Survei Cuti SS Harpitna: Jumlah pegawai yang turun cukup tinggi - WisataHits
Jawa Timur

Survei Cuti SS Harpitna: Jumlah pegawai yang turun cukup tinggi

Survei Cuti SS Harpitna: Jumlah pegawai yang turun cukup tinggi

Sandiaga Salahudin Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), memberikan tanggapan penuh warna atas usulan menjadikan hari “macet” itu sebagai hari libur nasional.

Sandiaga sendiri mengaku sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memaksimalkan “Montagisasi” dan menjadikan hari-hari libur nasional.

Dari hasil survei yang dilakukan oleh Media Suara Surabaya Ada perbedaan pada Kamis (1/12/2023) melalui dua media, onair dan online. Saat ditanya “Apakah Anda setuju dengan usulan menjadikan Hari Pinch sebagai hari libur?” Mayoritas peserta Radio Suara Surabaya menjawab tidak setuju.

Sementara survei yang dilakukan secara online yakni Instagram menunjukkan hal yang berbeda, 540 dari total 645 responden (82 persen) menyatakan setuju. sejumput bangsa menjadi hari libur nasional. Sedangkan dengan total 163 pendengar Radio Suara Surabaya Ditayangkan atau tidak, 101 orang (62 persen) menolak usulan Menparekraf.

Survei Media Suara Surabaya tentang Hari Nasional (Harpitnas) sebagai Hari Nasional. Grafik: Bram suarasurabaya.net

Rata-rata mayoritas pendengar atau responden yang setuju menyatakan bahwa mereka adalah pelaku industri pariwisata. Sedangkan bagi yang tidak setuju, ada juga yang justru dari staf.

Alasan penolakan karyawan beragam. Mulai dari kekhawatiran hilangnya performa akibat terlalu seringnya memanjakan diri hingga faktor ekonomi seperti mahalnya biaya perjalanan jauh.

Terkait hasil survei tersebut, Agoes Tinus, Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Ciputra (UC), mengatakan pemangku kepentingan industri pariwisata akan sangat menyambut baik kebijakan penutupan hari puasa tersebut. Karena seiring bertambahnya waktu liburan, jumlah tamu dan wisatawan tentunya akan meningkat.

Bagi karyawan yang tidak setuju, Agoes Tinus mengatakan, bisa jadi karena sebagian dari mereka gajinya dihitung berdasarkan jam kerja hingga jadwal liburan, yang sebelumnya belum terkena cuti.

“Produktivitas perusahaan akan menurun. Selain itu, teman-teman yang gajinya dibayarkan per jam atau per hari tidak dapat menerima pembayaran seperti pada waktu normal,” kata dekan fakultas pariwisata UC itu dalam program tersebut. Wawasan Suara SurabayaHari Kamis pagi.

Agoestinus menggali lebih dalam upaya peningkatan pariwisata dan mengatakan tiga hal yang perlu diperhatikan pemerintah.

Pertama, pemerintah harus mulai memberikan insentif kepada industri pariwisata, misalnya tiket pesawat yang masih tinggi. Bagaimana ini bisa dikhianati, kita jangan tergiur hanya dengan wisata Indonesia yang kaya seperti Danau Toba, Labuan Bajo dan lain sebagainya. Kami ingin pergi ke sana, tetapi biayanya tinggi. Kalau tidak punya uang, tidak akan bisa liburan sementara biayanya masih tinggi di sana,” katanya.

Selain itu juga, kedua Pariwisata harus dipromosikan. Perlu menjadi pertimbangan pemerintah apakah Harpitnas akhirnya ditetapkan sebagai hari libur nasional. Tawarkan insentif lalu lintas untuk diskon objek wisata. Bisa diluncurkan dari tempat-tempat wisata yang dikelola oleh negara atau perusahaan milik negara untuk menarik wisatawan.

“Berikan diskon khusus untuk lansia atau momen lainnya bagi wisatawan agar menarik,” imbuhnya.

Selanjutnya Terakhir, adalah memperbaiki infrastruktur tempat wisata yang menurutnya juga perlu segera diperbaiki agar wisatawan bisa datang ke tempat tersebut dengan lebih percaya diri.

Agoes Tinus mengatakan tidak hanya tempat wisata utama saja yang berkualitas, namun pengembangan kawasan sekitarnya juga perlu disempurnakan.

“Misalnya Pak Jokowi meresmikan pelabuhan Sanur tahun 2022, itu bagus sekali. Sanur sudah bagus tapi Nusa Penida masih banyak yang rusak, tidak sinkron,” jelasnya.

Bagi pemerintah daerah, pemerhati pariwisata ini memperkirakan sejumlah destinasi wisata baru yang dikembangkan pemerintah daerah. Sehingga pada periode ini banyak sekali tempat-tempat baru yang tidak membutuhkan biaya yang mahal, dan dengan cara yang lama untuk menikmati waktu luang. liburan kecil.

“Lokasi baru banyak, hampir semua kota dan kabupaten memiliki desa wisata, contohnya Bromo saat ini memiliki wahana baru seperti jembatan kaca. Wisata Kawah Ijen sekarang juga bisa dinikmati oleh semua kalangan karena ada alat bantu transportasi, apalagi bagi masyarakat yang tidak kuat berjalan menanjak, pilihannya banyak,” jelasnya.

Agoes Tinus mengatakan meski Speeding Day bukan hari libur nasional, namun dia yakin pariwisata akan terus meningkat jika pemerintah memperhatikan tiga hal, yakni insentif bagi pelaku usaha pariwisata, diskon bagi pariwisata, dan perbaikan infrastruktur.

Liburan kini tidak harus jauh-jauh, lama dan mahal asalkan semua orang bisa menikmati esensi liburan berkualitas bersama keluarga tercinta. (bil/pertama)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button