Padukuhan Gunting menjadi petugas batik kecil • Radar Jogja - WisataHits
Yogyakarta

Padukuhan Gunting menjadi petugas batik kecil • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Padukuhan Gunting yang terletak di Desa Gilangharjo, Pandak, Bantul kemarin diluncurkan kemarin (1/9) sebagai destinasi wisata tie-dye kecil. Desa ini diluncurkan sebagai destinasi tie-dye agar tie-dye dapat terus lestari di kawasan tersebut. Awal mula desa wisata ini sangat semarak karena dibuka dengan kegiatan 320 anak membatik di satu tempat sekaligus.

Menurut Radar Jogja, di ambang memperkenalkan Padukuhan Gunting sebagai tujuan wisata tie-dye kecil, ratusan anak SD dan SMP sangat antusias menulis tie-dye. Mata murid terfokus, disertai dengan penggambaran malam yang panas di atas kain yang dipegang dengan tatakan.

Pengelola desa wisata kecil tie-dye Tumilan mengatakan Padukuhan Gunting memang telah diluncurkan sebagai destinasi wisata edukasi tie-dye anak-anak. Dimana nantinya anak-anak juga akan mengajari para wisatawan setiap proses membatik dari awal hingga akhir.

Tumilan menjelaskan, minimnya regenerasi tie-dye justru menjadi dasar diperkenalkannya Padukuhan Gunting sebagai destinasi wisata small tie-dye. Sedangkan untuk partisipasi anak-anak, diharapkan batik dapat terus diregenerasi dan karya-karya batik dapat dilestarikan.

“Kami melihat keprihatinan generasi tie-dye yang saat ini sedang sekarat. Dengan itu kemudian tumbuh bersama anak-anak sekolah melalui tujuan wisata kecil tie-dye ini. Nanti anak-anak akan mengajari wisatawan untuk tie-dye,” kata Tumilan saat ditemui, Kamis (09/01).

Diakuinya, pandemi Covid-19 cukup memukul para pengrajin tie dye di Gunting Padukuhan. Pasalnya, dari 100 batik yang dulu aktif, saat ini hanya sekitar 30 orang yang masih hidup. Pasalnya, perajin ikat celup di daerah tersebut gulung tikar karena pemasarannya ambruk akibat situasi pandemi.

Namun saat itu, kata dia, masyarakat sedang berusaha menghidupkan kembali usaha tie dye di Desa Gunting. Ini termasuk tujuan wisata untuk tie-dye kecil dan pemasaran kain tie-dye buatan masyarakat melalui penjualan offline dan online.

“Untuk desa ini dibuat menggunakan tie dye, perangko, dan kombinasi tie dye dan lettering. Pemasaran kami offline dan online dan Alhamdulillah sudah dipasarkan ke seluruh Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu, Putri salah satu siswa yang mengikuti kegiatan tie-dye mengaku senang bisa mengikuti kegiatan tie-dye secara bersama-sama. Menurutnya, melukis kain dengan canting dan cairan malam merupakan kegiatan yang menyenangkan. “Senang banget bisa ikutan tie-dye karena mirip dengan melukis,” ujarnya. (Inu/Bah)

Source: radarjogja.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button