Pusat Kuliner Ndeso Warung Mbah Jono, Wedang Seruni dan Lele Mangut tidak ada lawan - WisataHits
Yogyakarta

Pusat Kuliner Ndeso Warung Mbah Jono, Wedang Seruni dan Lele Mangut tidak ada lawan

Pusat Kuliner Ndeso Warung Mbah Jono, Wedang Seruni dan Lele Mangut tidak ada lawan

Krjogja.com – TOLONG – Generasi yang tumbuh di sekitar Yogya antara tahun 1950 – 2000 mungkin mengenal nama Sumpit Bong atau Mbah Djono khitan legendaris di Kabupaten Bantul. Dulu, Mbah Djono sudah berlatih hingga dua generasi selama setengah abad. Tepatnya pada tahun 1943 – 2006, di kediamannya di Jalan Jenderal Basuki Rahmat nomor 1 Kalurahan Bantul, Kapanewon Bantul.

Setelah lebih dari 15 tahun bekas gedung praktek sumpit dan rumah pribadi tak terpakai, generasi ketiga Mbah Djono tahun ini mengubah rumah yang terletak di sebelah timur kompleks kantor Pemerintah Kabupaten Bantul itu, menjadi pusat kuliner dan warung jajanan desa. “Gedung ini masih kita pertahankan seperti dulu, mulai dari lantai, ke kamar, hingga ventilasi yang sama,” kata Aloria Hanita, pemilik dan pengelola Warung Mbah Djono, Rabu (14/9/2022).

Ria, panggilan akrab Aloria, dan suaminya, Mbah Djonos generasi ketiga, bukan satu-satunya yang membangkitkan sebuah bangunan kuno yang mudah diakses melalui jalur wisata Jalan Bantul. Anda bekerja sama dengan penyanyi jazz terkenal Iga Mawarni, yang sekarang juga tinggal di Yogya.

“Ngomong-ngomong, Mbak Iga Mawarni dan saya sudah berteman sejak sekolah di Solo, kemudian kami bertemu lagi di Yogya dan kami membangun toko ini bersama-sama,” kata Ria yang membuka toko pada Juli 2022.

Sebuah pusat kuliner dengan menu tradisional di sisi selatan Yogya, Warung Mbah Djono menawarkan berbagai hidangan unggulan. Total ada 30 menu yang disajikan, termasuk makanan, minuman, dan snack yang harganya cukup terjangkau, mulai dari Rp 3.000 hingga yang paling mahal Rp 25.000.

Dari pagi hingga sore hari, sekitar pukul 07.00 WIB hingga 14.00 WIB, menu ini tergolong heavy fare yang dapat dikonsumsi pengunjung baik secara buffet maupun berdasarkan pesanan, mulai dari mangut lele kuning, sarang telur, sop empal paru, bubur sayur, krim ayam. , urapan atau trancam dengan brongkos kacang merah. Sementara itu, dari sore hingga malam antara pukul 15.00 hingga 22.00, pengunjung bisa memesan berbagai menu yang tak kalah menggiurkan, seperti Bakmi Jowo Goreng dan Godhog, Nasi Goreng, Mie Gaul alias Mie Nyemek.

“Kami tidak hanya menyajikan menu tradisional Jawa, tetapi juga menu Londo (Barat) berdasarkan saran pelanggan,” kata Iga Mawarni, penyanyi jazz yang juga mengelola tempat ini bersama Mbah Djono, generasi ketiga.

Stan Mbah Djono, kata Iga, sengaja meninggalkan sebuah buku di dekat meja kasir agar pengunjung bisa menuliskan pemikirannya. Mereka bisa menuliskan kesan cita rasa makanan yang dipesan ke menu usulan yang mereka harapkan bisa disediakan. Saran yang banyak diminta diimplementasikan.

Jajanan seperti sandwich, roti kaya, bakpao isi srikaya, mentega, meises hingga poffertjes, juga dikenal dengan soft cake khas Belanda, seperti pancake yang disajikan dengan gula halus, kini juga tersedia di toko ini.

“Tentunya jajanan seperti telo goreng atau pisang goreng masih tersedia jika pelanggan hanya ingin menyeruput kopi atau menyeruput wedang yang berbeda sambil nongkrong di sini,” kata pelantun tembang Kasmaran itu.

Adapun jenis minuman yang ditawarkan booth Mbah Djono cukup banyak jenisnya. Ada Wedang Seruni yang mengolah serai, jeruk nipis dan jahe. Lalu ada aneka kopi, Teh Tarik, teh Kerampul yang diolah dengan perasan jeruk khas Solo, dan Wedang Jahe.

Iga Mawarni mengatakan, setelah sekitar satu setengah bulan beroperasi, pelanggan toko Mbah Djonos sudah mulai merambah ke luar Yogyakarta.

“Mereka yang datang ke sini umumnya karena ingin berkomunikasi dan mendapatkan informasi dari mulut ke mulut (tahu informasi dari mulut ke mulut) dan jika seseorang membagikannya di media sosial,” katanya.

Berbagai kalangan khususnya komunitas sepeda, komunitas motor dan anak muda menjadi pelanggan booth yang menyelenggarakan program Jum’at Berkah setiap minggunya dengan mengundang rombongan anak yatim piatu untuk makan gratis di booth tersebut.

Herman Rukmana, turis asal Bogor, mengaku mengenal Warung Mbah Djono dari rekomendasi kerabatnya di Yogyakarta.

“Setelah dicicipi langsung, semuanya ternyata pas di lidah, baik makanan dan minuman, lagi murah,” kata Herman yang datang ke toko bersama istrinya.

Source: www.krjogja.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button