Mitos Keraton Yogyakarta yang berada di antara dua kekuatan alam
Keraton Yogyakarta tidak dibangun begitu saja. Dalam perjalanan perkembangannya tentunya melalui beberapa tahapan spiritual, seperti yang sering terjadi pada orang Jawa.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, misalnya pemilihan lokasi bangunan. Banyak yang bilang Keraton Jogja dibangun di atas bukit yang lebih tinggi dan menyerupai cangkang penyu.
Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa hal tentang mitos Kraton Jogja di bawah ini. Simak ya!
1. Pemilihan tempat
Keraton Yogyakarta (instagram.com/rianugroho)
Keraton Jogja dibangun di atas bukit yang lebih tinggi dari daerah lain di sekitarnya. Orang Jawa biasanya menyebut posisi ini sebagai Batok Bulus atau tempurung penyu.
Hal ini membuat Kraton Yogyakarta aman dari banjir meskipun hujan terus menerus. Tidak hanya itu, tempat ini juga sangat mudah ditemukan karena posisinya yang terlihat lebih tinggi dari bangunan lain di kawasan tersebut.
Tempat ini juga digunakan sebagai tempat bercengkrama dengan Sultan sambil menikmati indahnya pemandangan Gunung Merapi. keren ya
Baca Juga: Wisata Keraton Yogyakarta: Lokasi, Harga Tiket dan Tips
2. Berada di antara dua kekuatan alam
Kraton Jogja (Instagram.com/kratonjogja)
Mitos lain Keraton Yogyakarta adalah hubungan yang sangat erat. Hubungan antara manusia dengan alam atau yang biasa disebut dengan konsep Palemahan, hubungan antara manusia dengan manusia disebut dengan Pawongan.
Serta hubungan manusia dengan Sang Pencipta atau konsep Parahyangan. Tak hanya itu, keraton ini juga diapit oleh dua kekuatan alam, yaitu Gunung Merapi (Utara) dan Pantai Selatan (Selatan).
Ketiga konsep tersebut sangat erat kaitannya. Palemahan adalah simbol pantai selatan, Pawongan dilambangkan dengan keraton Jogja, dan Gunung Merapi adalah simbol Parahyangan.
Diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Code di sebelah timur dan Sungai Winongo di sebelah barat. Dipercaya bahwa sungai ini membawa kelancaran bagi masyarakat Mataram saat itu. Karena itu, Keraton Yogyakarta memiliki mitos atau kepercayaan yang unik.
3. Sejarah Keraton Yogyakarta
Potret Interior Keraton Yogyakarta (instagram.com/mytrip.id)
Keraton Yogyakarta dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I yang juga menjadi arsitek bangunan tersebut selama kurang lebih satu tahun. Sultan Hamengku Buwono I mulai menduduki Keraton Yogyakarta pada tahun 1756 M.
Istana ini dibangun untuk tujuan sosial, pemerintahan, ekonomi, perumahan dan budaya yang patut dipertimbangkan. Pembangunan lain juga dibangun seperti fasilitas, kompleks benteng, Masjid Gede dan juga Pasar Gede. Hal ini bertujuan untuk mendukung kebutuhan masyarakat saat ini.
4. Penguasa Pantai dan Sultan
Potret Kraton Jogja (instagram.com/kartikaholly)
Mitos lainnya adalah hubungan antara Sultan Hamengku Buwono dengan penguasa pantai selatan. Dikatakan bahwa raja bisa berkomunikasi dengan penguasa pantai selatan bahkan dengan mata telanjang.
Komunikasi ini mengharapkan keamanan, kesejahteraan dan kedamaian. Untuk itulah dibuatlah kompleks Taman Sari yang artinya istana bawah laut. Kompleks yang terletak di sebelah barat Keraton Yogyakarta ini dibangun sebagai tempat Ratu Kidul bertemu dengan para sultan.
Itulah beberapa fakta dan mitos menarik Keraton Yogyakarta. Mitos yang berkembang di masyarakat Jogja ini merupakan keunikan adat Jawa di Jogja.
Baca Juga: 5 Mitos Jogja Kidul Square yang Legendaris Salah satunya Masangin
Source: jogja.idntimes.com