Pelopor Wisata Petik Apel, Edy Antoro, menyarankan untuk menerima Mental Revolution Award - WisataHits
Jawa Timur

Pelopor Wisata Petik Apel, Edy Antoro, menyarankan untuk menerima Mental Revolution Award

Batu, Gatra.com – Kusuma Agrowisata Kota Batu, Jawa Timur pemilik Edy Antoro diusulkan untuk menerima Penghargaan Revolusi Mental Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) 2022. Yang mengusulkan adalah Komunitas Agrowisata Batu.

Komunitas Agrowisata Batu terdiri dari berbagai profesi. Dari akademisi seperti Dr. Abdul Aziz SR, dr. Wahyudi, dr. Joko Widodo, Hariadi MSc. Wartawan seperti Achmad Rizal, Eko Pamuji, Nunung Sapteng Mukti Nunggal, Amin Istighfarin, Pudji Leksono.

Ada kegiatan pemuda dan sosial seperti Indro Yuswantoro, Agastya Suryogilang, Herlambang, Muhammad Roissudin, Jony Iwansyah. “Milenial menjadikan Mr. EA sebagai idola. Beliau telah memberikan contoh sebagai startup yang sukses melalui kerja keras, cerdas dan tekun serta konsisten. Dia sukses di bidang bisnis dan sosial,” kata Agastya Suryogilang.

dr Abdul Aziz SR mengatakan Sabtu (17/12) bahwa Kota Batu dikenal sebagai kota pariwisata. Adapun primadonanya adalah agrowisata.

“Kesuksesan agrowisata tidak lepas dari pelopornya Pak Edy Antoro,” kata Aziz yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (UB) Malang ini.

“Tuan EA hebat. Bagi masyarakat sekitar beliau adalah panutan dan panutan di bidang pertanian,” ujar Hariadi MSc, dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang berdomisili di Batu.

Muhammad Kays, juru bicara dari Jawa Timur, menambahkan: “Kami tidak memilih Mr. EA secara sembarangan. Ia memiliki rekam jejak yang panjang dan konsisten sebagai pionir di bidang agrowisata. Tak hanya itu, ia juga memelopori pertanian organik dan pembangunan berkelanjutan. Dia memiliki kesadaran sosial yang kuat.”

Tur memetik apel

Komunitas Agrowisata Batu menjelaskan dalam proposalnya bahwa pada akhir tahun 1980-an EA mencoba menanam apel di lahan seluas 1,8 hektar di wilayah selatan Kota Batu (saat itu masih merupakan kecamatan di Kabupaten Malang). Memasuki lereng Gunung Panderman. Itu ide gila. Karena Panderman adalah gunung yang kering. Curah hujan jarang dan air sulit. Tidak ada yang pernah menanam apel di daerah ini.

Walaupun budidaya apel di Batu sudah dikenal sejak zaman Belanda, namun berada di sebelah utara atau di lereng Gunung Arjuna yang merupakan gunung basah. Curah hujan tinggi. Petani apel dikenal sukses dan kaya raya. Tapi tidak ada yang berhasil menjadi agrowisata.

Dalam buku Agro Republic, Perjalanan Hidup Edy Antoro yang ditulis oleh Anwar Hudijono (2014), disebutkan bahwa setelah tiga kali gagal panen pada tahun 1993, tanaman apel EA akhirnya mulai memproduksi barang ke apel.

Hal ini menyebabkan ekstensifikasi budidaya apel secara besar-besaran di Batu. Jika semula terkonsentrasi di wilayah utara Batu, kini berkembang di selatan juga. Konversi budidaya ini memberikan nilai tambah ekonomi yang tinggi bagi petani.

Masalah muncul pada saat panen yaitu turunnya harga. Kemudian EA melakukan perubahan pada sistem trading. Itu tidak lagi dijual di pasar tetapi melalui “wisata petik apel”. Ternyata hasilnya jauh lebih besar.

“Jadi pelopor wisata petik apel EA. Pola wisata ini menginspirasi para petani di Batu untuk melakukan hal yang sama. Makanya sekarang banyak objek wisata petik apel yang dikembangkan petani,” ujar Joko Widodo, mantan Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

arus wisatawan

Semakin banyak petani menanam apel, semakin melimpah produksinya. Hasilnya adalah produksi yang berlebihan. Sebagai bentuk tanggung jawab dan kepedulian sosial, EA mengajak masyarakat untuk memanfaatkan buah apel yang sudah disortir, bukan dibuang begitu saja, melainkan dijadikan aneka makanan dan minuman seperti dodol apel, cuka sari apel, keripik apel. Dia sendiri mengembangkan minuman sari bersama mereka Siiplah dan Apple Dodol.

Arus wisatawan terus meningkat. Maka EA membangun hotel untuk menampung wisatawan. Ia memilih hotel ramah lingkungan, yakni hotel di kawasan hijau. Hotel terintegrasi di lingkungan Batu. Pemandangan yang bagus. udara dingin. Namanya Kusuma Agrowisata Hotel and Convention.

Hotel ramah lingkungan ini diyakini menjadi inspirasi berkembangnya hotel-hotel di kawasan Batu. Sejak saat itu, bermunculan hotel-hotel dengan karakteristik serupa, seperti Klub Bunga, Kartika Wijaya, Jambu Luwuk, dan lain-lain.

diversifikasi

Agar wisatawan tidak bosan dengan wisata petik apel, EA melakukan diversifikasi dengan wisata petik stroberi, dilanjutkan dengan wisata petik jambu dan jeruk. Langkah ini juga yang menginspirasi para petani Batu untuk mengembangkan wisata serupa. Nah di Batu ini banyak sekali objek wisata petik buah yang bisa anda temukan.

“EA juga memelopori taman rumah kaca. Seperti kangkung, tomat, cabe, aneka bunga potong. Banyak yang mengikuti langkah ini. Sekarang banyak banget pusat greenhouse,” kata Nunung Sapteng Mukti Nunggal, jurnalis senior Malang.

Ferry Is Mirza, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, mengatakan: EA mewujudkan komitmennya terhadap pertanian hijau melalui pengembangan pertanian organik. Pemanfaatan limbah sapi perah yang melimpah di daerah Batu.

Dia membeli limbah dari petani. Kotoran ternak diolah menjadi pupuk organik. Dia menggunakan beberapa pupuk organik sendiri dan melemparkan yang lain ke pasar.

“Pertanian organik mengalihkannya ke petani Batu. Pasalnya, Wali Kota Batu saat itu, Eddy Rumpoko, menyatakan Batu sebagai sentra pertanian organik. EA akan berhenti memproduksi tidak hanya pupuk organik tetapi juga pestisida organik,” katanya.

EA menerima mahasiswa dan kelompok tani untuk magang, belajar, dan praktek di tempat masing-masing. Bahkan, ia sangat senang membimbing para siswa secara langsung. Ia senang ketika bisa menyumbangkan ilmunya. Pada dasarnya, semakin banyak ilmu yang disebarluaskan, semakin bermanfaat.

“Beliau terobsesi dengan kemajuan pertanian, khususnya pertanian organik di Indonesia. Dia tidak pernah takut perusahaannya akan bangkrut karena banyak yang akan menirunya,” ujar Ferry yang satu almamater dengan EA di Universitas Negeri Jember (UJ).

mencalonkan diri sebagai walikota

EA menyerap ratusan tenaga kerja. Ia mengutamakan masyarakat Batu dan sekitarnya. Mengapa masyarakat lokal menjadi prioritas? Sehingga manfaat kehadirannya sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar.

“Saya melihat Pak EA ingin masyarakat Batu berdaya. Jangan hanya menjadi penonton kemajuan kota Batu. Tidak terpinggirkan di negeri sendiri. Tapi bisa jadi protagonis,” ujar Indro Yuswantoro, tokoh pemuda Batu yang akrab disapa Indro Vespa.

Selama ini EA konsisten mengiringi kiprahnya dengan inovasi seperti digitalisasi agar tetap eksis dan terus berkembang. “Tuan EA adalah kepribadian yang luar biasa. Padahal, orang sudah lama menginginkannya menjadi walikota. Tapi Pak EA belum siap,” kata Sukrisman, aktivis LSM Batu.

3

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button