Fakta tentang Tugu Jogja, telah terbengkalai dan pernah runtuh - WisataHits
Yogyakarta

Fakta tentang Tugu Jogja, telah terbengkalai dan pernah runtuh

Fakta tentang Tugu Jogja, telah terbengkalai dan pernah runtuh

Harianjogja.com, JOGJA—Tugu Pal Putih atau yang lebih dikenal dengan Tugu Jogja terus menjadi magnet bagi wisatawan. Tidak lengkap rasanya jika berwisata ke Jogja tapi tidak mengunjungi tempat ini.

Banyak orang yang tertarik untuk berfoto di spot Jogja yang ikonik ini, terletak di perempatan Jalan Margo Utomo, Jalan AM Sangaji, Jalan Jendral Sudirman dan Jalan P. Diponegoro.

Tugu Jogja dipadati pengunjung pada Sabtu malam. Mereka ingin berfoto dan bermalam sambil minum kopi di kafe-kafe yang ada di sekitar tugu.

Meski berada di tengah jalan dan ditambah pagar agar orang tidak terlalu dekat, simbol ikonik Kota Gudeg ini tetap ramai dikunjungi. Turis juga sering pergi ke pusat untuk mengambil foto terbaik.

Baca Juga: Pemandangan Lava Pillow, Sasaran yang Dulunya Cuma Obyek Penelitian Siswa SMA

Namun bagi Anda yang gemar berfoto di depan Tugu Jogja, tahukah Anda sejarah, pentingnya, dan perkembangan Tugu Jogja?

Berikut fakta-fakta Tugu Jogja yang dilansir dari website kratonjogja.id:

cerita pertama

Tugu Jogja dibangun setahun setelah berdirinya Jogja, tepatnya tahun 1756. Bentuk asli bangunan ini adalah silinder (golong) dengan puncaknya berbentuk bulat (gilig), sehingga dikenal dengan nama Tugu Golong Gilig. Bentuk Golong Gilig memiliki makna semangat persatuan antara rakyat dan rajanya. Itu juga merupakan simbol filosofi Jawa Manunggaling Kawula Gusti, yang menandakan tidak hanya persatuan rakyat dengan penguasa, tetapi juga persatuan rakyat dengan kehendak Sang Pencipta.

Baca Juga: Perempuan Nyaris Kena Ngebut Foto di Tugu Jogja, Netizen: Norak

2. Poros filosofis

Tugu Golong Gilig terletak di utara Kraton Jogja dan merupakan bagian dari sumbu filosofis yang membentang dari Gunung Merapi, Tugu Golong Gilig, Kraton, Panggung Krapyak dan Laut Selatan. Karena bentuknya yang panjang dan warnanya putih, orang Belanda menyebutnya paal putih (tiang putih). Oleh karena itu, Tugu Golong Gilig terkadang masih disebut sebagai Tugu Pal Putih hingga saat ini.

3. Menjadi tumpuan pandang

Dahulu, lingkaran atau gilig di puncak tugu digunakan sebagai tempat pandang saat Sri Sultan sedang Sinawaka (bermeditasi) di kecamatan Manguntur Tangkil. Bangsal Manguntur Tangkil adalah ruang singgasana di Siti Hinggil Lor, pelataran keraton, yang lantainya ditinggikan.

4. Selalu rusak

Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VI, tepatnya pada tanggal 10 Juni 1867, terjadi gempa tektonik besar di Jogja. Beberapa bangunan runtuh, termasuk Monumen Golong Gilig. Sekitar sepertiga tiang tugu telah putus. Dering bulan Sengkala memperingati peristiwa ini Obah Trus Pitung Bumi (Tujuh bumi bergetar) dan mengacu pada angka 1796 tahun Jawa.

5. Ditinggalkan

Selama beberapa tahun, Tugu Golong Gilig terbengkalai. Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1921), tugu ini direnovasi dan diresmikan pada tanggal 3 Oktober 1889. Renovasi ini mengubah bentuk tugu dari bentuk Golong dan Gilig yang asli menjadi bentuk persegi dan berujung runcing seperti sekarang ini. Selain itu, tinggi tugu yang semula 25 meter menjadi hanya 15 meter. Desain baru ini diyakini merupakan strategi pemerintah Belanda untuk menghilangkan simbol kebersamaan antara raja dan rakyat yang ditunjukkan oleh desain monumen sebelumnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button