Instruktur UGM berbagi tips membuat dan mengelola desa wisata - WisataHits
Yogyakarta

Instruktur UGM berbagi tips membuat dan mengelola desa wisata

Sleman, IDN Times – Pengembangan desa liburan akan mampu menurunkan derajat ubanisasi sekaligus membuka kesempatan kerja bagi masyarakat desa.

“Pariwisata ada sebagai bonus karena yang sebenarnya dikemas dan ditawarkan kepada wisatawan atau tamu adalah pengalaman unik berinteraksi dengan warga sekitar sebagai tuan rumah,” ujar dr. Destha Titi Raharjana, di Kampus UGM, Senin (19 September 2022).

1. Karakter yang kuat dalam mengelola desa liburan

Dosen UGM berbagi tips membuat dan mengelola desa wisata  Semesta Leah membuka konser virtual Ngayogjazz 2020 dari desa wisata Karang Tanjung, Sleman, DI Yogyakarta pada Sabtu (21/11/2020).

Menurut Destha, ada sejumlah faktor yang akan mendongkrak popularitas desa wisata. Pertama, pengelola wisata harus memastikan bahwa produk wisatanya memiliki karakter yang kuat agar menjadi identitas yang membedakan dengan desa lain.

“Dalam bahasa pemasaran, kampung liburan harus bisa memiliki USP atau unique selling proposition. Untuk itu, pengembangan desa liburan harus ditujukan untuk mengikutsertakan dan memperkuat interaksi pariwisata dalam kehidupan masyarakat setempat,” ujarnya.

3. Menjual dan mengemas desa wisata menjadi nilai jual yang unik

Dosen UGM berbagi tips membuat dan mengelola desa wisata  Desa Wisata Kembangarum, Sleman (instagram.com/desawisatakembangarum)

Menurut dia, unique selling proposition atau USP harus dikemas dalam paket wisata, bukan dalam pembelian tiket. “Atraksi di desa adalah aktivitas, bukan hanya atraksi wisata. Oleh karena itu, desa liburan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan keluarga angkat. Oleh karena itu, tantangan desa wisata saat ini adalah mengemas dan memperkuat identitasnya melalui paket wisata yang berkualitas,” jelasnya.

Faktor kedua, kata Destha, berkaitan dengan ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dan inovatif bagi pengelola desa wisata. Seorang juara lokal atau karakter pendorong utama di desa setempat memainkan peran penting.

Baca Juga: Ajak Wisatawan Kunjungi Yogyakarta, Pemerintah Daerah Tawarkan Desa Wisata

Baca Juga: 9 Desa Wisata di Yogyakarta yang Asyik untuk Liburan

3. 4 kunci desa wisata dapat bertahan dan berkelanjutan

Dosen UGM berbagi tips membuat dan mengelola desa wisata  Ilustrasi desa wisata. (IDN Times/Dhana Kencana)

Kebangkitan pariwisata di desa pasca pandemi COVID-19 dinilai sangat menjanjikan dan berpotensi menjadi tulang punggung revitalisasi ekonomi desa. Destha mengungkapkan, ada empat kunci penting agar desa wisata tetap bertahan dan berkelanjutan.

Pertama, memiliki konsep yang jelas tentang arah pengembangan desa wisata yang sebenarnya. Kedua, memiliki dukungan internal dan eksternal untuk pengembangannya. Ketiga, pengelola mampu mengelola pariwisata secara transparan dan inklusif.

Keempat, pengelola memahami prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan dan mampu menerapkannya. Namun, ada juga kemungkinan risiko jika desa berkembang tanpa konsep yang jelas tentang dampak pengembangan pariwisata.

“Saya setuju, ada risiko jika pengembangan pariwisata di pedesaan tidak terkontrol. Di sisi lain, terancamnya alih fungsi kawasan pertanian menjadi kawasan wisata membuat ciri-ciri pertanian justru menghilang,” Destha mencontohkan.

Ada juga risiko bahwa struktur ruang pedesaan akan berubah dan kehilangan karakter pedesaannya jika pariwisata yang dikembangkan tidak tertanam dengan baik dalam rencana atau rencana induk wisata desa.

Baca Juga: 10 Tempat Wisata Sleman yang Indah dan Instagramable

Source: jogja.idntimes.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button