Mendorong partisipasi pemuda dalam produksi aneka makanan berbahan dasar tempe - WisataHits
Jawa Tengah

Mendorong partisipasi pemuda dalam produksi aneka makanan berbahan dasar tempe

RADARSMARANG.D, semarang – Banyaknya pengrajin tempe di Desa Kuripan Kertoharjo Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan memunculkan ide untuk mendeklarasikan desa tersebut sebagai Desa Tempe. Desa Tempe ini diharapkan dapat memotivasi kewirausahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Walikota Pekalongan HA Afzan Arslan Djunaid SE menggerakkan perekonomian nasional dengan menelurkan pesona lain. Selain sebagai kota tie-dye dan penghasil ikan, juga melahirkan Desa Tempe. Selain itu, sebagian warganya sudah menggeluti usaha tempe, mulai produksi dan pemasaran.

“Dulu, warga desa ini hanya membuat tempe lonjoran. Tidak ada produk lain. Berbagai produk kini telah dibuat,” kata Walikota Pekalongan.

Sedikitnya ada 20 pengrajin tempe yang aktif berproduksi. Oleh karena itu, Pemkot Pekalongan (Pemkot) melakukan inovasi dengan mendukung Desa Tempe. Mulai dari dukungan peralatan kantor, modal kerja, Volkskredit (KUR) dan berbagai pelatihan.

Pasalnya, meski pandemi Covid-19 telah mendongkrak harga bahan baku tempe kedelai, namun tidak menyurutkan semangat warga. Mereka yang masih aktif dan produktif memunculkan ide dari Pemkot Pekalongan untuk mendirikan koperasi kedelai. Hal ini harus ditujukan untuk menstabilkan harga kedelai. “Setidaknya perajin tempe ini bisa terus berproduksi karena bahan bakunya sederhana,” ujarnya.

Tempe dipilih karena dapat menjadi alternatif pilihan makanan yang fleksibel. Selain itu, tempe sudah tidak asing lagi bagi warga Pekalongan. Selain hampir semua orang menikmati menyantap aneka olahan tempe, tempe telah menjadi sajian kuliner hingga saat ini. Namun sayangnya selama ini hanya sebatas lauk pauk di meja makan. Padahal tempe bisa dibuat dengan berbagai alternatif lauk dan jajanan.

Pelatihan disediakan untuk ini. Walikota juga mendatangkan akademisi, profesional dan tim manajemen untuk mendorong munculnya kreativitas masyarakat dalam membuat berbagai inovasi tempe. Bahkan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pekalongan menggelar beberapa kali pelatihan di Desa Tempe. Yang dulunya hanya sekelompok pengrajin Tempe akhirnya diproklamasikan sebagai Desa Tempe. Dengan semakin banyak pengembangan produk.

Hasilnya patut diacungi jempol. Kini, pengrajin tempe sudah mulai mengubah cara pengolahan tempe, dari yang dulunya diinjak-injak secara tradisional, sekarang menjadi lebih baik, lebih higienis dan sesuai dengan standar kesehatan. Produk yang dihasilkan tidak hanya Tempe Lonjoran saja, sekarang dikembangkan lebih lanjut. Tentunya kini sudah ada produk egg roll, kentang goreng, pizza, es krim, tempe basreng, brownies, dan berbagai produk berbahan dasar tempe lainnya.

Atas inovasi ini, Walikota Pekalongan mendapatkan penghargaan Best City Award pertama Dukungan pengembangan inovasi untuk Kampung Tempe Kuripan Kertoharjo oleh Gubernur Jawa Tengah. Dan baru saja menerima Jawa Pos Radar Semarang Award 2022 dengan kategori Regional Manager di Tempe Village Development Innovation.

Ia bersyukur dengan dedikasi para pengrajin Tempe ini, upaya menjadikan Kuripan Yosorejo sebagai kampung Tempe dapat terwujud. Untuk itu, Pemkot Pekalongan juga memiliki tugas baru yaitu memberikan pendampingan melalui kursus pelatihan untuk membuat kemasan produk lebih modern. Termasuk mendukung pemasaran produk di berbagai tempat mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern.

Selain itu, berbagai produk tempe harus memenuhi standar, mulai dari uji BPOM, sertifikasi halal hingga izin dagang pengrajin. Semua itu dimungkinkan oleh Pemkot Pekalongan. Selain itu, kemasan yang menarik dan modern juga didukung agar produknya dapat menjangkau pasar modern.

“Kami telah menjalin komunikasi intensif dengan toko-toko modern seperti Indomaret dan Alfamart. Sekarang mereka sudah siap menerima produk UMKM,” ujarnya.

Ke depan, Kampung Tempe bisa seperti kampung batik yang ada. Termasuk kemungkinan menjadi destinasi wisata khusus, sehingga produknya semakin dikenal masyarakat. Wisatawan bisa datang, bisa melihat proses pembuatan tempe, dari bahan dasar hingga produk siap santap. Saat pulang ke rumah, Anda bisa membeli berbagai macam produk tempe.

Namun, ada satu masalah yang diharapkan bisa diselesaikan. Yaitu masuknya generasi muda di desa Tempe. Saat ini pengrajin tempe masih didominasi oleh generasi tua. Tidak ada anak muda yang bekerja di sektor pekerjaan temporer setempat.

Meski demikian, Wali Kota Aaf – sapaan akrab HA Afzan Arslan Djunaid SE – optimistis generasi muda akan tertarik dengan dunia tempe. Sejak generasi muda tie-dye sudah mulai bermunculan. Dari mereka yang memulai sebagai pedagang hingga pengrajin, ada banyak pada saat itu. “Saya kira kalau tempe ini menjanjikan ke depan, anak muda pasti tertarik untuk terlibat,” ujarnya. (han/ida)

Source: radarsemarang.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button