Agus Sujito, kerajinan miniatur andalan tempat wisata - WisataHits
Jawa Timur

Agus Sujito, kerajinan miniatur andalan tempat wisata

SERING LEMBUR DARI PUKUL 08.00 SAMPAI 22.00

Kepiawaian Agus Sujito dalam membuat patung memang tak terbantahkan. Ia pernah membuat patung singa setinggi 12 meter untuk Lapangan Kasembon, Kabupaten Malang. Pria asal Desa Bulukerto ini juga dipercaya membuat berbagai miniatur monumen untuk tempat pesulap. Mulai dari East Java Park hingga Museum Batubara Bukit Asam di Tanjung Enim.

DI TEMPAT Karya Agus, berbagai patung berukuran jumbo terlihat tertata rapi. Mulai dari miniatur menara jam hingga patung Buddha hingga patung hewan mitos singa berkepala manusia yang populer di Mesir. Meski disebut miniatur, semuanya dibuat dalam ukuran yang cukup besar.

Tentu saja, membuat karya seni berukuran jumbo tidaklah mudah. Agus memulai dari bawah. Agus, misalnya, memulai kariernya sebagai pematung lepas pada 2007. Saat itu dia dipercaya membuat patung untuk pintu masuk Jawa Timur Park (JTP) 1.

“Saat itu, saya hanya seorang pematung yang berpartisipasi dalam proyek grosir oleh salah satu teman saya,” katanya. Berbekal pengalaman tersebut dan tidak puas bertahan dengan proyek orang lain, Agus pun bertekad untuk memulai usaha sendiri. Kali ini lebih fokus membuat miniatur.

Uniknya, patung dan miniatur buatan Agus berukuran cukup besar. Ia pernah mengerjakan patung singa untuk Lapangan Kasembon, Kabupaten Malang. Patung ini memiliki tinggi 12 meter dan panjang 19 meter (dari kepala hingga ekor). Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan patung tersebut adalah 3 sampai 4 bulan.

SANGAT RINCI: Deretan patung Agus Sujito berukuran jumbo dipesan dari berbagai daerah. (AFIFAH RAHMATIKA FURZAEN/RADAR MALANG)

Tak hanya patung singa yang menjadi mahakarya Agus. Ada patung Bagong mengendarai kembang api di pintu masuk JTP 1, patung wahana Museum Batubara Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera, dan patung burung enggang sepanjang 9 meter di Tarakan, Kalimantan Timur.

Agus saat ini sedang mengerjakan proyek besar di Cimory Lembang, Bandung, Jawa Barat. Yaitu 100 miniatur tempat bersejarah di Indonesia dan di negara lain. “Pengerjaan sudah berlangsung selama tiga bulan dan harus selesai dalam waktu satu tahun,” jelasnya.

Saat menciptakan sebuah karya, Agus merasakan hal yang berbeda. Tidak hanya perasaan yang menyenangkan, tetapi juga tantangan tersendiri. Ia merasa nyaman menciptakan karya tiga dimensi. Tantangannya sekarang, Agus perlu detail saat merencanakan gambar kerja. Karena pelanggan sering hanya mengirim gambar dan Agus melakukan timbangan.

“Seperti membuat patung binatang. Kita perlu tahu berapa kali dinaikkan, setidaknya berapa, panjangnya mengikuti, lalu bagaimana membuatnya lebih fleksibel. Bagaimana gerakan tangannya dan semacamnya,” kata pemuda asal Bulukerto ini.

Untuk pesanan dalam jumlah besar, Agus dan 14 karyawannya rela bekerja lembur setiap hari untuk mengerjakan miniatur. Ini seperti pekerjaan menjadi menyenangkan ketika menjadi gairah yang kuat. Dari pukul 8 pagi hingga 10 malam, timnya terus berjuang.

Agus dan jajarannya telah menguasai berbagai teknik dan komposisi pencampuran bahan mulai dari semen hingga besi hingga fiberglass. Tak heran, berbagai karya Agus dinilai sangat berkualitas. Bahkan ada yang bernilai ratusan juta rupiah.

Namun menurut Agus, kebanggaan atau kepuasan hidup lebih penting saat menciptakan karya. Prinsip hidup, bekerja harus totalitas untuk memberikan pelayanan yang terbaik. “Ketika saya membuat karya, itu bukan tentang uang untuk saya. Karena uang adalah hasil dari hal terbaik yang kita lakukan,” pungkas ayah satu anak ini. (*/gemuk)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button