Getuk khas desa Kurung, kecamatan Ceper, Klaten: dari coklat hingga selai nanas - WisataHits
Jawa Tengah

Getuk khas desa Kurung, kecamatan Ceper, Klaten: dari coklat hingga selai nanas

Klaten – Belum lengkap rasanya jika berkunjung ke Klaten tanpa membawa pulang oleh-oleh. Getuk khas Desa Kurung di Kecamatan Ceper bisa menjadi pilihan. Rasanya yang manis memanjakan lidah setiap penikmatnya.

Berbicara tentang jajanan ini tidak lepas dari Sujiyem yang mempeloporinya dengan nama Getuk Yoko sejak tahun 1976. Lokasinya persis di pinggir Jalan Raya Karangwuni-Pedan, Desa Kurung, Ceper. Selain itu, masakan singkong telah ada selama 46 tahun.

Sujiyem pertama kali menjual Getuk dengan gerobak di desa selama setahun pada 1970-an. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menetap di pinggir jalan. Getuk kemudian diberi nama yang diadopsi dari anaknya, yaitu Sarjiyoko atau Yoko (pelafalan bahasa Jawa).

Kepiawaian Sujiyem membuat getuk berbekal ilmu sambil mengikuti kakaknya ke Magelang. Seperti diketahui, daerah di Jawa Tengah ini dikenal dengan Kota Getuk. Kemudian berinovasi menghasilkan getuk secara mandiri.

Pembuatan Getuk dilakukan di sebuah rumah di Dusun Putatan, Desa Kurung, Ceper mulai pukul 00.00. Setiap hari, dapur produksi Getuk mengolah sekitar 2 ratus berat singkong. Sedangkan pada musim lebaran, produksi singkong meningkat dua kali lipat, atau sekitar 2 kwintal.

Getuk Yoko yang memulai pengembangan jajanan khas desa Kurung ini sudah berjualan di rumah produksi sejak pukul 07.00. Sedangkan di pinggir Jalan Raya Karangwuni-Pedan setiap hari mulai pukul 09.00-16.30.

Getuk disajikan dengan berbagai rasa seperti selai coklat dan nanas dalam bentuk persegi atau oval. Ada juga getuk-belanja favorit khas desa Kurung, yaitu variasi cokelatnya. Selain itu, rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut membuat pelanggan ketagihan.

Getuk terbuat dari bahan alami dan dijamin bebas pengawet. Termasuk saat membuat selai nanas. Ini akan disimpan pada suhu kamar setidaknya selama dua hari. Kalau dimasukkan kulkas bisa tahan sampai seminggu.

“Kalau dimasukkan kulkas lebih tahan lama. Namun belakangan tekstur getuknya menjadi lebih keras. Kecuali kelapa parutnya harus basi,” kata salah satu pedagang Getuk, Ninuk, 43.

Khas desa Kurung, getuk biasanya disajikan dengan parutan kelapa dan gula pasir yang sangat halus. Untuk memakannya, Anda bisa mencelupkannya atau menaburkannya langsung di atasnya. Hal ini untuk selera semua orang.

Getuk yang berasal dari Desa Kurung ini menjadi salah satu oleh-oleh yang banyak diminati oleh para traveller dan traveller. Mengingat harganya cukup terjangkau yaitu Rp 1.000 per biji. Pembeli juga bisa membeli paket mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 20.000 yang berisi mulai dari cokelat getuk hingga selai nanas.

“Getuknya terjauh pernah dibawa ke Batam, tapi dengan transportasi pesawat ya. Jadi perjalanan hanya memakan waktu beberapa jam. Pokoknya hanya bertahan dua hari di suhu ruangan,” kata Ninuk.

Ninuk menambahkan, kini tak hanya Sujiyem yang berjualan getuk di Desa Kurung. Namun ada beberapa warga yang menghasilkan hal serupa. Meski demikian, cita rasa Getuk Yoko sendiri tidak berubah sejak awal penjualan. (ren/adi)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button