Angka Kematian Bayi di Semarang Masih Cukup Tinggi, Ini Datanya - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Angka Kematian Bayi di Semarang Masih Cukup Tinggi, Ini Datanya – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Ilustrasi bayi baru lahir. (Dok. Bisnis.com)

Solopos.com, SEMARANG — Angka kematian bayi di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jawa Tengah) masih tergolong tinggi. Menurut catatan Dinas Kesehatan (DKK) Kota Semarang, pada tahun 2022, 85 bayi meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Masyarakat (Kesmas) DKK Semarang Yuli Kurniasih Purwati mengatakan angka kematian bayi di wilayahnya tahun ini masih relatif tinggi. Meski ada tren penurunan dibandingkan tahun lalu yang mencapai 133 kematian.

Promo Dukung BUMN Binaan UMKM Go Online, Tokopedia Registrasi 2.000 NIB

“Ini AKB” [angka kematian bayi] masih cukup tinggi. Tapi untuk AKI [angka kematian ibu] dapat dikurangi dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun ini baru pertengahan tahun, saya harap Anda dapat menjaga angka itu tetap rendah [AKI dan AKB]’ jelasnya Solopos.comSelasa (13/9/2022) malam.

Yuli mengatakan angka kematian ibu pada tahun 2022 tercatat sekitar 5 kasus. Jumlah itu turun drastis dibandingkan tahun lalu yang mencapai 21 kasus.

Mengenai faktor yang mempengaruhi tingginya angka kematian bayi di Semarang, Yuli mengakui ada beberapa hal. Faktor-faktor tersebut mulai dari kelainan kongenital, asfiksia, penyakit infeksi, berat badan lahir rendah (BBLR) hingga faktor ekonomi.

Baca Juga: Dorong AKI & AKB, RS Karanganyar Tingkatkan Kapasitas dari ICU ke ICU

“Jika infrastruktur [fasilitas kesehatan] Saya tidak berpikir begitu. Kota Semarang telah meningkatkan infrastruktur menjadi infrastruktur jalan. Dari segi ekonomi jelas ada, tapi belum kami detailkan, tapi yang pasti bukan karena kurang pangan, tapi lebih karena gizi. Menurut data kami, frekuensi kasus adalah keturunan [orang tua memiliki penyakit bawaan]”dia berkata.

sosialisasi dan edukasi

Untuk menurunkan angka kematian bayi yang masih relatif tinggi di Kota Semarang, Yuli mengaku DKK terus mengintensifkan sosialisasi dan edukasi khususnya kepada masyarakat menengah ke bawah. Mulai dari menyasar remaja, calon pengantin hingga mereka yang akan hamil.

“Remaja memiliki kegiatan penyuluhan kesehatan di setiap Puskesmas untuk mempersiapkan diri menjadi ibu. Kemudian kedua mempelai tidak menikah kecuali ada konsultasi dengan pihak Puskesmas. Untuk ibu hamil ada jaringan SiGasPol[Online Reporting Gasurkes System]Sahabat Ibu dan yang lainnya untuk memberikan ilmu dan informasi hingga memiliki anak,” ujarnya.[SistemGasurkesPelaporanOnline)TemanBundadanlainnyauntukmemberikanpengetahuandanpembekalansampaipunyaanak”ujarnya[SistemGasurkesPelaporanOnline)TemanBundadanlainnyauntukmemberikanpengetahuandanpembekalansampaipunyaanak”ujarnya

Baca Juga: Tertinggi di Jateng, Penemuan Kasus HIV Baru di Semarang Diduga Gagal

Sekadar informasi, ibu hamil, ibu nifas dan bayi mendapat bantuan (home care) dari Petugas Pengawasan Kesehatan Ibu dan Anak (Gasurkes KIA) yang berkunjung ke rumah klien untuk preventif dan promotif mencegah kehamilan berisiko tinggi. Data seluruh ibu hamil dan nifas dikumpulkan melalui sistem berbasis Android yaitu SiGaspol.

Ibu hamil, ibu nifas dan bayi tidak hanya dapat mendownload aplikasi edukasi, konseling, tetapi juga Sayang Bunda melalui Android Play Store yang menyediakan fitur-fitur yang berguna bagi ibu hamil dan keluarganya. Meliputi Go Bumil untuk Permintaan Bantuan Tenaga Kesehatan, Kalender Kehamilan, Artikel Kesehatan, Permintaan Bantuan, Panggilan AmbulanceHebat, Informasi Layanan Kesehatan di Kota Semarang.

Source: www.solopos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button