Tidak ada gadget saat liburan sekolah membutuhkan komitmen antara orang tua dan anak - WisataHits
Jawa Timur

Tidak ada gadget saat liburan sekolah membutuhkan komitmen antara orang tua dan anak

Liburan sekolah adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh orang tua dan anak. Saatnya anak-anak bebas dari tugas sekolah. Bagi orang tua, ini adalah momen untuk waktu yang berkualitas dengan keluarga.

Namun di era digital seperti sekarang ini, liburan sekolah adalah saatnya anak-anak bermain gadget sepuasnya. Anak-anak tidak lagi terlibat dalam kegiatan akademik, sehingga transisi akan fokus pada gadget.

Jika akses tidak dibatasi, ada juga risiko anak-anak akan mengalami kesulitan dalam transisi dari liburan ke sekolah.

Menurut Nurul Hidayati M.Psi., Dosen Psikologi Universitas 45 Surabaya, merancang liburan bebas gadget merupakan tantangan terbesar di era digital seperti sekarang ini. Namun dimanapun dan apapun kegiatan liburannya, menciptakan suasana liburan tanpa handphone bisa dilakukan asalkan orang tua dan anak terlibat. Karena seringkali orang tua meminta anaknya untuk membatasi gadgetnya, namun mereka sendiri yang bermain dengan gadgetnya tanpa mengenal waktu.

“Kesepakatan tidak boleh dilakukan di perjalanan, buat kesepakatan terlebih dahulu. Misalnya, jika dia ingin pergi ke kota, berapa lama dia bisa membuka perangkat di jalan? Misalnya, orang tua juga harus menghabiskan 10 menit jadi itu kita bisa menikmati ride on the go. Seperti membicarakan apa yang ada di jalan, ketika anak kecil juga memiliki imajinasi yang luar biasa, orang tua mengikuti imajinasi mereka sehingga mereka dapat terus berinteraksi dengan anak-anaknya,” kata Nurul dalam siarannya. Radio Suara SurabayaSabtu (2/7/2022).

Ada juga trik untuk berurusan dengan anak-anak. Nurul menjelaskan, komunikasinya disesuaikan dengan usianya.

Bisa ditawar untuk anak usia 0 sampai 5 tahun hanya menonton YouTube selama 15 menit sehari saat berlibur. Namun, bagi anak-anak usia sekolah dasar yang sudah berteman dengan gadget, negosiasi tidak lagi dibatasi waktu.

“Sekarang ketika mereka tiba di tempat tujuan wisata, mereka biasanya suka berfoto dan kemudian mempostingnya di media sosial. Kita bisa membuat kesepakatan ketika kita bisa merekam tetapi mengedit dan merilisnya nanti. Kalau sudah begitu, otomatis orang tua harus menahan diri,” jelasnya.

Nurul mengakui, menyampaikan pemahaman tersebut kepada semua pihak, baik orang tua maupun anak, tidaklah mudah. Namun bukan berarti tidak bisa diwujudkan.

“Ketika berbicara dengan anak, harus dari hati ke hati, disesuaikan dengan usianya. Jika kita (orang tua) mengakses gadget dalam waktu yang lama, kita dapat memberitahu anak-anak kita ketika mereka memiliki pekerjaan kantor. Hal ini disampaikan dengan narasi yang jelas dan sesuai dengan pemahaman anak,” jelas Nurul.

Momen liburan yang sesungguhnya adalah saat untuk menyegarkan pikiran dan jiwa serta menyambung kembali dengan anggota keluarga yang sayang untuk dilewatkan. Jika gadget hadir di tengah momen ini pasti akan berkurang waktu yang berkualitas Keluarga.

“Semua panca indera harus terhubung jika ingin terhubung dan terhubung waktu yang berkualitas antar anggota keluarga. Jika komunikasi melalui gadget, mis. B. saat orang tua menanyakan kabar lewat chat, sebaiknya saat berduaan, harus ada momen untuk ngobrol langsung,” ujarnya. (dfn/ipg)

Source: www.suarasurabaya.net

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button