Pintar dan Bijaksana di Internet penting untuk menghindari ekses negatif - WisataHits
Yogyakarta

Pintar dan Bijaksana di Internet penting untuk menghindari ekses negatif

telusur.co.id – Sistem keamanan di Internet sebagai produk manusia memiliki kelemahan. Oleh karena itu, masyarakat sebagai pengguna harus tetap cerdas dan bijak dalam menggunakan teknologi informasi ini agar tidak menjadi ekses negatif.

Bevaola Kusumasari, Dosen Senior Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM, menjelaskan bahwa hal yang sederhana untuk dipahami adalah penggunaan simbol dalam aplikasi percakapan.

Menurut Bevaola, emotikon/ikon emoji biasanya memiliki banyak arti dan terkadang lebih kompleks daripada yang dipikirkan pengguna. Misalnya, emoji tertawa sampai menangis ini.

“Jika Anda tidak hati-hati, penerima mungkin mengira Anda menangis,” kata Bevaola dalam sebuah wawancara #MakinCakapDigital Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi pada Senin (22/10/10) bertajuk “Internet Cerdas dan Bijak: Pilih Sebelum Menyebar”.

Lanjut Bevaola, penting juga untuk memilih penggunaan emoticon/emoji untuk lawan bicara. Dan hindari penggunaan simbol yang berlebihan dalam percakapan, karena dapat memengaruhi cara orang lain menerima pesan.

Selain itu, membangun konten positif juga tidak kalah pentingnya. Kedua konten pendidikan tersebut dimaksudkan untuk mencerahkan dan menginspirasi masyarakat. Konten positif dapat mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih baik.

“Manusia pada dasarnya belajar. Untuk belajar mengubah perilaku, informasi harus diasimilasi agar orang dapat berpikir dan menentukan sikap,” kata Bevaola.

Jenis-jenis konten positif, termasuk konten inspiratif. Baik berupa pengalaman pribadi atau orang lain, perjalanan menuju kesuksesan, pelajaran dari kegagalan dan kisah hidup lainnya yang menyentuh dan menginspirasi hati.

“Kata Mutiara (kutipan). Kini mudah untuk membuat kata mutiara indah dengan berbagai aplikasi gratis. Anda juga bisa menginspirasi gambar atau foto, terutama karya Anda sendiri,” jelasnya.

Konten pendidikan seperti tutorial, tips & trik, penelitian, laporan atau artikel dan opini. Selanjutnya, konten informatif; Acara, berita terkini, resensi buku, restoran, film, tempat wisata, tautan ke berbagai Sumber daya, e-book, barang cetak untuk anak-anak, perangkat lunak gratis, yang berguna untuk orang lain.

Dan konten menyenangkan seperti meme, humor, komik, video atau gambar lucu, coba tebak. “Pentingnya membangun konten positif itu sebagai penanggulangan banjir konten negatif,” kata Bevaola.

Sementara itu, Saeroni, direktur Laboratorium Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, mengatakan tantangan kebebasan berekspresi semakin meningkat di dunia digital. Misalnya informasi tidak tersaring, siapa saja bisa membuat pesan dan menjadi content creator termasuk anak-anak, informasi yang mengandung hoax, ujaran kebencian.

“Siapa pun dapat menghasilkan konten, baik sebagian atau seluruhnya menduplikasi, atau mengembangkan konten mereka sendiri. Pornografi/kesusilaan, bullying, kecurangan, pemerasan, ancaman dan lain-lain,” kata Saeroni.

Saeroni menyarankan agar orang menghindari tabu di media sosial, seperti B. memulai konflik, melampiaskan masalah pribadi, mengejek orang lain dan menyebut nama mereka, memfitnah orang lain tanpa menyebut nama, berbagi foto pesta yang berlebihan, bersikap terlalu ekstrim. “Posting yang penting, posting yang tidak penting,” canda Saeroni.

Pendidik seni dan budaya desa Misbachul Munir mengingatkannya untuk menggunakan akal sehat di media sosial. “Hindari membalas/mengunggah sesuatu dengan emosi. Berdasarkan fakta dan angka sebisa mungkin jangan bereaksi/menyerang berdasarkan fisik atau emosional,” kata Munir.

Menurut Munir, internet adalah anugerah, namun bisa menjadi bencana ketika teknologi “hanya bisa mengendalikan manusia” tanpa jiwa etis. Etika hadir sebagai orang bijak mengingatkan kita pada hakikat teknologi sebagai anugerah bagi manusia.

“Etika digital ditawarkan sebagai panduan untuk menggunakan berbagai platform digital secara sadar, bertanggung jawab dan berintegritas, serta menjunjung tinggi keutamaan orang untuk menampilkan diri, kemudian berinteraksi dengan media digital, berpartisipasi, berbisnis dan berkolaborasi,” kata Munir.

Informasi lebih lanjut dan acara literasi digital GNLD Siberkreasi dan #MakinCakapDigital orang lain dapat mengunjungi info.literasidigital.id dan ikuti @siberkreasi di media sosial.[Fhr]

Source: telusur.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button