Catatan Balikpapan 2Days Enduro (B2DE) Reborn – Road to IKN Nusantara (1) - WisataHits
Jawa Tengah

Catatan Balikpapan 2Days Enduro (B2DE) Reborn – Road to IKN Nusantara (1)

Catatan Balikpapan 2Days Enduro (B2DE) Reborn – Road to IKN Nusantara (1)

RADARSOLO.ID – Balikpapan 2Days Enduro (B2DE) adalah salah satunya bahkan petualangan jejak legendaris di Indonesia. Akhir pekan lalu, sesepuh B2DE mengundang “alumni” dari acara B2DE dari seluruh Indonesia untuk reuni kecil di Balikpapan, Kalimantan Timur. jalan menuju IKN adalah judul acara yang berlangsung selama dua hari dengan jarak sekitar 200 kilometer.

WIBATSU ARISUDEWO, Balikpapan, RadarSolo

Pagi ini, Sabtu (21/01/2023), cuaca mendung menyelimuti kota Balikpapan. Awan kelabu tidak terlalu tebal, tapi berhasil menghalangi langit biru dan matahari pagi.

“Pagi ini lebih dingin dari kemarin. Mudah-mudahan hujannya tidak terlalu deras,” ujar salah satu panitia setempat sembari sibuk mempersiapkan acara perpisahan para petualang.

Ya, suhu pagi itu cukup menusuk kulit. Banyak peserta dalam acara Trail Adventure Community (KOTA) Balikpapan berusaha mengusir dingin dengan segelas teh panas. Ada juga yang memilih secangkir kopi untuk sarapan yang disiapkan oleh Haji Arin, sesepuh KOTA sekaligus pemilik acara.

Teh, kopi, dan berbagai makanan ringan disajikan di aula keluarga tamu Kegiatan yang dilakukan Haji Arin pagi ini sebenarnya lebih menarik dari kegiatan lainnya. Namun, beberapa “senior” mendesak kami untuk segera bersiap.

“Perjalanan hari ini masih panjang. Sekitar 100 kilometer. Dan lumayan berat karena lantainya basah. jika Awal terlambat bisa bermalam di hutan nanti,” ujarnya.

Istilah senior cukup tepat untuk beberapa peserta karena usia dan pengalaman mereka. Ada juga yang berusia di atas 50 tahun. Ada juga yang berusia di atas 60 tahun. Dan selama ini mereka memang tokoh dan panutan yang terkenal di dunia jalur petualangan di Indonesia.

Contohnya adalah Agus Fatchurrahman (Bupati Sragen 2011-2016), Dicky Sumarsono (pengusaha kuliner asal Solo), Kakung Budi, Haji Arin, Haji Anwar, Paman Marno, Haji Rori, Abah Halim dan lainnya.

“Jumlah yang berkumpul tidak terlalu banyak, sekitar 100 orang, tapi cukup representatif. Ada yang berasal dari Aceh, Jogja, Palu, Papua, Banjarnegara, Semarang, Solo, Wonogiri, Jawa Barat dan lainnya. Ndang ge ganti ge siap-siap mulaikata Kakung Budi, pria Wonogiri yang kini tinggal di Solo.

Segera semua orang beringsut dari aula ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap. Peralatan keamanan diri gaya pembalap motorcross yang harus kita gunakan membuat persiapannya sedikit memakan waktu. Alat pelindung diri termasuk bantalan lutut, bantalan lengan, sepatu bot khusus, helm khusus, pelindung mata dan beberapa individu juga terlihat mengenakan pelindung leher dan dada.

Setelah sekitar 30 menit persiapan selesai. Semua peserta langsung berangkat dengan sepeda motornya masing-masing. Ada berbagai jenis sepeda motor. Mulai dari Husqvarna, KTM, Honda, Kawasaki hingga Gas-Gas dan Beta. Tak terhindarkan, halaman keluarga tamu semakin riuh dengan deru knalpot motor yang seakan berderak keras. Tak lama kemudian, Haji Arin memberangkatkan para peserta. Saat itu jarum jam menunjukkan pukul 09:00.

Pemimpin yang off-roader Warga sekitar langsung “menggiring” para peserta melewati jalan-jalan Kota Balikpapan. Setelah sekitar 20 menit berkendara di jalanan kota yang licin, Pemimpin berbelok tajam ke persimpangan jalan yang baru dibangun. Ada portal bambu di mulut jalan setapak. Selain itu, beberapa pegawai berhelm proyek berdiri di portal yang dilengkapi pos jaga sederhana.

Tak hanya itu, sebuah rontek bertuliskan “IKN Toll Road” juga dipasang di sekitar portal. Ya, tempat ini memang menjadi calon pintu masuk tol yang nantinya menghubungkan Balikpapan-IKN. Rombongan berhenti pada saat itu. Tapi tidak lama. Setelah peserta lain tiba, pimpinan langsung meminta rombongan untuk melanjutkan perjalanan.

Rombongan terus melintasi jalan tol yang membelah hutan belantara. Saling berpapasan dengan tujuan menyemprot peserta lain dengan lumpur tanah merah merupakan hal yang menyenangkan untuk dilakukan. Di beberapa tempat Anda bisa mengamati aktivitas para pekerja yang mengoperasikan berbagai alat berat. Ada ratusan dari mereka. Mereka mengaspal area jalan yang berada di puncak bukit itu dengan pepohonan yang lebat.

Setelah sekitar 30 menit melintasi bagian hutan yang baru saja dibuka untuk jalan, rambu-rambu menunjukkan jalannya off-road di tengah hutan lebat. Rambu-rambu dipasang di mulut jalan setapak yang membelah belukar hutan. Terlihat jelas bekas ban sepeda motor trail. Hal ini menunjukkan bahwa jalur tersebut merupakan jalur lama yang menjadi arena permainan tersebut off-roader Balikpapan dan sekitarnya.

Setelah kurang dari 500 meter, jalur datar yang berkelok-kelok di antara dedaunan hutan yang lebat berakhir di awal turunan. Benar-benar tidak terlalu pedas. Namun selain fakta bahwa permukaannya berkurang, juga tidak rata. Padahal, banyak relung kiri kanan sedalam ban motor.

“Hati-hati jangan sampai jatuh ke dalam lubang. Ini licin. Jalannya masih basah,” kata M. Zaky, pemilik Juragan Jejak Wonogiri.

Ternyata turunan berakhir di sungai kecil berlumpur. Di sungai terlihat roda belakang sepeda motor Dicky terjebak di lumpur. Lagi-lagi gas “diejek” begitu rendah hingga knalpot motor KTM freeride meraung. Namun, roda belakang hanya berputar di tempat. Nyatanya, motor terus tenggelam semakin rendah selanjutnya.

Akhirnya dengan bantuan kereta peserta lainnya, Dicky berhasil membebaskan diri dari “belitan” lumpur tersebut. Peserta lain tidak menginginkan nasib yang sama. Semua orang memilih sisi lain sungai dan menyeberanginya. Bahkan jika harus berakselerasi sangat keras hingga sepeda motor meraung menembus kesunyian hutan.

Setelah sungai, jalannya tetap sama. Yaitu jalan setapak di antara semak-semak dan pepohonan hutan dengan permukaan yang tidak rata, berlumpur dan licin. Dan tentunya naik turun menyusuri permukaan perbukitan dan lembah yang berhutan lebat. Kemudian sungai yang sedikit lebih lebar dari sungai pertama menjadi kendala berikutnya.

Bahkan, ada batang kayu yang berfungsi sebagai jembatan antar sisi sungai. Namun, kayunya terlihat lapuk dan jarak antar batangnya tidak lagi rapat. Ini mendorong semua peserta untuk memandu sepeda motor melewati jembatan. Tidak semua bekerja. Ada yang menabrak dasar sungai yang tidak terlalu dalam dengan sepeda motornya.

Daya tahan habis hingga hampir dua jam setelah sungai yang dijembatani kayu lapuk itu lewat. “Kita istirahat dulu,” kata Kang Zam, sapaan akrab Agus Zamorano, pengusaha asal Purwantoro, Wonogiri, terengah-engah. Ia terlihat kelelahan karena motor KTM EXCF 450cc yang ditungganginya merupakan motor yang berat.

Setelah sekitar 15 menit, Kang Zam memintanya untuk melanjutkan petualangannya menembus hutan. Jalan licin itu berakhir di tepi jalan tanah lebar. Jalan tersebut menjadi jalur truk pengangkut hasil hutan dan tambang. Mengikuti jalur truk adalah tahapan selanjutnya hingga Anda menemukan tanda yang menunjukkan persimpangan dengan jalur yang mengarah kembali ke hutan.

Tidak berbeda dengan cara sebelumnya. melacak Itu juga didominasi oleh lumpur dan semak belukar. Panjangnya juga hampir sesuai dengan bagian jalan yang dilewati. Rute tersebut juga mengarah ke jalan untuk truk pengangkut hasil tambang dan kehutanan di sisi lain gunung. Para peserta kembali mengikuti jalur sesuai panah yang ditunjukkan oleh panitia.

Beberapa komite berjaga di persimpangan yang jaraknya kurang dari tiga mil. Selain ambulan sudah siap, di pertigaan itu juga ada plang bertuliskan “Bukit Bangkirai 1 Km”. “Makan siang di Kantin Wisata Bukit Bangkirai. Masuklah,” kata salah seorang panitia sambil menunjuk jalan setapak menuju hutan. (Kelanjutan)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button