Rumah Bong Supit Legendaris Jogja Jadi Pusat Kuliner Ndeso, Wedang Seruni dan Mangut Lele Jadi Andalan - WisataHits
Jawa Tengah

Rumah Bong Supit Legendaris Jogja Jadi Pusat Kuliner Ndeso, Wedang Seruni dan Mangut Lele Jadi Andalan

TEMPO.CO, Yogyakarta – Generasi yang tumbuh di dalam dan sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta antara tahun 1950 hingga 2000 mungkin mengenal nama Sumpit Bong atau khitan legendaris Mbah Djono di Kabupaten Bantul. Dulu, Mbah Djono sudah berlatih hingga dua generasi selama setengah abad. Tepatnya pada tahun 1953-2006, di kediamannya di Jalan Jenderal Basuki Rahmat Nomor 1, Desa Bantul, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Setelah bangunan bekas praktik sumpit dan rumah pribadi tidak terpakai selama lebih dari 15 tahun, generasi ketiga Mbah Djono tahun ini mengubah rumah yang terletak di sebelah timur kompleks kantor Pemerintah Kabupaten Bantul itu, menjadi pusat kuliner dan jajanan kampung.

“Gedung ini masih kita pertahankan seperti dulu, mulai dari lantai hingga kamar hingga ventilasinya sama,” kata Aloria Hanita, pemilik sekaligus pengelola Warung Mbah Djono, Sabtu September lalu. 11, 2022 .

Komunitas sepeda yang melintasi jalur Jalan Bantul mengunjungi Warung Mbah Djonos yang terletak di sebelah timur kompleks Kantor Pemerintah Kabupaten Bantul. Dok.khusus

Ria, panggilan akrab Aloria, dan suaminya, Mbah Djono generasi ketiga, bukan satu-satunya yang membangkitkan bangunan kuno yang mudah dijangkau dari jalur wisata Jalan Bantul. Anda bekerja sama dengan penyanyi jazz terkenal Iga Mawarni, yang sekarang juga tinggal di Yogya.

“Ngomong-ngomong, Mbak Iga Mawarni dan saya sudah berteman sejak sekolah di Solo, kemudian kami bertemu lagi di Yogya dan kami membangun toko ini bersama-sama,” kata Ria yang membuka toko pada Juli 2022.

Sebuah pusat kuliner dengan menu tradisional di sisi selatan Yogya, Warung Mbah Djono menawarkan berbagai hidangan unggulan. Total ada 30 item menu yang disajikan, baik makanan, minuman maupun snack, dengan harga yang cukup terjangkau, mulai dari Rp 3.000 hingga yang paling mahal Rp 25.000.

Dari pagi hingga sore, sekitar pukul 07.00 hingga 14.00, menu menyajikan makanan berat yang bisa dimasak secara prasmanan atau dimasak sesuai pesanan, antara lain Mangut Lele Kuning, Telur Sarang, Sop Empal-Paru, Bubur Sayur, Ayam Kremes, Urapan atau Trancam untuk Kacang Merah Brongko.

Salah satu sudut Warung Mbah Djono di Bantul, Yogyakarta yang bangunannya masih terjaga seperti aslinya. Tempo/Staf Wicaksono

Sementara itu, dari sore hingga malam antara pukul 15.00 hingga 22.00, pengunjung bisa memesan berbagai menu yang tak kalah menggiurkan, seperti Bakmi Jowo Goreng dan Godhog, Nasi Goreng, Mie Gaul alias Mie Nyemek.

“Kami menyajikan tidak hanya menu tradisional Jawa, tetapi juga yang berbau londo (kebarat-baratan) sesuai saran pelanggan,” kata Iga. Stan Mbah Djono, kata Iga, sengaja meninggalkan buku di dekat meja kasir agar pengunjung bisa menuliskan pemikirannya. Mereka bisa menuliskan kesan cita rasa makanan yang dipesan ke menu usulan yang mereka harapkan bisa disediakan. Saran yang banyak diminta diimplementasikan.

Jajanan seperti sandwich, roti kaya, bakpao isi srikaya, mentega, meises hingga poffertjes, juga dikenal dengan soft cake khas Belanda, seperti pancake yang disajikan dengan gula halus, kini juga tersedia di toko ini. “Tentunya jajanan seperti telo goreng atau pisang goreng masih tersedia jika pelanggan hanya ingin menyeruput kopi atau menyesap wedang yang berbeda sambil nongkrong di sini,” kata pelantun lagu tersebut. asmara itu.

Komunitas sepeda yang melintasi jalur Jalan Bantul mengunjungi Warung Mbah Djonos yang terletak di sebelah timur kompleks Kantor Pemerintah Kabupaten Bantul. Dok.khusus

Adapun jenis minuman yang ditawarkan stand Mbah Djono cukup banyak jenisnya. Ada Wedang Seruni yang menggunakan serai, jeruk nipis dan jahe. Lalu ada aneka kopi, Teh Tarik, teh Kerampul yang diolah dengan perasan jeruk khas Solo, dan Wedang Jahe.

Iga Mawarni mengatakan, setelah sekitar satu setengah bulan beroperasi, pelanggan toko Mbah Djonos sudah mulai merambah ke luar Yogyakarta. “Mereka yang datang ke sini umumnya karena ingin berkomunikasi dan mendapatkan informasi dari mulut ke mulut (tahu informasi dari mulut ke mulut) dan jika seseorang membagikannya di media sosial,” katanya.

Berbagai kalangan khususnya komunitas sepeda, komunitas motor dan anak muda menjadi pelanggan booth yang menyelenggarakan program Jum’at Berkah setiap minggunya dengan mengundang rombongan anak yatim piatu untuk makan gratis di booth tersebut. Herman Rukmana, turis asal Bogor, mengaku mengenal Warung Mbah Djono dari rekomendasi kerabatnya di Yogyakarta. “Setelah dicicipi langsung, semuanya ternyata pas di lidah, baik makanan dan minuman, lagi murah,” kata Herman yang datang ke toko bersama istrinya.

WICKSONO PRIBADI

Baca Juga: 13 Oleh-oleh Khas Yogyakarta Yang Lezat dan Wajib Dibeli

Selalu update informasi terbaru. Lihat berita terbaru dan berita unggulan dari Tempo.co di saluran Tempo.co Update Telegram. Klik bergabung. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram.

Source: travel.tempo.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button