Masyarakat Dongko Trengalek melestarikan warisan adat Ngitung Batih, ternyata itu artinya

Trenggalek, zeitungsmemo.com – Masyarakat Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek sangat menjunjung tinggi tradisi tradisional Ngitung Batih. Tradisi yang sudah turun temurun ini rutin dilakukan oleh masyarakat sepuluh desa di Kecamatan Dongko untuk menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam.

Upacara adat Ngitung Batih berarti menghitung jumlah keluarga. Orang-orang berkumpul dan berdoa bersama untuk berkah, keamanan, perlindungan dari bahaya, kemudahan makanan, dan untuk dapat berkumpul dalam jumlah yang sama pada pergantian tahun.

“Semoga membawa berkah bagi semua orang. Semoga apa yang diupayakan dalam hal ini bisa tercapai,” kata Wakil Bupati Trenggalek Syah Muhamad Natanegara.

Ada banyak kegiatan dalam upacara adat Ngitung Batih yang diadakan setiap Suro. Seperti Prosesi Pusaka, Prosesi Pengiring Kehormatan Takir Plontang hingga Prosesi Tumpeng dari Jalan Raya Dongko hingga Pendapa Kecamatan Setempat.

Baca Juga: Usai Parade Sepeda Nusantara 2, Wali Kota Kediri: Antusiasme Penggila Sepeda Tua Luar Biasa

Kearifan lokal dalam ragam kegiatannya memiliki filosofi dan sarat makna. Termasuk simbol kebaikan ekonomi dengan melepaskan ayam yang kemudian diperebutkan oleh warga untuk dipelihara agar bisa berkembang biak untuk menambah penghasilan.

Tak heran, prosesi adat Ngitung Batih selalu menjadi daya tarik masyarakat. Selain berbagai kegiatan, adat Ngitung Batih secara tidak langsung menjadi sarana komunikasi antar masyarakat di sepuluh desa tersebut. Dengan tidak mengurangi kesakralannya, adat Ngitung Batih menjadi wisata budaya dan diharapkan berdampak pada perekonomian masyarakat.

Baca Juga: Selain Pantai Parangtritis, 3 Tempat Wisata di Yogyakarta Ini Jadi Langganan Study Tour

“Saya mengapresiasi upaya semua pihak di Kabupaten Dongko untuk melestarikan budaya yang rutin diadakan setiap tahun ini,” pungkasnya.

Source: www.koranmemo.com