Gunakan teknologi untuk akses pabrik dan pengelolaan limbah - WisataHits
Jawa Timur

Gunakan teknologi untuk akses pabrik dan pengelolaan limbah

SURABAYA – Di hadapan 150 besar peserta, Surabaya Smart City (SSC) 2022 semakin menunjukkan keunggulannya. Salah satunya menekankan perlunya mengedukasi warga tentang jenis-jenis tumbuhan dan manfaatnya. Cukup menggunakan smartphone, warga dapat memindai kode QR sehingga tanaman dapat dengan mudah diidentifikasi.

Salah satu desa yang menonjolkan keanggunannya adalah Jalan Ikan Dorang Baru I RT 10 RW 03, Perak Barat. Meski baru masuk 500 besar, kemajuan desa sudah terlihat.

Menurut Ketua RT 10 Imam Hidayat, pemanfaatan teknologi saat ini menjadi penting, apalagi hampir semua warga memiliki smartphone untuk mengakses internet dan berkomunikasi. Memanfaatkan keunggulan teknologi cerdas, pihaknya berupaya memasukkan kode QR ke setiap tanaman yang ditanam, baik di pekarangan pangan berkelanjutan yang juga merupakan aset desa ini, maupun di setiap rumah warganya.

“Kami mengaktifkan barcode di setiap sistem. Sehingga masyarakat yang datang bisa mendapatkan informasi yang cukup dengan telepon genggam (smartphone). Kami memperkuat itu di sini. Sehingga warga juga berkurang,” kata Imam, Senin (19/9).

Desa ini juga berlomba setiap tiga bulan sekali untuk mendapatkan tanaman di rumah semua warga. Hadiah tersebut berupa sembako. Lomba ini bertujuan untuk mengajak warga agar selalu peduli terhadap lingkungan dan gemar menanam. “Kami juga bertanding setiap tiga bulan sekali,” tambahnya.

COCOK: Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan salah satu keunggulan di RT 10 RW 05 Desa Morokrembangan, mereka menggunakan air limbah untuk mengairi tanaman, yang diolah melalui proses penyaringan sebelum digunakan. (SURYANTO/RADAR SURABAYA)

Selain menggunakan teknologi untuk mengetahui jenis dan manfaat tanaman, pihaknya juga menggunakan teknologi dalam pengelolaan sampah, sehingga terhubung langsung dengan Bank Sampah Surabaya. “Kami pelan-pelan memungkinkan teknologi untuk menginput data lebih cepat dengan mengikuti kriteria Bank Induk Sampah Surabaya,” jelas Imam.

Dengan masuknya teknologi ke desa, ia berharap bisa menjadikan desa cerdas. “Jadi kami menyertakan institusi teknologi untuk membantu mereka (warga) memberdayakan data dan memprioritaskan pendidikan,” katanya.

Selain itu, masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang menjadi salah satu focal point KSS 2022 akan berkurang. “Ya, saat ini ada 13 individu MBR yang bisa terus menurunkan berat badan. Hal ini juga didukung dengan peningkatan keuntungan dari ketahanan pangan dan pengelolaan sampah,” katanya.

Di RT 10, sebaliknya, lembaga-lembaga publik (fasum) terabaikan. Digunakan sebagai lapangan bola voli. Kemudian diubah menjadi pertanian pangan berkelanjutan yang sudah ada sejak tahun 2020. Luasnya 345 meter persegi. Dengan prinsip pemanfaatan lahan sempit secara produktif.

“Mereka akan terus mengembangkan pertanian ini karena kami memproduksi tanaman pangan dan juga berinovasi dengan urban farming. Apalagi dengan metode budidaya,” ujarnya.

Di pekarangan terdapat 800 lubang hidroponik dengan metode menggunakan tabung paralon. Lalu ada berbagai tanaman buah hingga sayuran. Tanaman seperti pakcoy, selada dr kubis dan kangkung dipanen seminggu sekali dan kemudian dijual. “Hasilnya bisa Rp 1,2 juta per panen,” katanya.

Karena itu, MBR di desa terus mendapatkan penghasilan melalui kelompok tani. Tidak berhenti di situ, juga mengembangkan tanaman di food yard berkelanjutan yang dibuat menjadi jus, puding, kue, sambal dan minuman.

“Kami mengembangkan bunga telang untuk puding, minuman dan kue. Kemudian kami membuat jus, saus sambal dan puding untuk Pakcoy. Kami juga memiliki peternakan ikan lele yang rencananya akan kami gunakan untuk membuat ikan beku,” kata Ketua Kelompok Tani RT 10 Vivi.

Vivi juga berharap, sustainable food yard juga dapat dijadikan sebagai sarana edukasi pariwisata untuk lebih mengembangkannya di masa mendatang.

Sementara itu, di kawasan RW 05 Desa Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, mereka memiliki semangat mewujudkan desa yang menganut potensi desa berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan.

Ketua RW 05 Morokrembangan Sudarsono mengatakan pihaknya sangat antusias dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk warga yang sehat dan sejahtera melalui inovasi lingkungan.
Di RW 05, tiga RT mengikuti lomba dan masing-masing RT memiliki keunggulan yang berbeda-beda, yaitu RT 2, RT 10 dan RT 11.

“RT 2 ini merupakan wilayah baru pertama kali dan yang pertama menyusul. Ini tantangan, walaupun persiapannya sangat sedikit, tapi berkat masyarakat dan gotong royong warga, alhamdulillah bisa teratasi,” ujarnya.

Sudarsono menambahkan ada beberapa di RT 2 yang bisa diunggulkan, antara lain kerajinan dengan memanfaatkan sisa minyak (masak) untuk membuat sabun dan beternak ikan koi.

Selain itu, terdapat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di RT 10 yang memanfaatkan air limbah. Ia menggunakan air dari parit untuk mengairi tanaman, dimana air tersebut telah melalui proses penyaringan sebelum digunakan.

Di RT 10, selain Ipal, juga ada hidran yang menggunakan air dari Bozem, serta budidaya lele dan belut. “Apa yang kami lakukan dengan warga ini merupakan bukti komunikasi, kerjasama dan kekompakan antar warga, seluruh RT di kawasan RW 05 memiliki potensi masing-masing,” kata Sudarsono.

Sementara itu, ada beberapa potensi dan keunggulan di RT 11. Paino, ketua RT 11, mengatakan kesadaran pengelolaan sampah sudah baik bagi warga RT 11.

“Tidak hanya dalam hal pengolahan sampah, RT 11 juga memiliki pembibitan sayuran dan hidroponik,” jelas Paino.

Lebih lanjut Fatona, salah satu kader lingkungan menambahkan, di RT 11 juga ada pemberdayaan masyarakat oleh UMKM dan hasilnya juga langsung dirasakan. “Di sini juga ada UKM katering dan konveksi, dimana pekerjanya adalah warga sekitar,” pungkasnya. (rmt/saja)

Source: radarsurabaya.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button