Sebulan berlalu sejak peluncuran sepeda listrik, banyak keluhan, Bima meminta untuk tidak parkir sembarangan - WisataHits
Jawa Barat

Sebulan berlalu sejak peluncuran sepeda listrik, banyak keluhan, Bima meminta untuk tidak parkir sembarangan

Wali Kota Bogor Bima Arya mengaku akan mencabut izin sepeda listrik yang digagas PT Beam jika pengelola tidak memenuhi permohonan yang baru diajukan. Hal itu diungkapkan Bima Arya menyusul kehadiran sepeda listrik di barisan pejalan kaki di Kota Bogor, yang membuat warga memprotes sembarangan parkir.

“SAYA Beri PT Beam satu atau dua minggu untuk memperbaiki keadaan. Kalau tidak, izinnya saya cabut,” kata Bima Arya kepada wartawan, Senin (31/10).

Menurutnya, ada dua hal yang perlu dievaluasi terkait keberadaan sepeda listrik di pedestrian street Kota Bogor. Yang pertama berkaitan dengan penempatan sepeda dan yang kedua berkaitan dengan keselamatan atau keamanan.

“Jadi jangan sampai (pengguna) pakai helm, jangan masuk ke daerah yang tidak ada jalur sepedanya. Kami melihat kemarin bahwa segalanya menjadi lebih baik. Mudah-mudahan ke depan lebih tertib lagi,” ujarnya.

Tidak hanya itu, lanjut Bima, pihaknya juga meminta PT Beam untuk memperkuat tim yang mengawal keberadaan dan penggunaan sepeda listrik tersebut. “Saya minta tim pemantau untuk ekspansi agar sepeda tidak sembarangan diparkir,” ujarnya.

Soal masalah denda bagi pengguna yang memarkir kendaraannya sembarangan, Bima menambahkan, dirinya tidak mengetahuinya. Karena itu, ia meminta untuk segera mensosialisasikan aplikasi tersebut. “Tidak usah dikatakan ya, jadi semuanya baik-baik saja pada saat itu, dendanya sesuai, sosialisasi itu penting,” jelasnya.

Sebelumnya, sepeda listrik beroperasi di Kota Bogor selama hampir sebulan. Namun, kendaraan yang dipanggil Bima Arya itu tak luput dari protes warga setempat. Gara-gara parkir sembarangan, Bima Arya terpaksa “menyemprot” bos sepeda listrik yang menandatangani perjanjian kerjasama dengan Pemkot Bogor (Pemkot).

Ratusan lahan parkir sepeda listrik yang disediakan PT Beam tampaknya menjadi sumber masalah baru. Meski titik parkir sudah ditentukan, banyak pengguna sepeda listrik yang parkir sembarangan hingga mengganggu pejalan kaki.

Pedestrian Jalan Simpang RRI Jalan Pajajaran, Kota Bogor, misalnya. Sejumlah sepeda listrik telah diparkir untuk menutup zona pejalan kaki. Pejalan kaki harus turun dari bahu yang keras. Bahkan, ada sepeda listrik yang menutupi balok utama bagi penyandang disabilitas. “Saya melihat banyak sepeda listrik diparkir di trotoar. Harusnya ada tempat parkir khusus yang tidak mengganggu pejalan kaki,” keluh salah satu pejalan kaki, Dessy.

Ia berharap Pemkot Bogor tetap setia kepada pengelola sepeda listrik, sehingga tidak hanya memikirkan keuntungan, tetapi juga memberikan fasilitas yang aman dan nyaman bagi warga. “Pemkot Bogor harus memperingatkan pemerintah. Sebenarnya, Anda tidak diperbolehkan parkir di atas pejalan kaki. Pejalan kaki dibangun untuk pejalan kaki, kenapa jadi tempat parkir rental sepeda listrik,” ujarnya.

Diketahui, sepeda listrik berbayar itu diluncurkan di Kota Bogor pada 23 September lalu. Bima Arya mengatakan Kota Bogor memasuki era baru angkutan umum berbasis listrik dan hijau.

Bima Arya tak mau berlarut-larut dengan banyak keluhan dan langsung menghubungi pengelola e-bike PT Beam. Dia berbicara tentang banyak sepeda listrik yang diparkir di trotoar untuk mengganggu pejalan kaki. Maka Bima meminta pengelola untuk membersihkan tempat parkir sepeda listrik dan mempekerjakan lebih banyak staf untuk memantaunya. “Kemarin saya telepon Beam (operator sepeda listrik berbayar, Red). Saya minta sepedanya ditata rapi dan tidak dibiarkan sembarangan,” kata Bima.

Selain membersihkan lahan parkir, Bima mengimbau pengelola untuk merekrut pegawai. “Ya, sapu, patroli. Jika sepeda diparkir sembarangan, itu harus dipindahkan. Saya punya ultimatum. Dalam seminggu masalah itu akan selesai,” katanya.

Belum lagi sebulan sejak diluncurkan, Bima Arya menilai sosialisasi yang diberikan kepada warga masih minim. Hal ini dikarenakan masih banyak warga yang belum tersosialisasi dengan baik tentang cara penggunaan sepeda listrik berbayar dan tempat menyimpannya setelah digunakan. Pengelola juga diminta mengatur koordinat parkir sepeda listrik. “Makanya saya minta Beam untuk merekrut staf dan memperbaiki koordinatnya (parkir, red.) dan menyebarkan informasi kepada warga agar warga paham cara menggunakannya,” kata Bima.

Bima mengatakan keberadaan sepeda listrik berbayar di Kota Bogor merupakan yang pertama di Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat harus dididik tentang penggunaannya. Pengelola juga diminta aktif berpatroli agar keberadaan sepeda listrik tidak mengganggu pejalan kaki.

“Itu adalah sesuatu yang harus dipantau oleh Beam sendiri. Seseorang harus berpatroli, kembali. Ini masih diuji. Alhamdulillah tidak ada laporan kecelakaan. Tapi kami akan terus tingkatkan karena ini pertama kali di Indonesia. Penerimaan sangat bagus. Rekor 900 pengguna terdaftar akhir pekan lalu saja, ”jelas Bima.

Dalam jangka panjang, kata Bima, sepeda listrik akan menjadi alat transportasi yang sederhana dan terhubung dengan destinasi wisata dan stasiun kereta api. “Kedepannya kami berharap bisa terkoneksi dengan tempat-tempat wisata di sekitar One Way System (SSA), Botanical Mall, Botanical Gardens dan kawasan Suryakencana. Ini adalah bagaimana tujuan wisata terhubung, ”kata Bima. “Kedua, berfungsi sebagai feeder traffic dalam jangka menengah dan panjang. Bagi yang ingin ke Jakarta dengan kereta api bisa terhubung dengan sepeda listrik. Jadi memfasilitasi mobilitas perkotaan, bukan hanya pariwisata,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor Eko Prabowo tak memungkiri masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Terutama yang berkaitan dengan pengaturan transportasi. “Namanya juga program baru sebulan. Tentunya semua masukan yang membangun akan kami pertimbangkan dan menjadi bahan evaluasi,” ujarnya.

Namun, dia menegaskan saat ini penempatan sepeda listrik sudah sesuai dengan koridor. Yakni pada jalur sepeda di trotoar. “Faktanya saja, terkadang ada orang yang memanfaatkannya tapi tidak mengembalikannya ke tempat asalnya. Kita perlu tahu itu,” katanya.

Sementara itu, Dody Wahyudin, Manajer Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bogor, menanggapi persoalan lahan parkir atau retribusi sepeda listrik di trotoar Kota Bogor yang mengganggu pejalan kaki. Menurut dia, pengelola perlu membuat tempat parkir atau pangkalan sepeda listrik berbayar.

“Masalah juga kalau mereka (sepeda listrik berbayar, catatan redaksi) parkir di trotoar. Bahkan, dampaknya kini mengganggu pejalan kaki. Jadi kami berharap ke depan mereka tidak lagi parkir di trotoar. Juga mengganggu pejalan kaki dan tunanetra,” kata Dody, Senin (24/10).

“Karena saya sendiri melihat mereka parkir di trotoar. Ini adalah fungsi pejalan kaki. Juga terganggu. Bahkan jika itu sepeda juga,” tambahnya.

Terkait hal itu, Dody mengaku masih berkoordinasi dengan daerah terkait di Dinas Perhubungan Kota Bogor. “Terkait (sepeda listrik berbayar, catatan redaksi) parkir di trotoar atau trotoar, kemarin sore kami juga koordinasi dan mengecek kembali PKS (perjanjian kerja sama, catatan redaksi). Karena itu dalam industri transportasi. Jadi kita koordinasikan PKS dan titik parkirnya. Intinya tempat parkir sepeda listrik harus disiapkan di luar pedestrian walkway,” jelasnya.

Keluhan masyarakat tentang e-bike berbayar di Kota Bogor bukan hanya soal tempat atau pangkalan parkir, tetapi juga perilaku penyewa yang masih nekat mengendarai e-bike di jalan raya.

Dody mengatakan, sepeda listrik berbayar harus dinaiki di jalur khusus sepeda yang disediakan Pemkot Bogor. “Sepeda listrik menjadi sorotan akhir-akhir ini. Karena kemarin kami juga menemukan beberapa seri. Jadi mereka[perusahaan rental sepeda listrik, catatan redaksi]masuk ke jalan bebas hambatan,” kata Dody. “Hal ini juga sudah saya konfirmasi dan berkoordinasi dengan pejabat setempat untuk menghimbau kepada pengguna sepeda listrik agar tidak menggunakan jalan. Karena sesuai fungsi dan kesepakatan awal bukan di jalan tol, tapi di jalur sepeda yang ada,” pungkasnya. (rez/eka/py)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button