Kisah kesucian Kiai Santri yang makamnya di Pacitan menjadi wisata religi - WisataHits
Jawa Timur

Kisah kesucian Kiai Santri yang makamnya di Pacitan menjadi wisata religi

TIMESINDONESIA, PACITAN – Di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, ada cerita tentang kesucian seorang yang saleh bernama Kiai Santri, yang makamnya dijadikan tempat wisata religi. Makam Kiai Santri terletak di Dusun Mojo, Desa Punung. Jarak dari Pendopo Kecamatan Punung sekitar 1,5 kilometer ke arah utara.

Pegiat budaya dan sejarah lokal Rusmini, mengutip dari buku Babat Mojo karya R. Ganda Wardaya, 1935, menyatakan bahwa Kiai Santri dikenal sebagai orang saleh yang menyebarkan agama Islam dan pernah menjadi penguasa pada masa kerajaan Majapahit di wilayah Maling Mati. . Dikatakan bahwa raja Majapahit memiliki 135 putra yang tersebar di berbagai arah.

“Kyai Santri adalah seorang pengembara. Sedangkan Dusun Mojo dipimpin oleh seorang berdarah biru atau gangster bernama Kiai Ageng Mojo,” katanya, Sabtu (9/3/2022).

Suasana-Area-Suci-Makam-Kiai-Santri.jpgSuasana makam keramat Kiai Santri di tengah hutan kerap dikunjungi berbagai kalangan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

Awalnya, lanjut Rusmini, suatu hari Kiai Ageng Mojo akan pergi ke ladang untuk bekerja di ladang, dan Nyai Ageng Mojo atau Dewi Ratri akan memainkan gamelan gender. nyinden atau menyanyikan lagu-lagu Jawa. Suara gamelan begitu merdu hingga terdengar di luar rumah. Tiba-tiba seseorang akan merebut hatinya.

“Tanpa disadari, Kiai Santri ternyata terpikat oleh suara gender yang dibawakan oleh Nyai Ageng Mojo dan langsung masuk ke dalam rumah. Saat sedang menikmati gamelan sambil bernyanyi, tiba-tiba Kiai Ageng Mojo datang dan marah melihat istrinya ditemani orang asing,” jelasnya.

Kiai Ageng Mojo marah dan marah. Karena cemburu, Kiai Santri tanpa basa-basi menikam dada Kiai Santri dari belakang dengan belati. Tak hanya itu, keris yang masih berlumuran darah itu pun langsung ditancapkan ke tubuh istrinya.

“Nyai Ageng Mojo meninggal seketika. Apa yang terjadi dengan Kiai Santri? Ternyata Kiai Santri tidak langsung mati, tapi tetap meninggalkan pesan untuk Kiai Ageng Mojo,” kata Rusmini.

Kiai Santri, merasa tidak bersalah, berkata sambil tergagap kesakitan, “Kiai Ageng Mojo, kamu membunuh orang yang tidak bersalah.”

Kiai Ageng Mojo masih marah dan menjawab, “Kamu orang yang tidak bertuhan dan pembohong, tidakkah kamu merasa bahwa kamu bermain kotor dengan istriku?”

Kiai Santri kemudian dengan bijak menjawab, dikenali dari ekspresinya yang saleh: “Oh, itu menurutmu? Tidak juga, lihat aku! Saya masih suci, dan apa yang Anda tuduhkan kepada saya tidak benar. Saya akan membuktikan kesucian pribadi saya. Saya memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, jika saya suci tanpa dosa, darah yang keluar dari tubuh saya akan menjadi putih, jika saya melakukan dosa, darah merah akan mengalir, ”kata Rusmini, seperti dalam cerita Babad Mojo.

Darah Kiai Santri berbau harum

Setelah hening beberapa saat, terungkap bahwa darah yang keluar dari tubuh Kiai Santri memutih dan mengeluarkan aroma harum.

Melihat hal tersebut, Kiai Ageng Mojo melanjutkan Rusmini, menyesali perbuatannya. Ia kemudian memeluk kaki Kiai Santri yang tak berdaya dan Kiai Ageng Mojo dengan rendah hati meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuatnya saat menanyakan nama dan asal usul Kiai Santri tersebut.

Akhirnya Kiai Santri menjawab dengan terpincang-pincang, “Nama saya Kyai Santri, saya seorang gelandangan dan seorang musafir. Kamu tidak menyesali apa yang kamu lakukan karena aku tidak merasa terluka dan aku tidak akan membalas dendam padamu untuk itu.” Itu semua sudah menjadi takdir Tuhan. Tuhan Mahakuasa. Hanya saja ketika saya meninggal, saya ingin jenazah saya dimakamkan di tempat ini agar nanti anak cucu saya bisa berziarah ke makam saya.”

“Setelah itu, Kiai Santri menengadah ke langit, lalu menundukkan kepala dan tersenyum tiga kali, memejamkan mata dan akhirnya meninggal dunia,” kata Rusmini.

Sementara itu, Kepala Dusun Mojo Widodo mengatakan makam Kiai Santri dianggap keramat oleh masyarakat sekitar dan dijadikan makam rejeki. Bahkan pada malam-malam tertentu di area makam, semacam rutinitas keagamaan diadakan oleh GP Ansor, Kecamatan Punung.

“Meski mitos, warga sekitar tidak berani bertingkah aneh menghadapi keberadaan makam Kiai Santri. Pernah ada yang coba minta harta, tapi kebalikannya,” jelasnya.

Ada yang unik di makam Kiai Santri, yaitu berupa gundukan tanah berbentuk rumah rayap atau pundung. Tingginya mencapai satu meter. Sampai sekarang masih menjadi misteri.

“Suatu kali kami meratakan gundukan itu, tetapi gundukan itu kembali seperti biasa dan malah tumbuh satu inci lebih tinggi. Akhirnya dia dibiarkan seperti ini. Tidak masuk akal,” kata Widodo sambil menunjuk makam Kiai Santris.

Atas saran pengurus IKIP Pondok Tremas, KH. Fuad Habib Dimyathi, pada tahun 2020 makam Kiai Santri dipugar dan direnovasi. Setiap Senin, Pon dan Jum’at Wage juga digunakan untuk rutinitas keagamaan bagi warga sekitar.

“Sekarang sudah banyak yang berziarah di sini. Ada juga yang mengambil sumpah. Rata-rata mereka hanya berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah SWT. GP Ansor sering salat Mahalul Qiyam,” pungkasnya.

Untuk memperingati Kiai Santri, warga Dusun Mojo melakukan upacara adat Nyadran yang bertahan hingga saat ini. Inilah kisah kesucian Kiai Santri dan kini makamnya dijadikan salah satu wisata religi di Kabupaten Pacitan.

**)

Dapatkan update informasi harian terpilih dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Suka, klik tautan ini dan bergabung. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: www.timesindonesia.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button