Inovasi Material Life Saving Dapat Menurunkan Angka Kematian Bayi di RSUD Wonogiri - Solopos.com - WisataHits
Yogyakarta

Inovasi Material Life Saving Dapat Menurunkan Angka Kematian Bayi di RSUD Wonogiri – Solopos.com

Inovasi Material Life Saving Dapat Menurunkan Angka Kematian Bayi di RSUD Wonogiri – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Sejumlah perawat memperagakan penggunaan bahan penyelamat nyawa di RSUD Dr. kamar Asoka. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Rabu (11/1/2023). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Inovasi Kain Penolong Kehidupan (KPJ) bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi akibat berat badan lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Inovasi ini muncul karena kasus BBLR merupakan penyumbang terbesar kematian bayi di rumah sakit.

direktur rumah sakit dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Adhi Dharma mengatakan, angka kematian bayi akibat BBLR cukup tinggi beberapa tahun lalu. Bayi BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir 1.500-2.500 gram Kondisi hemodinamik BBLR yang tidak stabil sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi lambat.

Promosi Hyperlocal Tokopedia Meroket Penjualan Online Sebesar 147%

Selain itu, bayi menjadi gelisah dan sering menangis. Akibatnya, pernapasan menjadi lebih cepat dan detak jantung tidak stabil. Kondisi seperti itu membuat bayi rentan terhadap kematian.

Beriklan dengan kami

Perawatan bayi BBLR juga mahal. Perawatan bayi BBLR biasanya menggunakan selimut penghangat yang berfungsi sebagai penghangat bayi. Harga alat ini mulai dari Rp 60 juta hingga Rp 80 juta.

Karena kondisi tersebut, beberapa perawat dan dokter dari RSUD Wonogiri melakukan penelitian untuk menanggulanginya sejak pertengahan 2019. Penelitian dilakukan dengan berbagai cara selama kurang lebih enam bulan, mis. Lembah Muro Al-Quran dan KPJ.

musik instrumental dan Lembah Muro Al-Qur’an tidak menunjukkan perubahan signifikan pada bayi BBLR. Sedangkan KPJ menunjukkan hal positif pada bayi BBLR.

Bayi BBLR yang menggunakan KPJ merasa nyaman. Kondisi hemodinamik bayi cukup stabil. Hal ini mempercepat tumbuh kembang bayi hingga berat badan bayi mencapai lebih dari 2.500 gram.

Beriklan dengan kami

“Sejak ada KPJ, angka kematian bayi turun cukup drastis. KPJ akan dilaksanakan mulai tahun 2020,” kata Adhi dalam pertemuan tersebut Solopos.com di kamarnya bersama dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Rabu (11/1/2023).

Informasi Dikumpulkan Solopos.com, pada tahun 2019 angka kematian bayi akibat BBLR sebanyak 170 anak. Tahun 2020 turun menjadi 38 anak dan tahun 2021 menjadi 20 anak.

Selain jauh lebih murah, KPJ dinilai lebih mudah. KPJ hanya butuh lima bedong.

Setiap kain dibentuk menjadi segitiga dan ditumpuk, yang kemudian digulung. Gulungan kain berbentuk seperti sarang burung yang dilingkarkan. Bayi BBLR ditempatkan di tengah KPJ.

Beriklan dengan kami

“Hanya butuh Rp 50.000 untuk membeli lima bedong. Ini jauh lebih murah daripada membeli penghangat selimut,” katanya.

Dokter anak di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Khairunnisa Wardani mengatakan, bayi BBLR biasanya lahir prematur. Kelahiran prematur dapat disebabkan oleh faktor ibu dan bayi, seperti: B. gangguan fungsi plasenta atau infeksi.

Organ tubuh bayi BBLR umumnya tidak berfungsi maksimal karena belum matang. Sistem kekebalan tubuh mereka sangat lemah, sehingga mudah terinfeksi dan mati. Oleh karena itu, perawatan bayi BBLR jauh lebih ekstra dibandingkan bayi yang lahir normal.

“KPJ adalah solusi untuk masalah ini. KPJ memungkinkan bayi bergerak bebas namun tetap dalam kondisi nyaman dan aman. Gerakan bayi yang fleksibel ini merangsang otaknya,” kata Khairunnisa.

Dikatakannya, KPJ ini sudah diterapkan di puskesmas di Wonogiri yang memiliki bangsal bayi. Selain itu berlaku bagi orang tua yang berada di dr. Soediran Mangun Sumarso.

Ia tidak memungkiri bahwa inovasi ini belum teruji secara ilmiah melalui penjurnalan. Namun, telah terbukti cukup untuk mengurangi kematian bayi di rumah sakit.

“KPJ ini juga sudah diterapkan di rumah sakit swasta di Wonogiri,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Wonogiri Setyarini mengatakan KPJ belum pernah diterapkan di masyarakat melalui pemantauan dampaknya.

Ia tidak bisa menjamin KPJ bisa menurunkan risiko kematian bayi akibat BBLR. Ini berbeda dengan metode kangguru, di mana bayi digendong dekat dengan orang tua untuk menjaga kestabilan suhu tubuh bayi.

Metode Kanguru telah dikembangkan dan diteliti oleh Universitas Gajah Mada selama 15 tahun. Cara ini umum dilakukan di Indonesia.

Metode kangguru dan KPJ sama-sama bertujuan untuk menjaga suhu tubuh bayi BBLR agar berat badannya tidak menurun. Menurutnya, berat badan bayi BBLR sangat sulit naik ketika suhu lingkungan tidak mendukung.

“Tapi saya tidak bisa menjamin KPJ bisa menurunkan risiko kematian bayi. Karena belum ada bukti perannya dalam menurunkan angka kematian anak di Wonogiri. Maaf, bukan bermaksud meremehkan. Saya khawatir akan sangat mudah menurunkan angka kematian bayi di Wonogiri,” kata Setyarini.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button