisi budaya dan seni masyarakat.

Dari kuliah, dr. Yulianto P. Prihatmaji, IPM., IAI menyampaikan konsep dan aplikasi gagasan Planet, People dan Profit Franchising untuk meningkatkan Ekonomi Sirkular Desa Tangguh Bencana dan Desa Wisata Tematik hasil Hibah Kedaireka Ristek Dikti 2022.

Sehari sebelumnya, Rabu 14 Desember 2022, diadakan Leaderless Group Discussion Pring Pethuk di Laboratorium Hidup Bambu (BALLAB) Dusun Ngepring Pakem untuk membahas hulu dan hilir bambu di Sleman, Yogyakarta dan Indonesia.

Sebagai pembuka diskusi, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, M. Neil El Himam, M.Sc dengan materi pengembangan industri kreatif dan pariwisata melalui bambu.

Bupati Sleman yang diwakili oleh Dra. Mae R. Suryaningsih, MT, mempromosikan ekonomi bambu sirkular dengan memaparkan potensi dan peluang pengembangan pembibitan bambu dan sentra industri bambu di Sleman.

Terkait pengembangan pariwisata di Yogyakarta, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo, SH., M.Ed. strategi pengembangan destinasi wisata berbasis bambu.

Novi Kristinawati sebagai seniman bambu yang memiliki workshop di Sleman, memamerkan karyanya dalam berbagai skala instalasi dan bangunan bambu di dalam dan luar negeri.

Agus Imron mewakili Ketua Kadin DIY menyambut baik ide dan tantangan korek api dengan menawarkan kesempatan untuk berkolaborasi dengan pengusaha di Yogyakarta.

Universitas Islam Indonesia mendapatkan Beasiswa Kedaireka Matching Fund 2022 melalui tim Bambooland Indonesia® dengan tema Bambooland Indonesia®: Franchise Planet, People and Profit Idea untuk Peningkatan Ekonomi Sirkular Desa Tangguh Bencana dan Desa Wisata Bambu.

Program ini bekerjasama dengan CV Pelataran Ekosistem, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman dan PT Décor Asia Jayakarta serta didukung oleh PT Warna Agung.

Pring pethuk merupakan salah satu kegiatan dari Beasiswa Kedaireka 2022.

“Platform ini bertujuan untuk membuka wadah kolaborasi agar proses penemuan, inovasi, dapat bergerak lebih cepat menjadi sebuah produk yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat luas,” jelas Dr. Yulianto P. Prihatmaji, IPM., dari IAI Bambooland Indonesia® dan Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia.

Program Bambooland Indonesia® terdiri dari dua bagian yang dilaksanakan selama 2 tahun.

Pada tahun pertama, rekayasa sosial dan lingkungan (planet dan manusia) berupa ide franchise Bambooland Indonesia sebagai community hub untuk pengembangan tegakan bambu hulu dan hilir hingga pemanfaatannya sebagai produk desain rumah.

Teknik Arsitektur Tahun Kedua (orang dan keuntungan) sebagai peningkatan ekonomi sirkular masyarakat berupa terwujudnya AMUBA untuk gedung umum dan RIMBA untuk gedung privat (Huntara dan Homestay).

“Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan penelitian yang ditujukan untuk pengembangan dalam jangka panjang hub komunitas (simpul komunitas bambu) yang ada laboratorium hidup yang terbuat dari bambu sebagai Pusat Penelitian dan Tanaman mini, scholae bambu sebagai Pabrik Pelatihan, Penjaga Bambu sebagai penanam, pelaku dan pengelola hulu dan hilir bambu, Bambooland Walk sebagai tempat belajar menanam bambu dengan wisata edukasi,” jelasnya.

Dalam jangka menengah, tujuannya adalah untuk menciptakan dan berinovasi Arsitektur Modular AMUBA-Bambu dan Rumah Inovatif Modular RIMBA-Bambu.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button