Yogyakarta genap 266 tahun, ini cerita hari jadinya - WisataHits
Yogyakarta

Yogyakarta genap 266 tahun, ini cerita hari jadinya

TEMPO.CO, jakarta – Mass Line di Twitter ramai dengan hastag #Yogyakarta sejak Jumat pagi, 7 Oktober 2022. Banyak salam Kota Yogyakarta oleh pengguna media sosial bertepatan dengan hari jadi kota yang ke-266. Sekda Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengajak masyarakat dan wisatawan untuk berpartisipasi dalam rangkaian Dies Natalis Yogyakarta 2022 dengan tema ini Sulih Pulih Luwih.

“Ulang tahun Kota Yogyakarta jatuh bersamaan dengan kasus Covid-19 dan pemulihan ekonomi tahun ini. Kami berharap warga, termasuk wisatawan, bisa menikmati dan merayakannya,” kata Aman tiga hari lalu.

Sejarah HUT kota Yogyakarta yang jatuh setiap tanggal 7 Oktober memiliki cerita tersendiri. Pemerintah Kota Yogyakarta mencatat bahwa pembentukan kota Gudeg ini dimulai dengan Kesepakatan Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani oleh Nicholas Hartingh, Gubernur Jenderal VOC untuk Jawa Utara, atas nama Gubernur Jenderal VOC Jacob Mossel.

Isi Perjanjian Giyanti menjelaskan bahwa negara Mataram kemudian dibagi menjadi dua. Separuh masih milik Kerajaan Surakarta, separuh lagi milik Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian tersebut, Pangeran Mangkubumi diakui sebagai raja atas separuh wilayah Kerajaan Jawa dengan gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.

Daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan tambahan daerah asing yaitu Madiun, Magetan, Cirebon, Setengah Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari ke Grobogan.

Setelah selesainya perjanjian pembagian wilayah, Pangeran Mangkubumi yang saat itu bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa wilayah Mataram yang berada di bawah kekuasaannya disebut Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta atau Yogyakarta. Dekrit ini diundangkan pada tanggal 13 Maret 1755.

Tempat yang dipilih sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan ini adalah sebuah hutan bernama Beringin, sebuah desa kecil bernama Pachetokan, sebuah daerah antara Sungai Winongo dan Sungai Code. Di sana ada wisma bernama Garjitowati, yang pertama kali dibangun oleh Susuhunan Paku Buwono II kemudian berganti nama menjadi Ayodya.

Setelah keputusan itu diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan masyarakat untuk membuka hutan Mbabad untuk membangun istana. Sebelum keraton dibangun, Sultan Hamengku Buwono I menduduki pos Ambarketawang di Gamping yang saat itu juga sedang dikerjakan.

Pesanggrahan resmi diduduki pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari tempat inilah Sultan HB I selalu mengawasi dan mengarahkan pembangunan keraton yang sedang dikerjakan. Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I memasuki keraton baru agar. Dari sinilah kota Yogyakarta atau dengan nama lengkapnya Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan.

Pesanggrahan Ambarketawang ditinggalkan oleh Sultan untuk menetap di keraton baru. Peresmian kota Yogyakarta berlangsung pada tanggal 7 Oktober 1756 bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan Beringin.

Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. dan Sri Paduka Paku Alam VIII dari Presiden Republik Indonesia, Soekarno, Surat Keterangan Pengangkatan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DIY. Selain itu, Soekarno mengeluarkan amanat pada tanggal 5 September 1945 yang menyatakan bahwa Kesultanan dan Daerah Pakualaman adalah Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pasal 18 UUD 1945.

Pada tanggal 30 Oktober 1945, Soekarno mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan di Yogyakarta akan dilaksanakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama dengan Badan Kerja Komite Nasional.

WICKSONO PRIBADI

Baca Juga: Kota Yogyakarta Trending di Twitter, Kumpulan Tokoh Wayang Ini Akan Warnai Karnaval Besar Melintasi Tugu Jogja

Selalu update informasi terbaru. Tonton berita terkini dan berita pilihan dari Tempo.co di saluran Telegram “http://tempo.co/”. klik https://t.me/tempodotcoupdate bergabung. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram.

Source: travel.tempo.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button