Desa wisata harus dipantau • Radar Jogja - WisataHits
Yogyakarta

Desa wisata harus dipantau • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Walikota Magelang Muchamad Nur Aziz mengundang Duta Wisata (Duwis) dan Paskibra untuk duduk bersama dan mencatat aspirasi mereka. Terutama dalam menentukan arah masa depan Duwis dan Paskibra di Kota Magelang. Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang harus membantu mengarahkan kedua elemen tersebut.

Menurut Aziz, Duwis dan Paskibra membutuhkan fasilitas yang konstruktif. Juga, budaya sering mengalir dari luar, serta semua informasi yang tersedia. Duwis, Paskibra dan generasi muda saat ini harus bisa menyaring mereka untuk menjadi orang yang berguna. “Masyarakat adalah pelayan kebaikan, dan menjadi orang yang berguna adalah ciri orang yang unggul,” jelasnya sambil ngopi di Aula Dinas Walikota Magelang, Minggu (28 Agustus).

Ngopi kali ini juga didatangi Pak Wali oleh para pendamping, pembimbing dan orang tua ibu-ibu dan santri. Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan seni tari Barong yang dibawakan oleh para penghuni Lapas Kelas II A Magelang.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Magelang Wulandari Wahyuningsih mengatakan, para Duwis dan Paskibra telah menjalankan tugasnya dengan baik. Selanjutnya akan mengemban tugas pariwisata di kota Magelang.

Wulan mengatakan kegiatan ini perlu untuk menjaring aspirasi. Meningkatkan kesadaran dan kebersamaan dalam mengatasi problematika kehidupan. Seperti kemiskinan, pengangguran, penyakit sosial dan sebagainya.
Selain itu juga membangun komitmen, menyatukan tekad dan langkah untuk mewujudkan taraf hidup yang layak bagi masyarakat dengan melibatkan pemuda di seluruh kota Magelang. “Juga sebagai media inovatif untuk mengimplementasikan visi dan misi Walikota Magelang yaitu maju, sehat dan bahagia,” jelasnya.

Perwakilan orang tua dari orang tua India mendorong para turis asing untuk memberikan fasilitas dan persembahan yang berkaitan dengan budaya lokal. Dengan cara ini mereka tidak hanya melestarikan pariwisata, tetapi juga budaya. “Saya punya firasat mereka juga dilatih ketoprak atau wayang orang. Sehingga mereka juga sarat akan budaya,” ujarnya.

Sementara itu, Asteria Firdausi, Duwis Kota Magelang, mengatakan kegiatan serupa juga harus dilakukan secara online bersama offline chat untuk mengakomodir kaum milenial yang berhalangan hadir. Seperti di Jogja, disediakan Google form. “Jadi anak-anak milenial yang tidak bisa hadir masih berkesempatan untuk memberikan saran atau masukan,” ujarnya.

Selain itu, Asteria juga memberikan informasi desa wisata yang ada di Kota Magelang untuk dilakukan monitoring. Tugas pengawasan ini bisa mempengaruhi duwis. Sehingga mereka langsung turun ke kampung-kampung liburan dan memberikan masukan untuk inovasi-inovasi kreatif selanjutnya. Seperti paket wisata yang dikolaborasikan dengan podcast dan lain sebagainya. (aya/pra)

Source: radarjogja.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button