Sejarah Kereta Api Garut-Cibatu, jalur utama ke Parahyangan pada Masa Kolonial Belanda - WisataHits
Jawa Barat

Sejarah Kereta Api Garut-Cibatu, jalur utama ke Parahyangan pada Masa Kolonial Belanda

JAKARTA, KOMPAS.com – PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengaktifkan kembali jalur KA Garut-Cibatu pada Kamis (24 Maret 2022).

Jalur kereta api Garut-Cibatu yang telah ada sejak tahun 1889, berhenti beroperasi pada tahun 1983.

Namun, tahukah Anda bahwa pada masa penjajahan Belanda, jalur kereta api Garut-Cibatu telah menjadi jalur utama bagi para pelancong yang ingin menikmati keindahan tanah Parahyangan?

Parahyangan meliputi wilayah dari Bandung, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya hingga Garut.

mulai warisan KAIPada Kamis (21/7/2022), pembangunan jalur Garut-Cibatu dilakukan karena kawasan pegunungan Garut memiliki pemandangan yang indah namun saat itu masih terisolir.

Baca Juga: Sejarah Stasiun Manggarai, Persimpangan Kereta Tersibuk di Indonesia

Pada masa kolonial, Garut merupakan tujuan wisata utama di Parahyangan. Berbagai pegunungan mengelilingi Garut, seperti Cikuray, Sadakeling, Papandayan, Guntur, Haruman dan Kaledong.

Tanah Garut yang subur cocok untuk budidaya kopi, teh dan kina, sehingga sebagian besar wilayahnya digunakan untuk pertanian.

Banyaknya gunung di Garut membuat jalan menuju kawasan tersebut cukup sulit dilalui gerobak dan memakan waktu lama.

Oleh karena itu, perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen (SS) saat itu membangun jalur kereta api ke Garut.

Pembangunan jalur kereta api Garut dimulai pada tahun 1887 di Cicalengka sebagai bagian dari pembangunan jalur kereta api Priangan-Cilacap.

Sebelumnya, pada tahun 1884, SS telah menyelesaikan pembangunan jalur kereta api Buitenzorg (Bogor)-Bandung-Cicalengka.

Baca Juga: Sejarah Stasiun Tanjung Priok, Bangunan Cagar Budaya Berusia 100 Tahun

Potret Stasiun Cibatu tahun 1990.Dermaga. Potret Heritage KAI stasiun Cibatu tahun 1990.

Pada 14 Agustus 1889, jalur kereta api Cicalengka-Garut sepanjang 51 kilometer dibuka untuk umum. Bersamaan dengan peresmian jalur tersebut, juga dibangun Stasiun Cibatu.

Pembangunan jalur dilanjutkan ke Cikajang yang dimulai pada tahun 1921 dan pada tahun 1926 dibuka jalur baru.

Jalur KA Cibatu-Cikajang terdaftar sebagai sambungan yang melewati jalur tertinggi di Pulau Jawa (+ 1200 m).

Sedangkan pada tahun 1926 ada 6 perjalanan kereta api Cibatu-Garut, begitu juga sebaliknya.

Lokomotif “Si Gombar” berfungsi sebagai kereta penarik, legenda lokomotif Garut sangat sakti.

Jalur KA Cibatu-Garut ditutup pada 9 Februari 1983 karena penumpang beralih ke moda transportasi darat lainnya seperti mobil, bus, dan truk.

Dalam pengoperasiannya, jalur Cibatu-Garut sepanjang 19 kilometer memakan waktu sekitar 50 menit, dengan stasiun setiap 4 kilometer sebagai pemberhentian.

Sedangkan untuk reaktivitas, Stasiun Garut memiliki gedung baru yang menawarkan ruang customer service, ruang VIP, ruang laktasi, posyandu, dan ruang satpam.

Masjid, toilet penyandang cacat, kawasan UMKM, zona komersial, ATM, taman bermain anak dan fasilitas lainnya juga tersedia.

KAI juga terus menjaga keaslian bangunan lama Stasiun Garut sebagai bentuk pelestarian bangunan bersejarah.

dapatkan pembaruan pesan yang dipilih dan berita terkini setiap hari dari Kompas.com. Jom join grup Telegram “Kompas.com News Update” caranya klik link lalu join. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: www.kompas.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button