Lihat Seruni Point, jembatan kaca pertama di Indonesia, yang menggantung 80 meter di atas ngarai - WisataHits
Jawa Tengah

Lihat Seruni Point, jembatan kaca pertama di Indonesia, yang menggantung 80 meter di atas ngarai

Lihat Seruni Point, jembatan kaca pertama di Indonesia, yang menggantung 80 meter di atas ngarai

Panjangnya 120 meter dengan lebar 1,8 meter di bentang utama dan 3 meter di awal dan tengah bentang.

mimpi – Indonesia akan memiliki jembatan kaca pertama bernama Jembatan Kaca Seruni Point yang berlokasi di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bromo Tengger Semeru, Probolinggo, Jawa Timur.

Proyek yang dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) itu dijadwalkan selesai pada Desember tahun ini.

Ide jembatan kaca tentu identik dengan bentuk jembatan transparan yang biasanya berada di ketinggian tertentu. Bagaimana dengan Jembatan Seruni Point? Jembatan ini terletak di atas ngarai sedalam sekitar 80 meter.

Panjangnya 120 meter dengan lebar 1,8 meter di bentang utama dan 3 meter di awal dan tengah bentang.

1 dari 4 halaman

struktur jembatan

Pembangunan jembatan gantung ini akan dimulai pada akhir September 2021, semula dijadwalkan pada akhir September 2022 namun ditunda hingga akhir tahun.

Struktur lantai atau geladak jembatan gantung ini berupa kaca laminasi, yang terdiri dari dua panel kaca atau lebih. Kacamata dihubungkan satu sama lain dengan satu atau lebih lapisan laminasi (interlayer). Total ketebalannya mencapai 25,55 mm.

Jembatan Krisan© Instagram @dezeen

Struktur jembatan memiliki baja pelindung ganda berupa baja galvanis yang dilapisi dengan cat epoxy agar lebih tahan terhadap karat.

Sementara itu, strukturnya juga akan dipasangi baja pelindung ganda berupa baja galvanis yang dilapisi cat epoxy agar lebih tahan karat.

2 dari 4 halaman

Dikelilingi pemandangan Gunung Bromo, Batok dan Semeru

Diharapkan jembatan kaca ini dapat menjadi destinasi wisata yang memacu adrenalin yang menghubungkan Terminal Wisata Seruni Point dengan area shuttle.

Wisatawan yang berjalan melalui jembatan kaca dapat melihat Gunung Bromo, Gunung Batok, dan Gunung Semeru. Dengan begitu, jembatan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke KSPN Bromo-Tengger-Semeru.

Jembatan Krisan© Instagram @dezeen

“Kami akan berupaya agar pembangunan jembatan kaca dapat selesai sesuai dengan tanggal yang direncanakan. Pengelolaan operasional jembatan kaca ini akan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo ke depan guna mendongkrak jumlah wisatawan ke Bromo dan meningkatkan perputaran perekonomian, khususnya perbaikan sumur. -kepentingan warga setempat”, jelas Kepala Pusat Geoteknik, Terowongan dan Konstruksi Fahmi Aldiamar, seperti dikutip Liputan6.com.

3 dari 4 halaman

Perancangan ruang publik Seruni Point juga memperhatikan karakteristik dan kearifan lokal budaya suku Tengger, salah satunya penerapan konsep Tiga Bentar pada area kedatangan.

Fahmi juga mengatakan, jembatan kaca ini dibangun dengan perhitungan perencanaan yang matang sesuai dengan standar dan proses pengujian laboratorium, sehingga jembatan ini akan berfungsi dengan aman bagi wisatawan.

Sementara itu, Plt Bupati Probolinggo, Timbul Prihanjoko, melihat langsung pengelolaan dan administrasi destinasi wisata Jembatan Gantung Situ Gunung, jembatan gantung terpanjang di Asia itu. Studi banding ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengelolaan Jembatan Kaca Gunung Bromo.

4 dari 4 halaman

perabot

Pastinya di setiap tempat wisata akan terdapat fasilitas umum yang bisa digunakan oleh wisatawan yang datang. Akan ada tempat parkir, gedung multifungsi untuk restoran, rest area komersial, serta toilet, mushola, jalur pengunjung, gedung tiket, dan amfiteater yang mendukung kegiatan seni dan budaya lokal.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) juga terlibat dalam pembangunan Jembatan Seruni Point yang melintasi kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Selain itu, Pemkab Probolinggo juga menyediakan lahan untuk salah satu kaki jembatan tersebut.

Laporan: Rena Safira

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button