Universitas Ciputra Surabaya sedang membangun desa wisata berbasis sociopreneur - WisataHits
Jawa Timur

Universitas Ciputra Surabaya sedang membangun desa wisata berbasis sociopreneur

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Desa berperan strategis dalam meningkatkan perekonomian masyarakat karena memenuhi hampir seluruh kebutuhan pangan di kota maupun secara nasional. Demikian juga, desa memasok permintaan tenaga kerja yang signifikan di kota. Namun kehidupan di desa saat itu tidak berkembang sebagaimana mestinya. Banyak penduduk desa yang tidak lagi tertarik untuk menggarap lahan tersebut.

Universitas Ciputra Surabaya memberikan dukungan kepada Desa Rejoagung, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, melalui Program Insentif Pengabdian Kepada Masyarakat yang terintegrasi dengan MBKM Berbasis Kinerja IKU untuk Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Tahun 2022, dengan Program Kemitraan Kampung Bangkit bertajuk Pemberdayaan Kapasitas kelompok Forum Komunikasi Desa Rejoagung terkait pengembangan Model Wisata Desa Berbasis Socipreneur.

Pemohon utama Dr. Wirawan Endro Dwi Radianto, SE, M.ScA, dengan Ir. Yohannes Somawiharja, M.Si. Rean Mitasari, S.Pd., M.Si. dan Dipl.-Inf. Laura Mahendratta Tjahjono. Kegiatan pendampingan berlangsung dalam dua tahap pada tanggal 8-9 Desember 2022 dan 17-18 Desember 2022 dengan melibatkan 73 peserta yang terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak dan remaja di Desa Rejoagung.

Dr. Wirawan Endro Dwi Radianto, SE, M.ScA menjelaskan bahwa pengembangan desa wisata berbasis masyarakat merupakan model pengembangan pariwisata yang mengutamakan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata. CBT menjadikan masyarakat sebagai pemain kunci melalui pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan sehingga manfaat kepariwisataan sepenuhnya tersalurkan kepada masyarakat lokal.

Ciputra-2.jpg

“Kami juga menanamkan model kewirausahaan sosial yang melihat suatu permasalahan di desa sebagai peluang dengan berbagai inovasi dan kreatifitas sehingga dapat menciptakan keberdayaan masyarakat di desa,” jelasnya.

Ditambahkannya, wirausaha sosial memiliki inovasi sosial yang dapat mengubah sistem di masyarakat, lebih fokus pada pencapaian tujuan sosial dan tidak mengutamakan keuntungan individu, tetapi menggunakan keuntungan yang dihasilkan untuk kepentingan sosial bersama.

“Masyarakat memiliki karakteristik, kemampuan dan potensi yang berbeda-beda, dengan adanya perbedaan tersebut, perbedaan tersebut dapat disatukan untuk membangun bersama. Ini membuat masyarakat lebih produktif dan menciptakan kesejahteraan di desa,” kata Wirawan.

Wirawan menambahkan, dukungan yang diberikan berupa capacity building bagi perusahaan penunjang wisata desa, yaitu Pengelola Homestay Griyo Ngaso, Kelompok Pengelola Wisata Batik Desa Rejoagung, Kelompok Pengelola Wisata Outdoor, Forum Komunikasi Wisata Desa, Pengelola Dapur Desa. Materi yang disampaikan adalah pemetaan potensi desa dan validasi, dilanjutkan dengan materi membatik berbasis kearifan lokal desa dan pemasaran wisata melalui digital marketing.

“Kegiatan pengembangan pariwisata yang sepenuhnya melibatkan masyarakat. Perencanaan ide kegiatan, pengelolaan dan pengawasan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat secara partisipatif dan manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu, peran masyarakat sebagai pemangku kepentingan menjadi elemen penting dalam pengembangan desa wisata berbasis masyarakat,” kata Wirawan.

Pada kesempatan tersebut, Universitas Ciputra Surabaya memberikan hibah untuk mendukung pengembangan pariwisata Desa Rejoagung berupa 15 sepeda touring, 24 unit perlengkapan homestay, 3 unit papan peta desa wisata dan pembuatan website desa wisata.

Ciputra-3.jpg

Gatot Susanto selaku Kepala Desa Rejoagung menjelaskan bahwa ini merupakan program unggulan dari Universitas Ciputra Surabaya untuk masyarakat Desa Rejoagung karena menekankan pemberdayaan masyarakat untuk merangkul semua aset yang dimiliki seperti budaya, adat istiadat, masakan dan lainnya untuk lebih memahami dan menghargai. sumber daya alam Lain-lain

“Ciputra University mengajak dan mengajarkan kegiatan pengembangan pariwisata yang sepenuhnya melibatkan masyarakat. Perencanaan ide kegiatan, pengelolaan dan pengawasan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat secara partisipatif, dan manfaatnya langsung dirasakan oleh masyarakat. peran masyarakat sebagai pemangku kepentingan merupakan elemen penting dalam pengembangan desa wisata berbasis masyarakat,” kata Gatot

Gatot menambahkan, desa wisata merupakan bentuk pelaksanaan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan. Pengembangan desa wisata diharapkan dapat mewujudkan keadilan yang sejalan dengan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan. Selain itu, keberadaan desa wisata juga dapat melestarikan budaya pedesaan

Sementara Pendeta Rena Prasetyo selaku pendeta jemaat GKJW Rejoagung menambahkan bahwa inovasi sosial bagi masyarakat desa diharapkan dapat membangun pola pikir bagi generasi muda untuk lebih giat mengembangkan potensi setiap individu menuju kekuatan spiritual, kepribadian, kecerdasan dan disiplin diri, sebagaimana serta kreativitas dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pengembangan masyarakat

“Program pengabdian masyarakat multipihak ini melibatkan unsur pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas atau komunitas yang bersatu, berkoordinasi dan berkomitmen untuk mengembangkan potensi lokal desa dan pedesaan dengan tetap mengedepankan kearifan lokal dan sumber daya lokal tetap diutamakan. Hasilnya dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan kualitas lingkungan, kesejahteraan masyarakat dan melestarikan budaya masyarakat di desa wisata,” jelas Pastor Rena.

**) Ikuti berita terbaru KALI Indonesia di Berita Google

Klik tautan ini dan jangan lupa untuk mengikutinya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button