Belajar di Museum Bank Indonesia, Ada Mon koin emas pra-rupiah - WisataHits
Yogyakarta

Belajar di Museum Bank Indonesia, Ada Mon koin emas pra-rupiah

Tampilan Digiqole

KOSADADATA – Mata uang rupiah memiliki sejarah yang panjang. Museum Bank Indonesia memiliki 750.000 koleksi mata uang yang pernah beredar di Indonesia. Mulai dari mata uang Ma yang digunakan sebagai alat tukar pada masa Kerajaan Mataram hingga mata uang Rupiah.

Museum Bank Indonesia selalu menjadi magnet bagi wisatawan yang datang ke Jakarta. Rika, salah satu pemandu wisata Museum Bank Indonesia (MBI), mengajak para pemudik untuk melihat keseluruhan koleksi MBI. Mulai dari klaster awal hingga klaster institusional.

Museum yang terletak di kawasan Kota Tua Jakarta Barat ini terdiri dari tiga cluster. Setiap cluster menjelaskan rekam jejak sejarah uang dari waktu ke waktu. Ada klaster institusional untuk mengetahui sejarah perkembangan ekonomi di Indonesia, klaster heritage yang khusus bercerita tentang gedung MBI dan klaster numismatik.

Salah satu klaster yang paling banyak dikunjungi adalah klaster numismatik. Cluster numismatik menampilkan berbagai koleksi mata uang yang beredar di Indonesia. Dimulai dengan uang lama dan diakhiri dengan rupiah yang beredar saat ini. “Cluster numismatik sangat populer. Banyak pengunjung yang antusias dengan cluster ini. Mereka ingin mempelajari sejarah mata uang tersebut,” kata Rika baru-baru ini.

Gugus numismatik terletak di basement gedung museum. Sebelumnya, ruang ini digunakan sebagai toko uang pada era De Javasche Bank. Sebagai ruang penyimpanan uang tunai, ruangan ini dirancang dengan standar keamanan yang sangat tinggi saat itu. Seluruh ruangan berlapis baja. Bahkan daun pintu terbuat dari baja setebal 10 sampai 20 cm.

Museum Bank Indonesia saat ini menyimpan sekitar 750.000 koleksi mata uang. Namun hanya sebagian saja yang dipamerkan di Klaster Numismatik, kata Rika dan memulai penjelasannya sesaat sebelum memasuki showroom Klaster Numismatik.

Saat memasuki kawasan numismatik, pengunjung diajak berjalan menyusuri lorong seiring perjalanan rupiah dari waktu ke waktu. Ada berbagai koleksi uang dan koin antik yang dikemas sesuai zamannya. Ada juga penjelasan dan kaca pembesar jika ingin melihat detail koin kuno tersebut.

Salah satu daya tariknya adalah kepingan emas atau yang biasa disebut dengan Ma. Koleksi ini ada di barisan depan atau tepat setelah kita masuk ke bagian numismatik. Mata uang berupa kepingan emas dengan bentuk yang sangat sederhana. Ada beberapa ukuran, salah satunya adalah keping emas 1,2 gram.

Uang Ma digunakan sebagai alat tukar pada masa kerajaan Mataram pada abad ke-8. Ada juga koin emas Ma yang beredar di Jawa Timur pada masa Kerajaan Jenggala pada abad ke-12.

Mata uang kuno lainnya adalah ropij Jawa, diedarkan pada tahun 1813 untuk menggantikan tanah Sepayol dan Rijksdaalder setelah jatuhnya Hindia Timur ke Inggris pada masa pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles. Ada juga Kepeng Cina dan Cassie.

Tidak dapat dipungkiri bahwa masuknya negara-negara Barat ke dalam perdagangan sebenarnya telah membantu meningkatkan jenis mata uang yang beredar di kawasan Asia. Termasuk nusantara saat itu. Kehadirannya membuat peran mata uang lokal semakin penting karena beredar tanpa aturan dan kontrol yang jelas. Kepeng Cina, Cassie, mendominasi Jawa dan real Spanyol muncul sebagai mata uang barat paling populer saat itu.

Koleksi lain yang tidak boleh dilewatkan adalah berbagai tanda yang menandai masa tanam paksa di Indonesia pada masa Belanda. Uang Token adalah mata uang yang beredar di perkebunan yang dikelola Belanda. Uang ini hanya berlaku di situs. Artinya hanya di sekitar areal perkebunan. Tidak dapat digunakan untuk transaksi di luar area perkebunan.

Padahal, fungsi uang token bukan sekadar alat pembayaran, melainkan kebijakan Belanda untuk melanggengkan perbudakan dan penanaman paksa. Bahan dasar Token Money sangat beragam. Itu tergantung pada bahan baku yang tersedia di wilayah tersebut. Bisa berupa besi, perak bahkan bambu seperti token yang digunakan di areal perkebunan di Sukabumi.

Setelah koin-koin lama yang masih dalam satu ruangan, perjalanan Anda ke dalam sejarah mata uang pertama negara ini, ORI (Oeang Republik Indonesia), bisa dilanjutkan. Desainnya masih sangat sederhana. Termasuk kertas yang digunakan. Seperti koran.

Sayangnya, setelah kembalinya Belanda pada tahun 1946, ORI yang menjadi bentuk kedaulatan negara merdeka tidak dapat diusir hingga akhirnya Orida muncul. Seperti Ori, Orida adalah uang resmi. Namun, uang ini dicetak di setiap daerah. Orida memiliki desain dan gambar yang disesuaikan dengan wilayah di mana ia dipamerkan.

“Dulu, misalnya uang Ori Yogyakarta mau dibelanjakan di Jakarta, yang pakai Orida harus ditukar dulu, sama seperti kita menukar mata uang asing. Agak ribet sih, tapi nilainya tetap sama,” kata Rika.

Hingga akhirnya pada tahun 1949, setelah Konferensi Meja Bundar, mata uang rupiah menjadi satu lagi. Belanda menyatakan bahwa mereka telah meninggalkan Indonesia dan otomatis semua kekuasaan republik ini utuh dan rupiah sejauh ini dapat didistribusikan tanpa masalah. ***

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button