Bercita-cita untuk membela Cirebon Shaddolls - WisataHits
Jawa Tengah

Bercita-cita untuk membela Cirebon Shaddolls

membutuhkan bantuan pemerintah tambahan

Jakarta (ANTARA) – Kecintaan seorang kakek bernama Sawiyah terhadap Wayang Kulit dibuktikan dengan belajar selama bertahun-tahun sejak tahun 1965.

Kini 53 tahun telah berlalu, Sawiyah masih mencari sesuap nasi dengan modal membuat wayang kulit.

Baca Juga: Penyelenggara Siapkan Boneka Bayangan Rajamala Sebagai Souvenir Atlet APG

Saat mengunjungi rumahnya di desa wisata Gegesik Kulon di pagi hari, rumah Sawiyah sangat sederhana, didominasi perabotan kayu dan taman yang luas.

Menariknya, teras rumah digunakan sebagai tempat pembuatan wayang kulit mulai dari ukiran hingga pewarnaan.

Untuk wayang kulit, Sawiyah memilih kulit kerbau betina dari Sukoharjo, Jawa Tengah karena lebih lentur dibandingkan kulit kerbau jantan yang tebal dan mudah patah.

“Penggunaan kulit kerbau betina bisa bertahan ratusan tahun, dan masih ada di Keraton Wali,” kata Sawiyah.

bangunan boneka

Sawiyah menampilkan berbagai wayang kulit yang dibuatnya, mulai dari ukuran besar hingga kecil.

Untuk proses pembuatannya, ia biasanya membeli kulit basah terlebih dahulu. Kemudian ketika sudah kering Anda tinggal mengukir dan membuat pola.
Salah satu karya perajin wayang kulit Cirebon, Sawiyah di Cirebon, Jawa Barat, Jumat (5/8/2022) ANTARA/Luthfia Miranda Putri

Dikatakannya, setiap wayang memiliki standar ukuran wayang cirebon, yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Kidang Kencana (ukuran kecil), Asmara Wulan (ukuran sedang) dan Mega Mendung (ukuran besar).

“Asmarawulan biasanya dipentaskan. Kalau mendung super jarang manggung dan masih ada boks di Keraton Kasepuhan,” ujarnya.

Pria berusia 73 tahun itu memilih cat bubuknya sendiri untuk mewarnai wayang kulit.

Sebagai cat praktis, cat akrilik biasanya digunakan, meskipun kekurangannya adalah kualitasnya yang kurang bagus dan cepat pudar.

Selain itu, ia juga menggunakan cat tembok berkualitas tinggi agar catnya tahan air dan tahan lama, meski harganya cukup mahal.

Sawiyah biasanya memadukan beberapa warna menjadi lima corak. Selain itu, untuk mengukur ketebalan figur bayangan, mereka biasanya disamak.

Menurutnya, satu ekor kerbau bisa menghasilkan sekitar 10-15 pupa kecil. Sedangkan ukurannya bisa enam sampai tujuh buah tergantung ukuran boneka yang ia gambarkan tidak rata.

Sawiyah mengatakan ada perbedaan cara wayang dipajang di rumah dan digunakan dalam pementasan.

Baca Juga: Intip Koleksi Wayang Kulit Luar Jawa di Museum Wayang

“Ya memang kalau dipajang di rumah seperti boneka suvenir, seninya lebih bagus. Kalau di panggung, kalau dilakukan dengan baik, sayang sekali mudah rusak,” katanya.

Penghasilan lelaki tua itu tidak menentu karena pembuatan wayang membutuhkan waktu yang lama, dari 20 hari hingga sebulan tergantung kerumitan tatahannya.

Meski harga wayang kulit cukup tinggi, konon pendapatannya hanya mencapai 75.000 rupee per hari.

“Rumit sekali, tidak ada yang rusak. Saat saya jual ke Unpad, sejuta tidak diwarnai,” kata Sawiyah.

Pembeli yang paling banyak membeli karya Sawiyah adalah para kolektor oleh-oleh atau cinderamata wayang, terutama dari Pedalangan, Jawa Tengah.

Selain itu, sejumlah pejabat juga datang ke rumahnya untuk melihat bagaimana wayang kulit dibuat, termasuk Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif Sandiaga Uno.

Sawiyah mengatakan wayang kulit termurah dibuat dengan model Punakawan seharga Rp 500.000. Sedangkan untuk model Gunungan paling mahal.

Dua pengrajin

Sebagai perajin wayang kulit di Cirebon, Sawiyah mengatakan, pihak dinas setempat hanya mengakui dua orang, termasuk dirinya.
Wayang kulit jadi oleh-oleh di pusat toko oleh-oleh di Cirebon, Jawa Barat, Jumat (5/8/2022) ANTARA/Luthfia Miranda Putri

Ia menyayangkan anak muda saat ini kurang berminat menjadi pengrajin wayang kulit dan memilih profesi lain.

Meski demikian, Sawiyah ingin berbagi ilmu dengan anak-anak muda di sekitarnya untuk belajar membuat wayang kulit secara gratis atau tanpa biaya.

“Saya diajari memberi ilmu tanpa bayar, gratis. Karena di sini mereka melihat, berlatih, bertanya, dan Cirebon juga jarang ada sekolah seni,” ujarnya.

Sawiyah mengajar beberapa anak dengan melihat dilakukan di rumah Sawiyah dan kemudian bisa mempraktekkannya di rumah mereka sendiri.

Baca Juga: Kolaborasi Kunci Melestarikan Seni Pertunjukan Wayang

Peneliti dari Banyumas dikatakan pernah bertemu dengannya dan mengatakan kualitas wayang kulit di Cirebon memang bagus untuk dipasarkan.

Pembinaan UMKM pemerintah telah membantunya, namun Sawiyah mengaku bahan baku wayang kulit saat ini sulit didapat dan kesehatan matanya terganggu.

“Tapi saya suka wayang, walaupun umur saya 73 tahun, saya masih aktif. Sayang sekali sekarang kesehatan mata saya terganggu karena saya berusia 73 tahun,” katanya.

Saat menjual wayang kulit, Sawiyah mengatakan bahwa orang-orang langsung mendatangi rumahnya untuk membeli sesuatu.

Namun, dia mengakui pemerintah belum memberikan pembinaan di daerahnya karena belum ada tindak lanjut dari pembinaan yang dilakukan sebelumnya.

Ia berharap, pemerintah bisa mengadakan workshop pembuatan wayang kulit agar anak muda bisa lebih menambah ilmunya.

“Kapan pun anak-anak bisa berlatih atau tamu bisa pergi ke studio. Kami berharap pelayanan kami sudah tua sehingga kami tidak bisa melanjutkan mengajar,” kata Sawiyah.
kami

butuh regenerasi

Dalam kesempatan yang sama, Antara meminta saran dari Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Jakarta Selatan, Rus Suharto.

Rus Suharto mengusulkan untuk melakukan kaderisasi, yaitu mencari bibit-bibit baru pengrajin wayang kulit dengan mengadakan pelatihan sebagai wadah berbagi ilmu.

Ia berharap pemerintah dapat mendanainya agar budaya tersebut dapat berkembang dan pemanfaatannya sebagai ajaran dan pedoman filosofis.

“Kalau tidak ada kaderisasi, diperlukan tambahan dukungan pemerintah melalui lomba pembuatan wayang dan lomba atraksi wayang,” kata Rus Suharto saat ditemui.

Menurutnya, objek daya tarik wisata jika dipadukan dengan ekonomi kreatif berbasis budaya, nantinya akan menciptakan identitas yang unik dan menjadi data daya tarik wisata.

Demikian pula infrastruktur ruang publik harus dibarengi dengan ekonomi kreatif untuk estetika, keindahan, kenyamanan, keamanan dan kenangan. Jadi tidak hanya menggunakan fungsi infrastruktur sebagai fasilitas umum saja, ujarnya.

Rus mengatakan usulannya bisa menjadi acuan untuk menghidupkan kembali pariwisata dan memulihkan perekonomian nasional pasca pandemi.

“Untuk mempercepat pemulihan ekonomi, kurangi studi banding atau benchmark ke luar negeri sebagai keunikan kearifan lokal yang ada di Indonesia,” pungkasnya.

Baca Juga: Polisi Lestarikan Budaya Lewat Wayang Kulit

Penerbit: Taufik Ridwan
HAK CIPTA © ANTARA 2022

Source: www.antaranews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button