Setelah kenaikan harga BBM, tidak ada kenaikan HTM wisata di Banyuwangi - WisataHits
Jawa Timur

Setelah kenaikan harga BBM, tidak ada kenaikan HTM wisata di Banyuwangi

TIME INDONESIA, BANYUWANGI – Kenaikan harga BBM dibarengi dengan kenaikan harga tiket atau HTM wisata, juga di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Masyarakat prihatin, terutama bagi wisatawan lokal yang mencari hiburan di kawasan berjuluk Sunrise of Java ini.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi M Yanuar Bramuda menegaskan hingga saat ini belum ada peningkatan pariwisata HTM di seantero Bumi Blambangan.

“Memang teman-teman dari Himpunan Pokdarwis (Kelompok Peduli Pariwisata, Red) secara resmi sudah memberi tahu kami. Tapi ini harus kita bahas secara mendalam, jangan terburu-buru menaikkan HTM,” ujarnya kepada TIMES Indonesia.

Menurutnya, perlu dilakukan pembicaraan lebih mendalam antara pemerintah daerah dan Pokdarwis terkait hal ini. Karena peningkatan HTM wisata masih harus dicermati dan didiskusikan bersama.

“Kita harus cermat melihat dan menilai pasang surut dan skill para pengunjung. Dan kita juga harus pandai melihat momentum. Jangan sampai HTM jadi bumerang,” ujarnya.

Meski begitu, Bramuda menjelaskan, jika seseorang ingin bepergian harus memperhitungkan biayanya. Wajar dengan kenaikan BBM ini, biro perjalanan memilih menaikkan harga paket yang mereka tawarkan.

Oleh karena itu, jika HTM juga meningkat, berarti biaya pengeluaran wisatawan semakin tinggi. Ini adalah fokus untuk pertimbangan dan pertimbangan yang cermat.

“Bahkan, saat pandemi Covid-19 melanda, sudah lama ada wacana di Pokdarwis untuk menaikkan HTM destinasi wisata ini. Namun, ada beberapa pertimbangan yang menghalangi mereka untuk meningkatkan HTM,” jelasnya.

Bramuda melanjutkan, tentunya hal ini akan dibahas bersama antara pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lainnya untuk mencari solusi yang tepat.

“Kita tidak boleh terburu-buru untuk meningkatkan HTM wisatawan karena kita perlu melihat timing dan siklus kunjungan yang tepat. Kalau tergesa-gesa tidak akan menjadi keuntungan, tapi bisa menjadi bumerang bagi kita,” imbuhnya.

Bahkan, perekonomian Kabupaten Banyuwangi juga mengalami penurunan akibat dampak pandemi yang melanda selama dua tahun terakhir. Dampak Covid terhadap sektor pariwisata sangat terasa.

Hal ini berpengaruh karena banyak wisata yang bisa dikunjungi mulai dari pantai, taman nasional, air terjun, pegunungan, desa wisata dan lainnya. Hampir semua kecamatan memiliki keunikan wisata dan adat budayanya masing-masing. Ketika Covid melanda, dengan pembatasan aktivitas masyarakat, pariwisata menjadi sepi.

Sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki dampak besar terhadap perkembangan ekonomi dan pendapatan. Salah satu tugasnya juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di Banyuwangi.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), 440.145 wisatawan domestik mengunjungi Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020. Tahun berikutnya, atau 2021, jumlah wisman justru turun menjadi 430.906 wisman.

Bagaimana dengan turis asing? Publikasi Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2022 yang diterbitkan BPS menyebutkan sebanyak 11.707 wisatawan mancanegara berkunjung ke Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020. Namun, pada tahun 2021, jumlahnya turun menjadi hanya 1.772.

Dan kini Banyuwangi mulai bangkit kembali. Setelah pandemi berakhir, sebagian orang sangat ingin berwisata untuk refreshing karena lelah bekerja dari rumah dan belajar dari rumah.

Oleh karena itu, jika terjadi peningkatan HTM pariwisata setelah kenaikan harga BBM dikhawatirkan akan menjadi penghambat bangkitnya sektor pariwisata di Kabupaten Banyuwangi.

**)

Dapatkan update informasi harian terpilih dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Suka, klik tautan ini dan bergabung. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: www.timesindonesia.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button