Sejarah dan sejarah mistik Benteng Vredeburg, tempat wisata di jogja peninggalan belanda - WisataHits
Jawa Tengah

Sejarah dan sejarah mistik Benteng Vredeburg, tempat wisata di jogja peninggalan belanda

Sejarah dan sejarah mistis Benteng Vredeburg menjadi daya tarik tempat wisata di Jogja ini © Wikimedia Commons

Benteng Vredeburg merupakan salah satu tempat wisata di Jogja yang layak untuk dikunjungi. Sejarah Benteng Vredeburg tidak hanya menarik untuk disimak karena pesona bangunannya yang tampak klasik. Kisah mistis Benteng Vredeburg akan membuat kita merinding sekaligus penasaran.

Mungkin semua orang setuju bahwa tempat wisata di Jogja yang paling terkenal adalah Malioboro. Namun, jangan lupa masih banyak tempat wisata lainnya yang tak kalah menarik, meski tak jauh dari Malioboro.

Salah satunya adalah Benteng Vredeburg. Bagi yang belum tahu, Benteng Vredeburg merupakan museum berupa bangunan benteng yang dulunya berfungsi sebagai salah satu alat pertahanan Belanda. Di sana Belanda memantau situasi di sekitar Keraton Yogyakarta.

Lokasinya sangat dekat dengan Malioboro. Bagi sahabat GNFI yang berkunjung ke Malioboro dijamin menemukan bangunan kuno ini akan sangat mudah.

Oleh karena itu, Benteng Vredeburg sangat layak untuk menjadi salah satu tempat yang harus dikunjungi ketika teman-teman GNFI berkunjung ke Jogja. Selain sejarah yang panjang, bangunan ini juga memiliki sejarah mistis.

Sejarah Malioboro, awalnya dikuasai oleh pedagang Cina

Lokasi Benteng Vredeburg

Secara administratif, lokasi Benteng Vredeburg berada di Jl. Margo Mulyo No. 6, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Lokasi berada di pusat kota sehingga mudah dijangkau.

Saat sahabat GNFI berkunjung ke Malioboro, keberadaan Benteng Vredeburg dijamin sangat mudah dilihat. Karena jarak dari Malioboro kurang dari setengah kilometer.

Dari Malioboro, teman-teman GNFI terus lurus ke selatan hingga mencapai Jl. Ahmad Jani. Benteng Vredeburg berada di ujung jalan, berseberangan dengan Gedung Agung Yogyakarta dan Kilometer Nol.

Karena lokasinya yang mudah dijangkau, teman-teman GNFI bisa mengandalkan angkutan umum untuk mencapai Benteng Vredeburg, bahkan yang datang dari luar kota. Cukup naik KRL dan turun di Stasiun Tugu Yogyakarta, teman-teman GNFI tinggal jalan kaki menuju Benteng Vredeburg.

Aspek Desa Wisata Indonesia dalam 100 Destinasi Berkelanjutan Dunia

Sejarah Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg sudah ada sejak awal berdirinya Kesultanan Yogyakarta. Seperti diketahui, Kesultanan Yogyakarta berdiri pada tahun 1755 sebagai hasil dari Perjanjian Giyanti, yang membagi kerajaan Mataram Islam menjadi dua bagian, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta.

Setelah berdirinya Kesultanan Yogyakarta, berbagai infrastruktur dibangun untuk mendukung kerajaan, mulai dari pasar Gedhe, masjid, alun-alun dan sebagainya. Yogyakarta terus berkembang pesat.

Menurut catatan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta di situs resminya, perkembangan pesat ini berujung pada dibangunnya Benteng Vredeburg. Belanda mulai resah dengan perkembangan Yogyakarta dan ingin menguasai apa yang terjadi di dalam keraton.

Belanda meminta izin Sultan untuk membangun benteng di dekat istana. Untuk memuluskan rencana tersebut, pihak Belanda menggunakan alasan bahwa pembangunan benteng tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan kawasan keraton dan sekitarnya.

Padahal, tujuan pembangunan benteng itu adalah untuk menguasai keraton daripada menjaga keamanan, seperti yang terlihat oleh Belanda yang menentukan titik pembangunannya. Benteng yang dibangun Belanda itu sangat dekat dengan keraton dan sekaligus dalam jangkauan tembakan meriam. Jika sewaktu-waktu sultan dan penduduk keraton menyerang Belanda, Belanda dapat bertindak segera dan cepat.

Pembangunan benteng dimulai pada tahun 1760. Saat itu benteng masih sangat sederhana, hingga tahun 1767 gubernur pantai utara Jawa di Semarang meminta izin kepada sultan untuk memperkuat benteng tersebut.

Sri Sultan Hamengku Buwono I memberikan izin dan pembangunan benteng selesai pada tahun 1787. Awalnya benteng itu bernama Rustenburgh yang berarti “tempat istirahat”. Nama tersebut kemudian diubah menjadi Vredeburg setelah benteng tersebut dipugar karena rusak akibat gempa tahun 1867. nama Vredeburgsendiri berarti “damai”.

Seiring berjalannya waktu dan dengan bergantinya kekuasaan kolonial, kepemilikan Benteng Vredeburg pun ikut berubah. Dari yang sebelumnya dimiliki oleh Belanda, Benteng Vredeburg dikuasai oleh Inggris. Kemudian ketika Jepang datang ke Indonesia dan menyingkirkan Belanda, mereka juga menguasai benteng.

Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, Benteng Vredeburg juga dikuasai oleh Indonesia, meskipun kemudian jatuh kembali ke tangan Belanda ketika agresi militer meletus.

Puluhan tahun kemudian, tepatnya tahun 1992, Benteng Vredeburg resmi menjadi museum. Pelantikan ini ditandatangani dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0475/0/1992 oleh Menteri Pendidikan Prof. DR. Fuad Hasan pada tanggal 23 November 1992.

Keunikan Sate Jogja dan Jawa Timur yaitu Keanekaragaman Pulau Jawa (Bagian 3)

Kisah mistis Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg memiliki sejarah mistis. Sedikitnya ada dua cerita mistis tentang Benteng Vredeburg yang diketahui masyarakat dan tersebar dari mulut ke mulut.

Di Indonesia, gedung-gedung tua sering dikotori dengan cerita-cerita horor. Di beberapa daerah bangunan peninggalan Belanda juga biasanya memiliki cerita penampakan hantu berwujud Belanda, tak terkecuali di Benteng Vredeburg.

Kisah mistis Benteng Vredeburg yang pertama adalah penampakan seorang wanita Belanda yang sedang menunggang kuda. Sebagaimana dilaporkan waktu IDNWanita Belanda berkaki kuda ini konon sering ditemui oleh para pengemudi becak di tengah malam.

Cerita berlanjut bahwa seorang pengendara sepeda yang lewat di depan Benteng Vredeburg bertemu dengan seorang wanita Belanda dan menawarinya layanan pengiriman. Kemudian wanita itu membuka ujung gaun panjangnya, memperlihatkan kaki kuda di belakangnya.

Lalu ada kisah tentara Belanda tanpa kepala. Namun, sekelompok tentara tanpa kepala telah terlihat beberapa kali berbaris di area benteng.

Karena cerita mistis tersebut, Benteng Vredeburg sering dianggap sebagai tempat yang angker. Namun, hal tersebut sepertinya tidak menyurutkan daya tariknya sebagai salah satu destinasi wisata di Jogja.

Mungkin sejarah mistis Benteng Vredeburg akan membuat mereka yang suka menguji nyali semakin tertarik untuk berkunjung. Bagaimana dengan teman-teman GNFI?

Gerakan Sejuta Pohon dan Pandangan Suharto tentang Lingkungan

Tertarik disana? Cek jam buka dan harga tiket

Sahabat GNFI yang berminat berkunjung ke Benteng Vredeburg perlu memperhatikan waktu kunjungannya. Jangan sampai tertukar dan jadwalnya salah sehingga tidak bisa masuk.

Berdasarkan informasi di situs resminya, waktu berkunjung ke Benteng Vredeburg adalah setiap hari kecuali hari Senin. Dari Selasa hingga Minggu Benteng Vredeburg buka mulai pukul 08.00 hingga 15.30 WIB. Namun, pada hari Jumat, jam bukanya adalah pukul 8 pagi hingga 4 sore WIB. Harap diperhatikan bahwa Benteng Vredeburg tutup pada hari Senin dan hari libur nasional.

Tiket masuknya sangat murah. Pengunjung dewasa hanya membayar tiket masuk sebesar Rp 3.000 sedangkan anak-anak membayar Rp 2.000. Harga menjadi lebih murah jika pengunjung datang secara rombongan. Khusus untuk pengunjung asing, harga tiketnya Rp 10.000.

Saluran air tua Belanda ditemukan di proyek MRI Glodok-Kota

Source: www.goodnewsfromindonesia.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button