Sultan HB X menggalakkan bantuan sosial seumur hidup untuk mengentaskan kemiskinan - WisataHits
Yogyakarta

Sultan HB X menggalakkan bantuan sosial seumur hidup untuk mengentaskan kemiskinan

Sultan HB X menggalakkan bantuan sosial seumur hidup untuk mengentaskan kemiskinan

YOGYAKARTA (ANTARA) – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengumumkan bantuan sosial seumur hidup bagi masyarakat miskin berusia 60 tahun ke atas dalam upaya mengentaskan kemiskinan di wilayahnya.

“Kalau saya ya umurnya sekitar 60-70 tahun, kemungkinan dia hanya berpendidikan SD, tidak punya fasilitas, tidak bisa bekerja, ya dirawat sampai ajalnya (seumur hidup),” kata Sultan HB X pada hari Rabu di Kompleks Kepatihan Yogyakarta.

Terkait wacana Bansos Seumur Hidup, Sultan mengaku telah melakukan dialog dengan pimpinan dan pimpinan DPRD DIY.

“Saya bicara ke pimpinan DPRD apakah mau membantu, setuju atau tidak dengan bansos itu,” kata Raja Keraton Yogyakarta itu.

Baca Juga: Yogyakarta Lakukan Tinjauan Lapangan dan Berikan Peringkat Kemiskinan DTKS

Baca Juga: Angka Kemiskinan Yogyakarta Diperkirakan Meningkat Akibat Pandemi

Ia kemudian menjelaskan, jika proporsi penduduk miskin berusia 60 tahun ke atas yang melakukan bedah rumah mencapai 3 hingga 4 persen, bansos seumur hidup dapat menurunkan angka kemiskinan perbaikan rumah yang berada di kisaran 11 persen.

“Kemiskinan bisa turun sampai 9 atau 8 persen,” katanya.

Menurut Sultan, program tersebut bisa diujicobakan di Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo pada tahap awal.

“Gunungkidul dan Kulon Progo bisa dicoba dulu, yang semuanya seperti itu, ya mendapat tunjangan kesejahteraan seumur hidup,” ujarnya.

Sementara itu, Pemda DIY akan memberikan bantuan kepada masyarakat miskin yang belum tua maupun menganggur untuk mendapatkan penghasilan dengan memanfaatkan tanah dari kas desa.

Pemda DIY, lanjut sultan, siap membantu biaya sewa tanah kas desa dengan menyalurkan dana khusus Rp 1 miliar ke masing-masing desa.

“Dengan cara ini, dia bisa memiliki penghasilan tetap setiap bulan, apakah dia ingin beternak, beternak lele atau melakukan hal lain tetapi menggunakan tanah kas desa yang disewa dari mereka melalui dana khusus,” katanya.

Pada kesempatan itu, sultan menganggap tidak adil jika angka kemiskinan perbaikan rumah hanya dianggap sebagai persentase tanpa melihat jumlah penduduk, dan menyimpulkan bahwa kemiskinan perbaikan rumah adalah yang tertinggi di Pulau Jawa.

Dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur, angka kemiskinannya lebih rendah, namun jumlah penduduk di kedua provinsi tersebut jauh lebih tinggi.

“Yogyakarta itu kemiskinan 11 persen tapi penduduknya 3,7 juta, jadi (jumlah orang miskin) sekitar 400.000, tapi di Jawa Tengah kemiskinannya 9 persen, itu lebih rendah tapi dikalikan (penduduk) 36 Juta itu beda,” dia berkata.

Selain itu, kata Sultan, jika pendataan masyarakat miskin hanya diukur dari rata-rata konsumsi per kapita tanpa memperhitungkan kekayaan, maka mereka yang tergolong miskin tidak akan pernah kehabisan benahi rumah.

Karena menurut Sultan, ada sebagian warga yang menekan konsumsi dan lebih peduli memelihara sapi sebagai hewan ternak.

“Itu benar terjadi saat kami tanya apa artinya dia lebih banyak menabung dan tidak menghitung konsumsi kalori,” kata Ngarsa Dalem menyapa Sultan HB X.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka kemiskinan di DIY pada September 2022 sebesar 11,49 persen dari total penduduk, tertinggi di Pulau Jawa.

Angka ini naik dari periode Maret 2022 yang sebesar 11,34 persen.*

Baca juga: “Bergandengan Tangan”-JSS Anti Kemiskinan Bappenas Hadirkan

Baca Juga: Pemkab Kembangkan Potensi Wisata Gunung Kidul-Yogyakarta Untuk Pengentasan Kemiskinan

Reporter: Luqman Hakim
Penerbit : Erafzon Saptiyulda AS
HAK CIPTA © ANTARA 2023

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button